Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Belanja Aman Buat si Paling Enggak Enakan

18 September 2024   19:12 Diperbarui: 18 September 2024   23:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya berpotensi membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan mereka juga berpotensi menguras isi rekeningnya sendiri. Iya kalau mereka dalam kondisi finansial yang bagus, bagaimana jumlah saldonya terbatas dan rencana keuangan jadi berantakan?

Kondisi ini juga dekat dengan kemubaziran dan jauh dari hidup minimalis. Banyak barang yang tidak dibutuhkan malah terbeli dan beberapa akhirnya terbengkalai atau menjadi tumpukan sampah. Tentu hal-hal seperti ini sangat merepotkan.

Lalu bagaimana cara agar orang yang enggak enakan tidak semakin terjerumus ke kemubaziran atau kerugian secara material?

Pertama, membawa teman ketika berbelanja sebagai second opinion. Alangkah lebih baik jika mengajak, pasangan, teman atau kawan yang tidak setipe dengan kita sehingga dia bisa memberikan opini lain atau bahkan membantu kita melakukan penolakan.

Terkadang jika berbelanja sendirian kita akan lebih mudah dipengaruhi karena tidak ada pendapat lain sebagai pembanding pula koloni sebagai benteng pertahanan.

Akan lebih baik juga kalau kita berkata blak-blakan di awal ke teman yang kita ajak untuk membantu melakukan penolakan atau mencegah kita untuk melakukan pembelian. Jangan seperti kejadian yang pernah saya alami.

Pernah suatu ketika saya membeli jilbab yang harganya cukup mahal. Kala itu saya pergi tidak sendirian tapi dengan tetangga. Sayangnya dia hanya terdiam ketika saya membeli jilbab tersebut namun ketika sudah pulang ia bilang, "kenapa tadi membeli itu, kemahalan nggak sih?" Saya pun menjelaskan bahwa saya tidak enak sama pramuniaganya yang sudah mengobrak-abrik dagangannya hanya untuk mencari warna yang saya mau.

Saya menyayangkan kenapa dia tidak bilang saja sebelum saya membayarnya ke kasir. Sampai sekarang setiap melihat jilbab itu saya bergumam, kenapa harus membelinya, ya?

Jika tak ada kawan dan terpaksa benar-benar harus pergi sendiri, ambil waktu sebentar untuk menelepon orang terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, kakak atau sahabat. Teleponlah orang-orang yang bisa memberimu second opinion dan pendapat jujur.

Hal ini pernah saya lakukan ketika terjebak sales kompor pangku anti peluru. Ia benar, anda tidak salah dengar, kompor yang bisa dipangku (karena ringan) dan katanya anti peluru. Saya pun menelepon suami untuk meminta ijin untuk membeli tapi dia justru bilang, "buat apa kompor anti peluru, Sayang? Emangnya kita mau perang?"

Dengan bantuan sedikit penolakan kita merasa punya power untuk menolak. At least, kita bisa memakai nama mereka untuk menolak, "kata suami saya jangan dulu nih..." Apapun itu yang penting atas persetujuan orangnya lho, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun