Panggilan dari gunung turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan Cerita duka melulu
(Panggilan dari gunung, Iwan Fals)
Lebaran sebentar lagi, 1432 H atau tepatnya 31 Agustus 2011, seluruh umat Muslim merayakan kemenangan di hari nan fitri, setelah sebulan penuh menjalankan ibadah yang menguji kesabaran. Namun ada yang berbeda dengan anak-anak ini, kawan-kawan berencana untuk mengadakan pendakian ke Gunung Sumbing, tepat di lebaran hari ke 2. Rencana sudah dibuat, wacana dan planing sudah matang, tinggal menunggu hari H.
Hari H tiba. Tepat pukul 19.30 Tutu dan Kang Tege serta Kang Nyots sudah tiba di stasiun Kota. Sementara aku, P(f)aisal dan Wawan "bimbim" Tuber masih dijalan. Kang Sob jalan via Bandung. Jarum jam di HPku menunjukkan pukul 20.30 kita semua kumpul dan mencari gerbong untuk mendapatkan tempat duduk. Yup, akhirnya kita mendapatkan tempat duduk yang kita harapkan. Pukul 21.30 kereta berjalan perlahan meninggalkan kota Jakarta yang sedang sepi karena di tinggal penghuninya untuk mudik lebaran, sementara kita-kita mudik untuk mendaki, mencari pesonanya Gunung Sumbing
Pagi hari di Semarang, Stasiun Poncol kita jumpai, dan Kang Sob sudah menunggu disana. sementara teman-teman yg lain ada yang ngecharge hp, minum narkopi dan ada yang ke toilet sambil istirahat sejenak. Tak lama beristirahat segera kita menuju terminal Semarang yang kemudian melanjutkan ke daerah Garung Wonosobo.
Sekira 4 sampai 5 jam perjalanan, kita tiba di pertigaan Garung, persis ada masjid, dan kita sempatkan untuk shalat jumat berjamaah disana. Selesai shalat kita mencari makanan khas Garung, dan tahukah kawan, makan siang yang tak terlupakan dengan brongkos dan bebek gulai, yummy, prepare untuk naik. untungnya Kang Sob tak lupa membungkus nasi, yang pada akhirnya sangat bermanfaat buat kita-kita di tengah jalan.
Pukul 16.00 atau setelah ashar kita mulai berjalan. dengan semangad '45. Kita berjalan menyusuri ladang-ladang tembakau. Medan belum terlalu berat masih landai dan kita masih bisa bercengkrama. Kemudian medan mulai berubah, kita menemui jalan berbatu, semuanya batu yang sepertinya sudah di tata sedemikain rupa.Â
Tampak didepan kami keindahan puncak Gunung Sumbing di sore itu sudah terlihat jelas. perpaduan cahaya matahari sore itu dengan keringnya gunung, tampak kemerahan puncaknya. Sambil menikmati indahnya suasana sore itu kita bercerita, kita bernarsis ria dan berpolah seperti anak kecil. Ada yang bergaya climbing, dan aku yakin semua kawanku menikmati perjalanannya dengan khayalannya masing-masing.
Kami terus berjalan, berjalan dan berjalan. Peluh mulai membasahi kami, hembusan angin mulai merayapi kulit kami, kantuk mulai menghadang dan debu semakin ganas menyerang, namun semua itu terkalahkan dengan semangat teman-teman, Tutu, bidadari satu-satunya diantara bidadara-bidadara, begitu gigih melawan medan yang bisa dibilang berat.
Kang Tege, Aku dan Kang Nyot jalan didepan untuk mencari lokasi, tak berapa lama kita sudah mendapatkan tempat yang lumayan layak untuk ngecamp, segera buka tenda, dan menyiapkan segalanya. tenda berdiri dan siap kita untuk masak dan Narkopian. kita tidak tahu view yang akan kita lihat keesokan paginya, karena pada saat itu malam menjelang, sekira pukul 22.30..Makan malam tersedia, narkopi tidak ketinggalan menu kita malam ini adalah indomie rebus, telur dadar dan nasi, hmmm yummmy.
Makan malam yang bukan hanya bisa mengganjal perut, namun juga mempunyai sensasi yang luar biasa yang menurutku mengalahkan candle light dinnernya orang-orang ternama. setelah itu...bergegas masuk tenda, ambil jaket, dan SB, karena angin mulai merayapi kembali masuk melalui pori-pori yang membuat badan menggigil.. zzzttttttt......tidoooorrrrrrr..
Namun itu hanya beberapa meter saja kawan, selanjutnya tanjakan terjal sudah menunggu didepan mata, kami terus berjalan menapakinya, langkah-langkah kami mulai gontai, rasa lelah kembali mnghampiri kami, Kang Nyot bahkan sampai tertidur pulas di tengah jalan karena menikmati kepalanya yang memang sudah pusing dari tadi. Halangan itu kami lalui, bidadari satu-satunya tetap melangkahkan kakinya dan aku sangat kagum dengan tekadnya, tekad yang harus aku tanamkan kepada diriku sendiri.
Kami tidak lama menikmati suasana puncak gunung tersebut, karena pukul 03.30 kami harus kembali turun agar tidak kemalam sampai base camp. Aku berfikir dengan medan turun akan lebih mudah dan tidak menguras tenaga, namun kawan, setelah aku jalani ternyata fikiranku salah. Medan menurun justru lebih menguras energi dan tenaga kita.Â
Tahukah kawan, kenapa kami selalu bergumam demikian. Dari Pos Pestan sampai bawah, kami hanya mempunyai perbekalan air masing-masing hanya 1/16 aqua botol kecil, 2 buah agar-agar atau jelly dan beberapa permen, hanya itu perbekalan kami dan itu harus kami hemat untuk mencapai base camp. I Will Survive.
Akhirnya setelah melewati itu semua tepat pukl 22.40 kami semua tiba di base camp Garung. namun sayang, pos tersebut sudah penuh dengan para pendaki yag hendak naik keesokan paginya, akhirnya kami di perkenankan menginap di rumah Pak Jamal, ya seorang yang menjaga pos pendakian di Garung. Kami istirahat sejenak dan tahukah kawan, gumamam kami tadi, di tengah gunung tadi, tereaslisasi, ya teh manis dengan aroma khas Garung tiba, segera kami membantainya, tiga gelas, tiga gelas dua gelas, luar biasa, pelajaran moral no 181 yang saya dapatkan, berucaplah yang baik-baik saja, karena ucapan adalah doa, kawan. Sangat puas kami menikmati teh manis, setelah itu kami istirahat untuk melanjutkan pulang keesokan harinya.
Tidak terfikir oleh kami untuk ke Yogja, namun akhirnya kita menikmati suasana Yogya nan khas. Ini berawal dari bis yang kami lihat tadi, bahwa bis jurusan yang ke jogja itu kosong, berbanding terbalik dengan bis yang ke semarang. Kang Sob yang memulainya, dan mau ga mau, kita mengikuti langkahnya, tetapi di jogja kami bis mendapatkan pengalaman lagi, kita mendapatkan cerita lagi. Tapi setelah tiba di jogja justru Kang Sob dan Tutu pulang lebih awal, karena mereka adalah karyawan teladan yang mengejar masuk kerja di hari seninnya.
 Aku, Kang Tege, Wawan "bimbim" Tuber, Kang Nyotz dan P(f) menikmati suasana yogya, oh ya kawan, rupanya Kang Nyotz sedang menikmati sakitnya, terkulai lemah tak berdaya, tepar dan hanya tiduran saja di hotel "TUGU" jogja^-^. Ya, kami menginap di hotel berbintang dengan fasilitas full, ya full debu dan memang benar-benar full orang di hotel tersebut.Â
Di hotel itu juga kami disambangi oleh sahabat kami, Mbak Ewin yang datang dengan membawa kehangatan Susu Jahe dan cemilan yang bisa mengganjal perut kami, namun dari semua itu, adalah kehangatan persahabatan yang luar biasa, Mbak Ewin sudah di jemput oleh keretanya. Kami kembali menikmati hotel itu dan Kang Nyot masih menikmati dirinya sendiri.
Nah ini lagi yang menarik SARKEM, ya Sarkem, aku, Kang Tege dan P(f) tak ketinggalan menikmati suasana malam di Sarkem, lorong demi lorong kami lalui, kami ingin sedikit lihat kehidupan disana, wanita dengan pakaian nan seksi dengan sebatang rokok di tangannya, pria dengan dandanan ala bodyguard, pedagang rokok dan kopi, semua berbaur mencari rezeki, aku berujar seperti ujarannya Bang Iwan, "oh tuhan beri setetes rejeki". tips, jangan kesana sendirian kawan, berbahaya, jika mau kesana harus ajak-ajak ya nah itu baru gpp,, (intermezzodikit ah)^-^.
Kehidupan memang harus dijalani, dilalui sekeras apapun itu, sesulit apapun itu, kenyaataannya memang harus diterima apapun profesinya. kita harus bisa menghargai dan menghormati satu sama lain. Kita tidak bisa memvonisnya, kita tidak berhak memposisikan diri kita lebih hebat dari mereka. Kita adalah sama, dan kita semua mempunyai kehidupannya masing-masing.
Setelah melihat-lihat Sarkem kami kembali ke hotel berbintang kami tadi. istirahat sejenak dan merebahkan diri untuk menghadapi antrian tiket kereta esok harinya. Kami dapat kabar bahwa kereta ekonomi sudah ludes terjual sd tgl 8 september 2011, huufth, kami gambling karena kami juga dapat informasi bahwa ada penjualan tiket yg ke Jakarat dengan kereta baru, Gajah Wong namanya. Tahukah kawan, loket dibuka jam 8 pagi untuk keberangkatan jam 19.30, namun ketika kami tiba di stasiun Lempuyangan Yogya, jam 05.00, kami lihat sudah banyak orang yang mengantri, kami masuk kedalam antrian itu dan berdoa semoga mendapatkan tiket ke Jakarta.Â
Tuhan maha baik kepada kami, kami mendapatkan tiket persis di belakang P(f) kang tege atau Wawan"bimbim"Tuber, tiket sudah ludes terjual. Tenang kami sudah mendapatkan tiket dan bersiap untuk menikmati Malioboro di siang harinya. Kami sempat menikmati pengamen jalanan yang luar biasa, lagu-lagu tradisional dengan alat musik tradisional juga sempat kami nikmati di sana. Puas menikmati suasana Jogja kami kembali ke tempat istirahat kami menunggu pulang. jam 19.30 kami bersiap pulang kejakarta dan tiba keesokan paginya di station senen.
Kepada sahabat alam, Kang Tege, Kang Sob, Kang Nyots, P(f), Wawan"bimbim"Tuber dan bidadari satu-satunya, Tutu, thanks untuk kebersamaannya menikmati keindahan alam nusantara ini, Indonesia Raya ini.
Catatan.. Foto taken P(f) aka faisal Basri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H