Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Narkopian Goes to Gunung Guntur: Pendakian Mini Semeru dan Rinjani Garut

21 April 2016   14:44 Diperbarui: 22 April 2016   14:41 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!

#Andrea Hirata#

[caption caption="kabut"][/caption]

                                                                               

Rentangkan tanganmu kawan..Bebaskan fikiranmu. Biarkan imajimu melayang. Setiap imaji akan membawa kenangan dan ketika khayalmu asyik masyuk ke dalam setiap pendakian, gunung jelas membuat kita lelah fisik..tapi membentuk semangat hati, kaya nurani dan peka terhadap realita."

[caption caption="foto taken Indro"]

[/caption]

[caption caption="foto taken indro"][/caption]

So kuberitahu satu hal kawan, perbanyaklah piknik, maen lah yang jauh, nongkronglah di warung kopi, karena itu semua membuat kita lapang hati, jernih fikiran dan membuat bening nurani. Dengan banyak piknik kita terhindar dari biibit pemfitnahan, kaum nyinyir dan menebar virus kebencian. Wooy, wake up kawan. Bagi mereka yang suka menyebar kebencian, memfitnah dan dan menshare berita yang ga jelas referensinya, itu adalah cerminan dirimu, dirimu adalah apa yang kau baca. perbanyaklah piknik, pulanglah jauh lebih malam, maenlah yang jauhhhhh, liat realitas yang ada. Ini nusantara kawan, martabat dan budaya kita luhung, sejarah kita begitu kuat mengakar menjadi fondasi yang kokoh. Enyah kau dari Bumi Nusantara jika kau hanya ingin menyebarkan virus-virus kebencian dan menshare berita-berita HOAX.

Narkopian; daripada narkoba mending ngopi kawan

Nah untuk itu, kami dari NARKOPIAN, piknik, maen yang agak jauh ke daerah Garut, yang konon katanya, Garut adalah Swiss Van Java yang pernah di kunjungi oleh Charlie Chaplin. Kontur daerah yang berbukit dan berudara sejuk membuat aktor atau komedian yak, (ah sudahlah),  tersebut kerasan hingga membuat ia kembali lagi ke garut dengan di temani sang Istri untuk kunjungannya yang kedua. Noh kan kawan, Charlie Chaplin begitu terpesona dengan keindahan Garut. Selain kontur yang berbukit, Garut juga di kelilingi gunung-gunung. Papandayan dengan belerang yang masih aktif membuat nafas kita engap kawan, Pondok Salada yang membuat mata kita di buat teduh dengan ladang edelweissnya...Gunung Cikuray  begitu gagah, membentuk kerucut segitiga yang angkuh, sombong. Namun hamparan perkebunan tehnya lagi-lagi memanjakan mata kita. Pos Pemancar menjadi titik awal pendakian di sana.

Pendakian kami ini adalah pendakian gunung GUNTUR.Gunung Guntur adalah sebuah gunung yang berada di wilayah Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2.249 mdpl. Ada beberapa jalur pendakian untuk menapakinya. Kami memilih jalur Cikahuripan, karena di sana saudara kawan kami Indri yang hatinya nyaman tinggal. Woro-woro di Sosmed Narkopian di lakukan, dan waktu telah kita tetapkan untuk berkumpul di terminal Kampung Rambutan pada Jumat malam. Kami ber sembilan siap berangkat dan akan berkumpul di sana. Tahukan kawan arti angka 9. Wali berjumlah sembilan, lambang NU, adalah sembilan bintang, so, 9 merupakan angka tertinggi dalam jumlah angka kita, bukan 10 lho. Sembilan adalah angka yang menunjukkan kesempurnaan kawan. Janjian jam 21.00. namun tetap saja ada yang pake karet di masukin minyak, melaaar, sampe jam 23.00. Sekira jam 24.00, kami siap untuk menuju Garut ,dan taraaaa, bus pun berjalan,.kalo ngga ngetem di Pasar Rebo bukan bus namanya, Mobil pribadi itu..lama kawan di Pasar Rebo ngetemnya. Jam 01.00 mobil berjalan menembus gelapnya malam. 

Kami terlelap, nyenyak kawan. Kuberitahu tipsnya kawan ketika kita inign  perjalanan jauh. “jalanlah di waktu malam, baik kereta atau bis, di samping kita bisa tidur, jalanan juga ngga macet kawan” plong, lengang dan tak terasa kurang lebih pukul 04.50 pagi, kami tiba Masjid Tarogong, yang memang menjadi meeting point ke dua kami,  sambil menunggu angkot dan kawan kami yang akan menjemput, . rekomended kawan, ada sebuah tukang gorengan persis di sekitar masjid itu, bala-balanya uenaaak tenan, asli gapura-pura, kami habiskan sekira 21 buah bala-bala, 8 lontong, 11 cabe rawit, 4 gelas kopi, dan 5 gelas teh manis.  tak lupa kami sholat subuh, Adem kawan. Kenapa jika di masjid hati kita, badan kita dan fisik kita itu berasa adem, nyaman dan yang sejuk2 lah, mungkin karena aura yang ada di dinding masjid itu menyimpan alunan dan lantunan kalam-kalam ilahi ya. Ah sudahlah. Sekitar pukul 05.40, angkot pun datang.

Lanjuuuut, dari Masjid Tarogong tadi, kami siap meluncur ke daerah Samarang, ennnah ini lagi, mungkin ya, ini mungkin lho. ada beberapa persamaan kata, dari kota yang ada di Jawa Barat dan Jawa tengah. Samarang-Semarang. Purwakarta-Purwokerto, mungkin kawan mau menambahkan yang lain?  Kami tiba di rumah saudara Indro yang akhirnya aku tahu namanya Sopi. Ritual Ngopi tak ketinggalan setiba kami tiba disana, repacking juga, karena rupanya kami kebanyakan membawa perlengkapan, terutama tenda, kami kelebihan tenda, hooooraaaaaang kaya. 

Ya akhirnya tenda tidak kami bawa dan ada beberap pakaian yang kami titipkan disini. Siaaaap. Kami mulai berjalanmenuju pos Registrasi Pendakian Gn. Guntur via Cikahuripan. Di awal perjalanan saya lihat seorang ibu tua sedang memeriksa hasil panen padinya, dan saya bergumam semoga masih ada orang/petani yang masih mau bertani di era digital sekarang ini. 

Sawah membentang luas dan terik mentari membayangi kami kawan. Di sepertiga perjalanan kami, ada sebuah truk pasir yang akan mengangkat pasir dari Gunung Guntur tersebut,  menghenat tenaga dengan naik truk pasir tersebut, dan ternyata kami di atas truk itu diombang ambing, karena medan yang dilalui batu gunung, batu kali. Gede-gede kawan.tapi jelas ini menghemat waktu dan tenaga karena ketika kami turun, dan tidak naik truk, kaki kami lunglai, malas bergerak dan letih lesu, wkwkwk terima kasih tuhan, terima kasih supir truk yang sudah mengangkut kami menuju Pos Registrasi Gunung Guntur. Kami turun dari truk pasir tadi di persimpangan menuju Pos Registrasi. Pemanasan di mulai, medan berpasir, gembur menyambut kami. Ilalang masih tumbuh dan ladang-ladang pertanian penduduk (kol, tembakau) kami  lalui dengan sukses.

[caption caption="Foto taken Faisal"]

                                                                     

[/caption]Di pos Registrasi sudah ada Mang Ipin (Arifin), sebagai orang yang di tuakan. Pos dengan dua lantai ini bisa kita jadikan dapur umum dan istirahat, sebelum ata sesudah pendakian. Dengan masih menggunakan tungku, kami bisa memasak indomie disini. Kami sudah prepare di rumah yance taid dengan membawa bekel nasi bungkus, tepat jam 13.00 kami santap bekel kami dan selamat makan, nikmat kawan. Di tambah lagi sambel buatan den bagus seruput manyun, tambah nikmat makan siang kami. Selasai maksi, tak lupa juga beberapa kawan menyetor muka untuk mengucap sukur, yang memang di sediakan mushalla disana.selesai..mari kita langkahkah kaki untuk berjuang mendaki gunung Guntur ini.

[caption caption="foto taken Indro"]

[/caption]

Medan awal, yang kami lalui berpasir dengan ladang-ladang penduduk. Ilalang dan aliran sungai namun tidak ada airnya. Langkah irama kami, begitu menikmati setiap langkah ini, CMB kawan, terik mentari tidak terlalu membakar kulit kami, karena sepertinya mentari selalu di tutupi awan, dan ada nyanyian kawan tentang awan ini “awan hitam giginya putih (nyanyi mode on), paman togi seneng sekali mendengarnya. Bhahahaha.

[caption caption="Foto taken Faisal"]

[/caption]Pos 1 kami lalui dengan sukses, istirahat seejak, ku bakar rokokku, kunikmati setiap hembusannya, hembusan anginnya dan secara tiba-tiba kabut mulai turun dan pemandangan yang ajieb, sempurna dan inilah yang aku cari. Perpaduan 3 unsur, kabut, lembah dan alam terbuka. Membuat fikiranku jauh melayang ke pendakian rinjani (http://www.kompasiana.com/4ym4r4/rinjani-3-726-mdpl-menggapai-mahkota-anjani-sebuah-catatan-perjalanan-i_54f4440b745513962b6c886e) , ke Semeru (http://www.kompasiana.com/4ym4r4/semeru-puncak-abadi-para-dewa-sebuah-catatan-perjalanan_5520166c813311611e9dfc64) . Pendakian Ini bisa kubilang, sebagai Mini Semeru setelah Arcopodo dan Mini Rinjani. Dari Pos 3 menuju Plawangan Sembalun.

[caption caption="foto taken Indro"]

[/caption]Setelah kita melewati hutan Mati, dengan medan berpasir kita akan betemu dengan pos berikutny, lanjuuuuuut. Hingga kita akan akan menjumati sebuah pos, untuk menuju puncak 3 atau Puncak 4.

[caption caption="Foto taken Faisal"]

[/caption]kita tinggal memilih untuk ngecamp dimana, kami putuskan untuk ngecamp di Pos 3. Tentang pilihan ini ada ungkapan yang sangat bagus kawan.” Dan pada akhirnya setiap pilihan yang kita pilih apapun itu baik sesuai atau tidak dengan pilihan kita, pada akhirnya pilihan kita ada menerima”. Kami ngecamp di sini, ketika kami tiba, gerimis mulai, hujan rintik-rintik, kami bergegas mendirikan tenda, dan taraaaaaaaa inilah tenda kami. Siap dan bercengkaram-berhahhihi. Dan tak lupa ritual narkopian dan masak tak ketinggaalan kawan. Oh iya, di sini, di Puncak ini, baru kami jumpai bahwa yang ada hanyalah tenda kami, tiada tenda lain. Serasa puncak ini adalah milik kami NARKOPIAN. Angkat gelasmu kawan, mari tuangkan air kedamaian.salam srupuuuut

[caption caption="Foto taken Faisal"]

 [/caption]

[caption caption="matahari, sunrise, awan dan kita"]

[/caption]Terima kasih

[caption caption="makaaaan"]

[/caption]

kawan, Ayah, kami menyebutnya demikian karena memang, ayah inilah yang kita anggap sebagai orang tua kita, dan berjiwa muda. Paman Togi, berbadan kekar, namun anak bungsuwnya ayah, Faisal, fotografer dan vidiografer handal narkopian, yang akibat terlalu lama asik denganvidionya, jadi gagal terus ngedit vidio kita-kita. Kk tutu, feminis di kantor, namun ngacir di tanjakan dan turunan gunung. Indro dan Agan Prima, chef kita yang selalu enak ketika memasak jamur Shitake. Bungsuw, ngga ada lo ngga rame, analogi-analogi yang keluar dari celotehannya membuat kami grrrrr. Kocak, cerdas, tapi aaaaah sudahlah. Utami, ini adalah pendakian pertamaku bersamanya, alon-alon sing penting klakon. Dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih teruntuk , Iwan Kusniawan, Sule & Ipin yg sudah bantu dan masak bareng disana,

[caption caption="Foto taken Faisal"]

[/caption]

Aymara.

Cat

Jakarta-Garut (masjid Tarogong)

Garut-Masjid Tarogong-Samarang

Samarang-menuju Gunung Guntur Via Kahuripan

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun