Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Belanja Aman Buat si Paling Enggak Enakan

18 September 2024   19:12 Diperbarui: 18 September 2024   23:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dok.pri/irerosana

Pernahkah kalian berniat membeli sesuatu tapi malah jadinya membeli hal lain karena rayuan sales atau pramuniaga? Saya termasuk salah satunya. Memang ada beberapa orang yang tipenya enggak enakan atau sering merasa sungkan.

Orang dengan tipe ini sering mendapat trouble ketika membeli sesuatu. Bagaimana tidak, mereka sering kebobolan membeli barang yang mungkin tidak dibutuhkan atau barang yang memang sedang dicari tapi dengan harga melebihi budget yang disiapkan.

Sebagai orang yang enggak enakan, saya sering mengalami kejadian tersebut. Pernah suatu ketika di awal-awal pernikahan kami berniat membeli TV baru, karena kami tidak punya referensi akhirnya malah membawa pulang TV harga 5 juta. Padahal budget yang kami siapkan untuk TV di bawah 3 juta saja.

Sales yang melayani kami cukup piawai dan handal dalam bekerja.  Ia tidak hanya memberikan penawaran secara mendetail tapi juga terlihat sibuk sedemikan rupa untuk menunjukkan seluruh fitur-fiturnya. Perlahan-lahan timbul rasa sungkan dan tidak enak kalau tidak jadi membeli. Padahal kalau dipikir-pikir itu memang pekerjaan mereka, tapi ya itu tadi namanya juga enggak enakan.

Hal ini terus berulang seperti ketika membeli sofa, mesin cuci, tas, sepatu dan kawan-kawannya. Paling parah, kami pernah pergi ke toko buku -yang tentunya untuk membeli buku- tapi malah membawa pulang gitar. Di toko buku saya tertarik untuk mampir ke area gitar. Tangan saya menyentuh senar dari beberapa gitar yang dipajang di area bawah.

"Boleh dicobain Kak" kata si pramuniaga.

Tanpa berlama-lama ia langsung mengambil gitar dan menyodorkan kepada saya.  Mau tak mau saya pun mencoba memainkannya. Terlihat saya tertarik ia pun meluncurkan seribu jurus, mulai dari menjelaskan karakteristiknya, bertanya jenis gitar yang saya punya, jenis senar yang disukai apakah string ataukah nylon, sampai mengambil gitar-gitar lain yang ia nilai sesuai dengan kebutuhan saya. Ujung-ujungnya apa? saya tidak jadi membeli buku tapi malah membawa pulang gitar seharga satu jutaan.

Apa yang saya alami sama dengan beberapa ciri dari people pleasure. Menurut psikolog UGM Smita Dinakaramani yang dikutip dari laman resmi ugm.ac.id, salah satu ciri people pleasure adalah memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bisa jadi kepentingan tersebut juga akan merugikan dirinya sendiri.

Seperti halnya yang saya rasakan ketika berbelanja, timbul rasa tidak enak kalau menolak tawaran si pramuniaga. Berbagai pikiran hadir mengganggu saya dan membuat tidak nyaman. Bagaimana jika dia kecewa dengan penolakan saya? Bagaimana jika ternyata dia belum berhasil menjual satupun? Bagaimana jika saya menjadi satu-satunya harapannya menjual produk? Kurang lebih seperti itu rasanya.

Memang aneh untuk dicerna tapi memang begitulah adanya. Ada kekhawatiran melukai perasaan orang lain jika saya menolak permintaannya. Soal berbelanja, orang dengan tipe enggak enakan memang sedikit mengkhawatirkan.

Tidak hanya berpotensi membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan mereka juga berpotensi menguras isi rekeningnya sendiri. Iya kalau mereka dalam kondisi finansial yang bagus, bagaimana jumlah saldonya terbatas dan rencana keuangan jadi berantakan?

Kondisi ini juga dekat dengan kemubaziran dan jauh dari hidup minimalis. Banyak barang yang tidak dibutuhkan malah terbeli dan beberapa akhirnya terbengkalai atau menjadi tumpukan sampah. Tentu hal-hal seperti ini sangat merepotkan.

Lalu bagaimana cara agar orang yang enggak enakan tidak semakin terjerumus ke kemubaziran atau kerugian secara material?

Pertama, membawa teman ketika berbelanja sebagai second opinion. Alangkah lebih baik jika mengajak, pasangan, teman atau kawan yang tidak setipe dengan kita sehingga dia bisa memberikan opini lain atau bahkan membantu kita melakukan penolakan.

Terkadang jika berbelanja sendirian kita akan lebih mudah dipengaruhi karena tidak ada pendapat lain sebagai pembanding pula koloni sebagai benteng pertahanan.

Akan lebih baik juga kalau kita berkata blak-blakan di awal ke teman yang kita ajak untuk membantu melakukan penolakan atau mencegah kita untuk melakukan pembelian. Jangan seperti kejadian yang pernah saya alami.

Pernah suatu ketika saya membeli jilbab yang harganya cukup mahal. Kala itu saya pergi tidak sendirian tapi dengan tetangga. Sayangnya dia hanya terdiam ketika saya membeli jilbab tersebut namun ketika sudah pulang ia bilang, "kenapa tadi membeli itu, kemahalan nggak sih?" Saya pun menjelaskan bahwa saya tidak enak sama pramuniaganya yang sudah mengobrak-abrik dagangannya hanya untuk mencari warna yang saya mau.

Saya menyayangkan kenapa dia tidak bilang saja sebelum saya membayarnya ke kasir. Sampai sekarang setiap melihat jilbab itu saya bergumam, kenapa harus membelinya, ya?

Jika tak ada kawan dan terpaksa benar-benar harus pergi sendiri, ambil waktu sebentar untuk menelepon orang terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, kakak atau sahabat. Teleponlah orang-orang yang bisa memberimu second opinion dan pendapat jujur.

Hal ini pernah saya lakukan ketika terjebak sales kompor pangku anti peluru. Ia benar, anda tidak salah dengar, kompor yang bisa dipangku (karena ringan) dan katanya anti peluru. Saya pun menelepon suami untuk meminta ijin untuk membeli tapi dia justru bilang, "buat apa kompor anti peluru, Sayang? Emangnya kita mau perang?"

Dengan bantuan sedikit penolakan kita merasa punya power untuk menolak. At least, kita bisa memakai nama mereka untuk menolak, "kata suami saya jangan dulu nih..." Apapun itu yang penting atas persetujuan orangnya lho, ya.

Kedua, kuasai product knowledge dari barang yang mau kita beli dan tentukan tujuan yang mau dibeli. Hal ini berguna untuk menghindari para sales yang mencoba menggiring kita untuk membeli produk lain dengan harga yang lebih mahal. Tips ini juga sudah saya terapkan ketika membeli Air Conditioner (AC).

Tak mau peristiwa membeli TV terulang akhirnya saya dan suami melakukan riset sebelum membeli AC. Ketika sudah punya incaran, penggiringan pun lebih bisa dihindari. Meski awalnya kami digiring untuk membeli merek lain tapi akhirnya kami berhasil membeli AC yang memang sedari awal sudah kami bidik. Puas rasanya, hahaha.

Ketiga, membeli secara online. Bagi mereka yang masih saja kesulitan menghadapi sales atau pramuniaga secara langsung akan lebih baik jika berbelanja secara online. Meski tidak semua barang nyaman dibeli secara online seperti contohnya elektronik. Banyak orang yang masih ragu untuk membeli elektronik secara online. Bisa jadi karena faktor pengiriman yang lebih riskan atau ketidakpuasan karena tidak melihatnya secara langsung.

Padahal di jaman sekarang hampir semua barang dijual secara online dan bisa dikirim dengan aman. Keragu-raguan juga bisa digugurkan dengan memilih berbelanja melalui official store baik yang berdiri sendiri maupun di marketplace. So, untuk mereka yang masih belum bisa menguasai diri bertemu sales tentu akan lebih nyaman dengan cara yang satu ini.

Keempat, jika niatnya hanya mau jalan-jalan atau lihat-lihat hindari sentuhan fisik dengan produk. Berjalan dan lihatlah seperlunya saja. Sales akan melihat gerak-gerik dari para customer. Jika terlihat tertarik dengan produk, mereka cenderung mepet kita sampai dapat.

Jika sudah kepalang didekati dan menawarkan bantuan untuk mencari produk, lebih baik berkata terima kasih dan langsung cabut dari toko tersebut. Ingat, satu saja tindakan sales akan membuatmu merasa tidak enak, lalu berkelanjutan hingga ujung-ujungnya tanpa sadar kita sudah di meja kasir.

Itu tadi beberapa tips yang bisa dicoba, selain itu alangkah lebih baik jika orang yang enggak enakan mulai belajar untuk mengubah mindset atau pola pikir. Salah satunya ya dengan berlatih pelan-pelan untuk melakukan penolakan. Belajar menerima bahwa tidak membeli itu bukan kesalahan atau dosa besar. Itu hal wajar didalam perdagangan. Akhir kata, semoga tips-nya bermanfaat ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun