Kami terlelap, nyenyak kawan. Kuberitahu tipsnya kawan ketika kita inign perjalanan jauh. “jalanlah di waktu malam, baik kereta atau bis, di samping kita bisa tidur, jalanan juga ngga macet kawan” plong, lengang dan tak terasa kurang lebih pukul 04.50 pagi, kami tiba Masjid Tarogong, yang memang menjadi meeting point ke dua kami, sambil menunggu angkot dan kawan kami yang akan menjemput, . rekomended kawan, ada sebuah tukang gorengan persis di sekitar masjid itu, bala-balanya uenaaak tenan, asli gapura-pura, kami habiskan sekira 21 buah bala-bala, 8 lontong, 11 cabe rawit, 4 gelas kopi, dan 5 gelas teh manis. tak lupa kami sholat subuh, Adem kawan. Kenapa jika di masjid hati kita, badan kita dan fisik kita itu berasa adem, nyaman dan yang sejuk2 lah, mungkin karena aura yang ada di dinding masjid itu menyimpan alunan dan lantunan kalam-kalam ilahi ya. Ah sudahlah. Sekitar pukul 05.40, angkot pun datang.
Lanjuuuut, dari Masjid Tarogong tadi, kami siap meluncur ke daerah Samarang, ennnah ini lagi, mungkin ya, ini mungkin lho. ada beberapa persamaan kata, dari kota yang ada di Jawa Barat dan Jawa tengah. Samarang-Semarang. Purwakarta-Purwokerto, mungkin kawan mau menambahkan yang lain? Kami tiba di rumah saudara Indro yang akhirnya aku tahu namanya Sopi. Ritual Ngopi tak ketinggalan setiba kami tiba disana, repacking juga, karena rupanya kami kebanyakan membawa perlengkapan, terutama tenda, kami kelebihan tenda, hooooraaaaaang kaya.
Ya akhirnya tenda tidak kami bawa dan ada beberap pakaian yang kami titipkan disini. Siaaaap. Kami mulai berjalanmenuju pos Registrasi Pendakian Gn. Guntur via Cikahuripan. Di awal perjalanan saya lihat seorang ibu tua sedang memeriksa hasil panen padinya, dan saya bergumam semoga masih ada orang/petani yang masih mau bertani di era digital sekarang ini.
Sawah membentang luas dan terik mentari membayangi kami kawan. Di sepertiga perjalanan kami, ada sebuah truk pasir yang akan mengangkat pasir dari Gunung Guntur tersebut, menghenat tenaga dengan naik truk pasir tersebut, dan ternyata kami di atas truk itu diombang ambing, karena medan yang dilalui batu gunung, batu kali. Gede-gede kawan.tapi jelas ini menghemat waktu dan tenaga karena ketika kami turun, dan tidak naik truk, kaki kami lunglai, malas bergerak dan letih lesu, wkwkwk terima kasih tuhan, terima kasih supir truk yang sudah mengangkut kami menuju Pos Registrasi Gunung Guntur. Kami turun dari truk pasir tadi di persimpangan menuju Pos Registrasi. Pemanasan di mulai, medan berpasir, gembur menyambut kami. Ilalang masih tumbuh dan ladang-ladang pertanian penduduk (kol, tembakau) kami lalui dengan sukses.
[caption caption="Foto taken Faisal"]
[/caption]Di pos Registrasi sudah ada Mang Ipin (Arifin), sebagai orang yang di tuakan. Pos dengan dua lantai ini bisa kita jadikan dapur umum dan istirahat, sebelum ata sesudah pendakian. Dengan masih menggunakan tungku, kami bisa memasak indomie disini. Kami sudah prepare di rumah yance taid dengan membawa bekel nasi bungkus, tepat jam 13.00 kami santap bekel kami dan selamat makan, nikmat kawan. Di tambah lagi sambel buatan den bagus seruput manyun, tambah nikmat makan siang kami. Selasai maksi, tak lupa juga beberapa kawan menyetor muka untuk mengucap sukur, yang memang di sediakan mushalla disana.selesai..mari kita langkahkah kaki untuk berjuang mendaki gunung Guntur ini.
[caption caption="foto taken Indro"]
Medan awal, yang kami lalui berpasir dengan ladang-ladang penduduk. Ilalang dan aliran sungai namun tidak ada airnya. Langkah irama kami, begitu menikmati setiap langkah ini, CMB kawan, terik mentari tidak terlalu membakar kulit kami, karena sepertinya mentari selalu di tutupi awan, dan ada nyanyian kawan tentang awan ini “awan hitam giginya putih (nyanyi mode on), paman togi seneng sekali mendengarnya. Bhahahaha.
[caption caption="Foto taken Faisal"]
[caption caption="foto taken Indro"]
[caption caption="Foto taken Faisal"]