Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Lagu-Lagu yang Tidak Boleh Diputar di Pernikahan Seseorang

7 Januari 2024   15:19 Diperbarui: 13 Januari 2024   14:32 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : unsplash.com/Leonardo Miranda

It's a beautiful night, we're looking for something dumb to do
Hey baby, I think I wanna marry you

Sudah susah-susah dilamar romantis dengan lagu Bruno Mars "Marry You", eee.. pas acara resepsi pernikahan lagu yang diputar malah lagunya Rhoma Irama "Mandul". Begitulah kira-kira realita yang terjadi di Indonesia.

Tak ada yang salah dengan lagu Pak Haji, semua legend dan ciamik, tak masalah pula dengan genrenya yang dangdut, cuma temanya lagu yang dipilih itu lho, kok "Mandul". Haduh.

Kejadian semacam ini masih kerap kita temukan di acara-acara pernikahan. Tak cuma "Mandul", beberapa judul lain sama seringnya berseliweran di telinga para tamu undangan. Sebutlah "Malam Terakhir", "Bojo Loro" dan "Kandas" atau yang genre pop ada lagu Armada berjudul "harusnya aku yang di sana."

Belum juga sampai lirik, dari judulnya saja sudah terdengar sadis. Ada lagi lagu yang sering terdengar di pernikahan masyarakat Jawa yaitu "Cucak Rowo".

Nah, kalau ini saya sendiri bingung apakah termasuk pantas atau tidak untuk dinyanyikan. Musiknya memang enak untuk didengar tapi liriknya cukup erotis dan kalau bahasa jawanya "Saru", menimbulkan rasa malu atau tidak pantas bagi pendengar khususnya kaum hawa.

Beberapa lirik "Cucak Rowo" mengkonotasikan pornografi seperti penggunaan perumpaan manuk itu sendiri yang artinya burung, buntut yang artinya ekor, dengan disandingkan dengan kata digoyang dan enak.

Tak kalah ketinggalan lagu "Wedhus" juga hadir untuk memeriahkan suasana. Nah kalau ini saya yakin liriknya sangat-sangat sarkas dan tidak pantas untuk didendangkan di pernikahan seseorang.

Mending tuku sate, timbang tuku wedhuse, mending gendakan, timbang dadi bojone, mangan sate ora mikir mburine, ngingu wedhus ndadak mikir sukete.

Artinya mending beli sate daripada beli kambing, mending selingkuhan ketimbang jadi suami istri, makan sate tidak perlu mikir ke belakangnya, memelihara kambing masih harus mikir untuk ngasih makan.

Sebuah lirik sangat amat sarkas sekali dan sebaiknya benar-benar di larang untuk dinyanyikan di hari pernikahan seseorang. Lah gimana tidak, kita saja yang bukan si pengantin bisa kesal mendengar liriknya.

Sayangnya, entah sadar atau tidak dan entah kapan dimulainya, tapi pesta pernikahan di negeri ini sepertinya sudah sangat akrab sekali dan tidak keberatan dengan judul-judul tadi.

Ini acara pernikahan lho! Penyatuan dua hati, dua keluarga untuk menapaki lembaran hidup yang baru. Banyak doa-doa baik terdengar di sana. Mulai dari doa ustadzah dan ibu-ibu pengajian di malam sebelumnya, doa penghulu beserta orang-orang yang hadir ketika akad serta doa para tamu undangan yang diucapkan sembari cipika cipiki dengan si pengantin.

Yah, kalau lagunya Nasida Ria yang berjudul "Pengantin Baru"  atau "A Thousand Years"-nya Christina Perry yang diputar tentu membuat si kedua mempelai kesengsem, tersenyum sembari malu-malu. Lah "Mandul" dan "Harusnya aku yang di sana"?

Iya kalau si pengantin tidak punya mantan. Kalau ngepasi punya dan kebetulan si mantan ada di sana ketika lagunya diputar apa nggak membuat suasana jadi awkward? Iya kalau si mantan datang sendiri, kalau bareng teman-temannya yang hobi postang-posting, apa nggak jadi video viral "datang ke nikahan mantan" part sekian?

Nah, kenapa lagu-lagu patah hati tersebut bisa hadir di momen kebahagiaan seseorang? Beberapa hal berikut bisa jadi alasannya.

Memakai fitur putar otomatis

Beberapa daerah umumnya ketika menggelar pesta pernikahan akan menyewa sound system. Bagi mereka yang dananya cekak dan tidak kuat menyewa solo organ atau band, akan memanfaatkan mp3, Youtube atau kaset untuk menghibur pengunjung yang datang.

Nah, saat itulah tuan rumah bahkan tim sound-nya kerap kecolongan. Lagu-lagu tersebut mengalir saja tanpa filter. Jika bentuknya kaset atau CD, itu murni dari ketidakpedulian dan bukan faktor kesengajaan. Tim sound system pokoknya asal bawa saja kumpulan lagu-lagu dangdut viral. Kalau lupa bawa ya itu tadi, jadinya muter dari youtube atau mp3 di Hp.

Sumbangan lagu dari tamu undangan

Jika acaranya menggunakan solo organ, band atau grup musik biasanya akan ada penyanyi-penyanyi dadakan yang suaranya tidak bisa diprediksi. Bisa bagus, bisa jadi juga amburadul. Masalahnya, penyanyi-penyanyi dadakan tersebut pengetahuan lagunya terbatas. Mereka hanya bisa menyanyi lagu yang mereka tahu dan yang mereka mau saja.

Lagu duet "Kandas" milik Evie Tamala sudah bisa dipastikan mengisi kondisi ini dan menjadi juara kategori paling sering dinyanyikan di acara-acara pernikahan.

Tidak sadar isi lirik

Saking kerapnya diputar dan sudah menjadi tradisi turun temurun, tak seorang pun benar-benar sadar (setengah sadar) dengan isi liriknya.

Orang cenderung terbuai dengan suasana serta alunan musiknya. Lihat dan perhatikan saja, ketika ada yang menyanyikan "Kandas" pasti sambil tersenyum-senyum bahagia. Belum lagi penonton asik berjoget sembari mengeluarkan duit kertas penuh warna untuk nyawer.

Lagunya viral

Tak dipungkiri, pengaruh keviralan suatu lagu akan berpengaruh ke tingkat keseringannya untuk dipilih. Lagu-lagu seperti "Bojo Loro", "Nemen", "Dumes" yang akhir-akhir ini viral karena dinyanyikan oleh artis-artis yang juga lagi naik daun seperti Happy Asmara, Denny Caknan, Gilga Sahid, dan kawan-kawannya, selalu dinanti-nanti untuk segera meluncur.

Padahal isi liriknya tentang seseorang yang sedang patah hati sementara "Bojo Loro" isinya keluhan orang yang punya 2 istri.

Memang tidak ada aturan tertulis atau pelarang mengenai lagu-lagu tersebut dinyanyikan di hari pernikahan tapi ini soal kepantasan saja. Bukankan lebih baik memilih lagu yang bertema cinta, kasih sayang dan kesetiaan untuk mendukung suasana sekaligus menjadi doa dan harapan-harapan baik?

Tidak ada salahnya untuk mulai menertibkan pelan-pelan menyoal lagu-lagu yang layak dinyanyikan di acara pernikahan.

Ini beda dengan kasus pelarangan lagu oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat yang dulu sempat ramai, ya! Soal sebuah lagu apakah berhak diputar atau tidak biarlah pihak yang berwenanglah yang menentukan. Ini soal kepantasan saja di acara orang lain.

Acara pernikahan menjadi salah satu momen paling berarti dalam hidup seseorang. Bahkan beberapa orang sengaja menyiapkannya dengan sangat detail, termasuk pemilihan lagu-lagu yang akan diputar.

Saya pun dulu salah satu yang termasuk orang yang mempersiapkan list lagu-lagu yang akan di putar. Susah-susah menyiapkan list lagu, tapi tetap saja pada hari H, si abang-abang tukang sound mengganti seenaknya dengan lagu-lagu dangdut populer. Kata dia list lagu-lagu saya kurang menarik. Lah..

Pas resepsi pun si abang organ tak kuasa menahan bendungan permintaan baik dari tamu undangan, sinoman maupun orang-orang yang merewang.

Walhasil lagu-lagu yang dimainkan super variatif sekali, lagu cinta ada, patah hati ada, perselingkuhan ada, sampai soal mandul juga ada. Hahaha.

Sepertinya kita perlu mulai menertibkan diri. Memahami bahwa acara pernikahan adalah hari milik si empunya acara. Kita tak perlu repot-repot memaksakan egoisme kita untuk memutar lagu-lagu tertentu yang mungkin kurang pas pun pantas.

Sebaliknya, baik kita sebagai tim band, sound maupun tamu undangan yang menyumbang lagu, alangkah lebih baik memilih lagu-lagu bertemakan kasih sayang, kesetiaan dan kawan-kawannya sebagai persembahan sekaligus berisi harapan dan doa-doa.

Memang salah satu tujuan musik di acara pernikahan adalah untuk menghibur tamu undangan, namun tak salah juga jika kita belajar berbesar hati ketika datang ke nikahan orang lain dan tidak mendengar lagu "Mandul" dimainkan, seberapapun kita menginginkan lagu itu. Itu adalah salah satu bentuk kedewasaan, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun