Mohon tunggu...
Arbi Sabi Syah
Arbi Sabi Syah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jurnalis Komparatif.id

Jurnalis Komparatif.id dan Kreator Konten Media Sosial Blockchain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FFK] Arti Sebuah Perkawinan

18 Maret 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13004516391816252648

Pedidikanku tinggi, termasuk tinggi untuk ukuran orang-orang seumurku. Aku sudah mendapat gelar Master. Dari luar negeri dan dari sebuah universitas yang terkenal berkelas pula. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Tidak semudah itu.

Posisiku di kantor lumayan tinggi. Paling tidak aku bisa bilang aku adalah salah satu orang termuda yang bisa mendapatkan posisi ini di kantor asing yang jumlah karyawannya ribuan. Aku sudah menjadi manajer. Pengaruhku cukup besar. Kalau sekali saja aku gagal, berarti ratusan ribu Dollar melayang.

Pendapatku juga sangat besar. Aku bisa berfoya-foya setiap hari. Aku bisa makan di restoran enak setiap saat. Apapun yang kkumau bisa kubeli. Ditambah semua fasilitas yang diberikan, aku rasa sudah lebih dari cukup.

Yang paling membanggakan, semua itu kuperoleh atas hasil kerja kerasku sendiri. Sekolah tinggi dari hasil beasiswa. Posisi tinggi karena aku memang bisa memperlihatkan hasil yang terbaik. Gaji tinggi pun kudapat karena aku tahu aku punya bargaining power yang tinggi. No KKN, man!

Kasih sayang dan perhatian kudapat semuanya dari teman-teman dan keluarga. Aku sangat dekat dengan keluargaku. Aku sayang mereka dan mereka sangat sayang kepadaku. Bukan hanya sekadar dalam pikiran dan hati masing-masing, tapi semuanya kelihatan banget, kok! Kalau aku sakit pilek saja, berapa banyak telepon yang harus kujawab hanya untuk memastikan aku hanya terkena pilek dan bukan sesuatu yang serius. Apa ada yang lebih baik?

Kehidupanku dalam bersosialisasipun tidak perlu diragukan lagi. Mau anak pejabat, anak tukang becak, kakek-kakek, anak kecil, semua bisa jadi temanku. Aku memang tidak pernah memberi patokan khusus siapa yang bisa dan yang tidak bisa menjadi temanku. Selama hanya sebatas teman, semua tidak jadi masalah. Kalau bicara soal sahabat, tentu saja beda lagi.

Pacar? Jangan ditanya! Mungkin kalau pacaran, sih, tidak banyak - hanya dua kali saja! Jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pengalaman teman-teman wanitaku yang lain. Tapi kalau soal HTI (HUbungan Tanpa Ikatan), jumlahnya sudah tidak bisa terhitung lagi. Kalaupun aku akhirnya memutuskan untuk sendiri dulu, bukan berarti tidak ada yang mendekat. Malas saja! Kadang-kadang orang butuh waktu untuk menikmati hidup sendirian.

Semuanya begitu sempurna. Malah terlalu sempurna dan akhirnya semua menjadi membosankan. Tantangan apa lagi yang harus aku hadapi? Apa, sih, yang belum pernah aku rasakan? Apa yang belum pernah aku pikirkan? Apa yang belum pernah aku jalani?

Kupikir-kupikir lagi. Kucari-kucari terus. Yang paling menyebalkan, semakin kupikir, semakin kucari, semakin bosan rasanya aku dengan kehidupanku itu.

Selama ini aku memang sengaja menutupi semua pemikiran dan perasaanku yang satu ini. Buat apa juga orang lain tahu? Toh, pada akhir-akhirnya harus aku juga yang mengambil keputusan karena memang aku juga yang akan menjalani. Banyak jalan ke Roma, tapi hanya aku yang bisa memutuskan untuk pergi ke sana dengan berjalan kaki. Apa ada orang lain yang mau ikut? Yang capek, yang pegal-pegal, yang pingsan di jalan, kan, aku sendiri. Bukan orang lain, toh! Lagipula aku merasa punya kemampuan untuk mengambil keputusanku sendiri. Buat apa aku punya otak? Buat apa aku punya hati?

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun