Angin datang dari mana Merayapi lembah gunung Ada luka dalam duka Dilempar kedalam kawah Memanjat tebing tebing sunyi Memasuki pintu misteri Menggores batu batu Dengan kata sederhana Dengan doa sederhana Merenung seperti gunung Mengurai hidup dari langit Jejak jejak yang tertinggal Menyimpan rahasia hidup
#Doa Dalam Sunyi#
#Iwan Fals#
Jika hidup ini seumpama syair Bang Iwan yang terakhir di atas, maka pengalaman demi pengalaman yang menghantam kita dari waktu ke waktu adalah laksana kilatan-kilatan petir yang meyambar-nyambar dan melesat di dalam dada kita. Dan pengalaman pengalaman itu akankah bisa kita jadikan pelajaran dalam mengarungi kehidupan nan luas ini atau sekadar menempel didalam kehidupan kita saja. Aku ingin mengambil pengalaman itu, meraihnya, menggapainya, dan merenunginya seperti gunung, lalu menguraikannya. Dan tak lupa juga aku sertakan jejak-jejak yang pernah tertinggal itu, akan aku simpan didalam memori otakku yang kemudian aku berharap bisa merealisasikannya dalam kehidupan yang sebenarnya.
Untuk itu aku selalu camkan kata-kata bijak yang mungkin sering kawan dengar juga“Pengalaman Adalah Guru yang paling Berharga”. Iya kan kawan. Dengan pengalaman yang kita dapatkan, kita bisa mengambil pelajaran itu, lalu kita jadikan sebagai hal yang lebih baik lagi. Namun kawan, banyak dari kita yang sudah di hantam berbagai macam pengalaman namun mereka tak kunjung belajar dan sadar. ia hanya terpaku dan terpukau dengan pengalamannya. ia tidak jadikan pengalaman itu sebagai pelajaran. Sebenarnya orang itu adalah orang yang merugi, karena ia tidak peka dengan apa yang sudah di alaminya. Nah kawan, aku ingin mengambilnya, ingin meraihnya dan menurutku, pengalaman ini akan membuatku semakin termotivasi untuk diriku sendiri.
Aku ingin menjadikan pengalaman mendaki Gunung Rinjani ini bak mutiara, dan mutiara itu adalah Menggapai Mahkota Dewi Anjani. Kabutmu, Sabanamu, dan Bukit Penyiksaan, Penyesalan dan Penderitaan itu sering sekali ku dengar. Aku tidak hanya ingin mendengar kawan, aku ingin merasakannya sendiri, dan itu sebentar lagi akan terealisasi.
Untuk merealisasikan mimpi itu, mulailah kita ngobrol-ngobrol baik narkopian di gunung ataupun kemping ceria, dan kemudian di matangkan di media social (facebook), bahkan sempat terlontar nabung gunung.hahah ide brilian, walaupun tidak terlaksana, mungkin kita sibuk dengan kesibukan kita. Kami merencanakan pendakian ini, atau tepatnya Narkopian di Gunung Rinjani. Tanggal di sepakati, waktu sudah di setujui, tinggal kita hunting tiket untuk memudahkan perjalanan kita. Kuberitahu kawan, untuk melakukan pendakian ini, kita sudah sangat lama merencanakannya, jauh hari sebelum bulan Mei 2012 ini, mungkin 6 bulan atau setahun lalu. Jadi perlu persiapan fisik dan juga koordinasi antar tim yang solid. Karena menurut ku Gunung Rinjani adalah mimpi yang teramat jauh untuk kugapai, dan kawan pelajaran moral no 16, bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi itu dan kemudian akan di kembalikan ke kita yang kemudian akan di realisasikan.
Dengan waktu yang lumayan lama, kita (tim) bisa mempersiapkan dengan baik, kita adakan tracking tik tok Gunung Pulosari Banten dan juga Kemping Ceria Explore 7 curug di Cilember. Dan ternyata kawan, Proses persiapan itu sangat membantu ku dalam mengarungi medan atau track rinjani nanti. Tips (persiapkan mental dan fisik jika kawan hendak mendaki, sekecil apapun gunung itu, tetap kita harus mempersiapkan diri dengan baik)
Untuk memudahkan tentang pertiketan “motor mabur” ini, dengan sukarela, Rian membooking tiket “motor mabur” langsung menuju LOP dan tahukah kawan, kami dapat harga tiket promosi sebuah maskapai ternama negeri ini. Thanks Rian, sudah membooking tiket tim narkopian untuk langsung menuju Lombok.
Waw, mimpi itu semakin dekat, nyaris nyata kawan, ya, hari yang di tunggu itupun tiba. 11 Mei 2012 jam 18.05 kami menaiki “motor mabur” menuju bandara LOP. Kami berangkat 11 orang, Kang Tege, Aku, Bang Togi, Muhammad Sofyan, Zaki, Ucok, Tutu, Mira, Rian, Febita, dan Wilda. Dan Tim terbagi menjadi dua rombongan. Menggunakan “motor mabur” Garuda dan Lion Air.
Aku bergetar dan seakan tidak percaya bahwa sebentar lagi akan menginjakkan kakiku di pulau Lombok, pulau yang di sebut juga sebagai pulau kayangan, pantaimu, pasir lembutmu, tiga gilimu dan gunung tertinggi ketiga di negara kita ini, akan aku singgahi.. Packingan ku begitu banyak, karena memang aku akan ngebolang 10 hari disana kawan, karena selain hiking, aku juga akan mengexploredan mantai di lombok kemudian explore ke Bali. Carier, dan daypack serta tas kecil tak ketinggalan, dan pastinya penutup kepala sakti itu selalu menemani ku kemanapun aku hiking atau mantai.
Tepat jam 22.00 waktu lombok, aku tiba segera kami mencari tempat untuk istirahat sejenak dan juga sambil menunggu tim kami yang lain yang menggunakan maskapai lain. Mushalla adalah tempat yang sangat pas untuk kami istirahat. Duduk lesehan di bandara dan pastinya bercerita bersama tim dan tak ketinggalan narkopian selalu menemani kami. Banyak orang-orang yang menawarkan jasanya untuk mengantar kami, namun kami bilang, kami sedang menunggu tim lain (Wilda dan Ucok), nanti setelah lengkap baru kami kabari lagi.. Oh iya, di LOP juga kami di jemput oleh Anggi, kawan kang tege dan mboiy nyot yang pernah satu frame ketika ke Baduy. Begitu erat rasa itu, silaturahmi, persaudaraan dan pastinya persahabatan. Dengan perjalanan bersama, aku yakin sekali bahwa kita akan dengan cepat menambah persaudaraan, itulah salah satu kenapa aku suka backpackeranI dan narkopian.
Jam 23.00 Ucok dan Wilda tiba, Wilda dengan gaya khasnya selalu membuat suasana menjadi rame dan ceria, oh iya kawan, dengan perjalan bersama dan hikingataupun narkopian bersama, sedikit banyak aku belajar memahami karakter kawan-kawanku. Jika dalam bahasa jawanya adalah “life observer”. Dan jika menurut Andrea Hirata, salah satu penulis yang menginspirasiku,;
Aku senangmengamati kehidupan. Aku selalu tertarik menjadi semacam life observer, sejak aku menemukan fakta bahwa sebagian besar orangtak seperti bagaimana mereka tampaknya, dan begitu banyak orang yang salah dipahami.
Di sisi lain, manusia gampang sekali menjatuhkan penilaian, judge minded.
Aku suka mempelajari motivasi orang, mengapa ia berperilaku begitu, mengapa ia seperti ia adanya,
bagaimana perspektifnya atas suatu situasi, apa saja ekspektasinya.
Ternyata apa yang ada di dalam kepala manusia seukuran batok kelapa bisa lebih kompleks dari konstelasi galaksi-galaksi dan Kawan,
di situlah daya tarik terbesar menjadi seorang life observer .. “
Jam 00.00, kami semua lengkap dan siap menuju penginapan, karena memang kami perlu istirahat sejenak melemaskan otot dan syaraf mata kami. Tawar menawar harga mobil untuk mengantar kamipun sudah di sepakati. Rp 300,000,- kawan dengan 2 buah mobil mengangkut kami ke penginapan Wisma Nusantara I.nama penginapannya. harga yang wajar karena kami berjumlah 14 orang, karena ada kawan kami juga yang entah tertingal, ketinggalan atau apa, dan mereka sendiri yang bilang bahwa mereka adalah anak pungut. Hahahahahah. Sedikit intermezzo kawan. Keluar dari bandara, menikmati malam di Mataram nan sunyi, jalan begitu lengang, kecepatan mobil normal dan tetap saja tidak bisa membuat kami kami tertutup. Setelah sekira 1 jam perjalanan, kami tiba di Wisma Nusantara 1 dan rupanya Mas Farhan driver kami yang akan membawa kami mengexplore lombok keesokan harinya, sudah ada disana. Sudah lebih dari 2 bahkan 3 jam sebelumnya, thanks Mas Farhan. Kami kemudian cek in dan tahukah kawan, penginapan ini begitu murah, hanya dikenakan biaya Rp 20.000 perkepala. Waw..Kami masuk kamar, buka tas dan kemudian ngobrol-ngobrol lagi, sementara sepertinya tim wanita sudah masuk kamar dan zzzzzzzzttt
Pagi hari jam 08.00 kami sudah di jemput oleh Mas Farhan dan Mas Alit, yang akan mengantar kami ke Kaki gunung Rinjani, Sembalun tepatnya, namun sebelum itu kami mampir dahulu ke pasar tradisional untuk membeli belanjaan untuk keperluan kami di gunung, oh iya kawan, di hari ini juga kami janjian dengan guide kami Locker Alfonso aku menyebutnya “harimau Rinjani”, karena memang guide kami ini sepertinya sangat memahami karakter, jalur dan track gunung ini. Namun sang “harimau” ini sepertinya pemalu dan pendiam, tidak banyak ku dengar cerita misterius tentang gunung ini, namun kawan, coba sekali lagi angkat sekali lagi gelasmu kawan, mari kita tuangkan air kedamaian. hahahaha.
Belanjaan sudah siap, Tutu, Wilda, Meira, Febi, Rian ikut nimbrung untuk membeli bahan-bahan disana, begitu solid dan kompak kebersamaan ini, a a ayyyyyeee. Semua siap, belanjaan beres lalu kita lanjutkan perjalanan menuju rumah makan, Soto adalah menu paling pas untuk sarapan pagi ini. Kita semua memesan soto, tempe kerupuk adalah menu kita dan bim salabim begitu nikmat sarapan itu, tempe tiga potong masuk ke perut bang togi, dua potong ke masuk ke perut ucok dan selebih nya satu-satu masuk ke perut kami masing-masing.
Setelah kenyang perjalanan kita lanjutkan untuk memulai pendakian. Jalan mulai berbelok, namun kawan, jalan di lombok begitu halus, bagus dan mulus, jauh ketimbang depok yang rusak parah, ckckckckck. Dengan mulusnya jalan di lombok dan tiadanya kemacetan membuat perjalanan kami sangat nyaman dan tentram. Aku begitu menikmati suasana baru ini, kota baru, jalan baru dan pastinya pengalaman baru. Kami melapir di Pos Pendaftaran terlebih dahulu, dengan biaya adminitrasi 10.000,-. Administrasi beres dan kami siap mendaki, namun sebelumnya kami sudahprepare tentang porter, karena memang jasa porter sangat di butuhkan dalam pendakian ini, porter ini akan membantu kami membawa barang-barang bawaan tim dan juga mempersiapkan tenda. Porter kami ada tiga orang yaitu, Pak Rika, Maul dan Dani.
Persis di pintu gerbang menuju Rinjani, kami repacking, bahkan aku mandi dulu untuk beradaptasi dengan cuaca yang baru, aku yakin dengan kita mandi itu akan sangat membantu kita beradaptasi dengan daerah baru, melawan kedinginan dan tubuh dengan cepat menyerap suasanan baru itu. Barang sudah kembali di packing dan siap untuk memulai pendakian. Ritual ini tak pernah di lupakan, berdoa untuk keselamatan tim, baik ketika mendaki dan selamat seluruhnya ketika turun, doa di panjatkan, toast sudah di lakukan, waktunya untuk berjuang kawan, siappppppp.
Sekira jam 15.30 atau jam 16.00, kami semua melangkah, melangkah dengan pasti dengan angan dan harap menikmati dan menggapai mahkota dewi Anjani. Kami beriringan laksana semut memberikan upeti kepada rajanya, tas, cariel dan ransel besar-besar menemani kami, dan juga kotoran sapi berserak di setiap jalan yang kami lalui, baru beberapa langkah dari gerbang sembalun, langsung aku di berikan pemandangan yang eksotis, kebun-kebun daun bawang milik penduduk kemudian sabana yang luas dan di depannya berdiri kokoh gunung rinjani, gunung yang memang merupakan impian kami. Waw, aku hanya bergumam, waw. Ucok persis di depanku, kang tege dan locker di belakang ku, mboiy nyotz, bang togi, wilda, rian, zaki, meira, febi dan tutu di depan. Jalur masih landai dan padang sabana itu kini aku rasakan sendiri, aku melangkah pasti dan tanjakan awal ini membuat tubuhku beradaptasi dengan cepat, nafasku mulai terengah menanjakinya, kakiku sedikit berat, karaena ini adalah pengalaman pertamaku naik gunung menggunakan sepatu, adaptasi yang lama. Tanjakan pertama aku lalui dengan gemilang, sukses dan kembali aku atur nafasku. Kotoran sapi masih ada dimana-mana. Ya sabana itu masih luas kawan, tak lama kami memasuki bibir hutan, rimbun, gelap dan lembab….(to be bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H