Apa yang saya alami sama dengan beberapa ciri dari people pleasure. Menurut psikolog UGM Smita Dinakaramani yang dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, salah satu ciri people pleasure adalah memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bisa jadi kepentingan tersebut juga akan merugikan dirinya sendiri.
Seperti halnya yang saya rasakan ketika berbelanja, timbul rasa tidak enak kalau menolak tawaran si pramuniaga. Berbagai pikiran hadir mengganggu saya dan membuat tidak nyaman.
Bagaimana jika dia kecewa dengan penolakan saya? Bagaimana jika ternyata dia belum berhasil menjual satupun? Bagaimana jika saya menjadi satu-satunya harapannya menjual produk? Kurang lebih seperti itu rasanya.
Memang aneh untuk dicerna tapi memang begitulah adanya. Ada kekhawatiran melukai perasaan orang lain jika saya menolak permintaannya. Soal berbelanja, orang dengan tipe enggak enakan memang sedikit mengkhawatirkan.
Tidak hanya berpotensi membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan mereka juga berpotensi menguras isi rekeningnya sendiri. Iya kalau mereka dalam kondisi finansial yang bagus, bagaimana jumlah saldonya terbatas dan rencana keuangan jadi berantakan?
Kondisi ini juga dekat dengan kemubaziran dan jauh dari hidup minimalis. Banyak barang yang tidak dibutuhkan malah terbeli dan beberapa akhirnya terbengkalai atau menjadi tumpukan sampah. Tentu hal-hal seperti ini sangat merepotkan.
Lalu bagaimana cara agar orang yang enggak enakan tidak semakin terjerumus ke kemubaziran atau kerugian secara material?
Pertama, membawa teman ketika berbelanja sebagai second opinion. Alangkah lebih baik jika mengajak, pasangan, teman atau kawan yang tidak setipe dengan kita sehingga dia bisa memberikan opini lain atau bahkan membantu kita melakukan penolakan.
Terkadang jika berbelanja sendirian kita akan lebih mudah dipengaruhi karena tidak ada pendapat lain sebagai pembanding pula koloni sebagai benteng pertahanan.
Akan lebih baik juga kalau kita berkata blak-blakan di awal ke teman yang kita ajak untuk membantu melakukan penolakan atau mencegah kita untuk melakukan pembelian. Jangan seperti kejadian yang pernah saya alami.
Pernah suatu ketika saya membeli jilbab yang harganya cukup mahal. Kala itu saya pergi tidak sendirian tapi dengan tetangga. Sayangnya dia hanya terdiam ketika saya membeli jilbab tersebut namun ketika sudah pulang ia bilang, "kenapa tadi membeli itu, kemahalan nggak sih?" Saya pun menjelaskan bahwa saya tidak enak sama pramuniaganya yang sudah mengobrak-abrik dagangannya hanya untuk mencari warna yang saya mau.