Mohon tunggu...
31_SALMA MEILANI_ XI MIPA 2
31_SALMA MEILANI_ XI MIPA 2 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Halo.... Salam dari perempuan Taurus yang suka semesta :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bulannya Taurus yang Bermakna

22 September 2022   18:53 Diperbarui: 22 September 2022   18:55 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menyimpang dalam hal, misalnya curi start buat ambil bahagia yang sedikit lebih banyak. Atau pura-pura bahagianya, diganti jadi tangisan yang mendalam. Gapapa kan? Selagi semesta gak lihat, curi start buat bahagia yang sebentar gapapa kok. Karena selepas itu, akan ada puncak yang mesti kita gapai. Dewasa emang sulit, tapi meratapi nasib juga bukan cara Bapak banget. Kampungan. Gak level, hahaha." Kami tertawa malam itu. Lega yang Bapak kasih, masih belum cukup menutupi ketakutan yang sebenarnya sudah ada. Namun ketakutan itu, masih bisa dilapisi bahagia yang sebentar lagi datang dihari Senin yang cantik bagai bunga. 

"Tapi pak, anak Bapak yang satu ini juga, masih belum bisa buat menyimpang dalam aturan semesta yang mutlak. Buat naik satu angka aja, rasanya makin sesak yah, Pak? Makin kerasa semesta ambil jatah yang lebih banyak dari kita yang bahkan belum siap. "

          Saat itu, angin malam jadi saksi bahwa aku, yang katanya si biang rusuh dan pemberani itu, nyatanya penakut yang sedang di rongrong segala kegundahan. Keberanian yang aku miliki, cukup terkuras hanya dengan sekelebat bayangan masa depan, yang katanya menakutkan. Dan tepat pukul 12 malam yang sah, tepat suara gemaan takbir yang silih bertautan, akhirnya almanak telah berganti hari. Berganti momentum. Berganti angka. Juga Berganti ketakutan. 

          Tepat pada tanggal 02 Mei 2022, perempuan Taurus ini akhirnya berangkat dengan balon udara yang harus terbang jauh lebih tinggi. Bertepatan dengan kemeriahan Idul Fitri, kegembiraan ini terasa lebih hangat. Terasa lebih menguatkan meski tidak semua. 17 tahun usia ku sekarang. Dengan sucinya hari Idul Fitri, 02 Mei kala itu, terasa ramai dengan orang-orang yang silih posting saling memaafkan, saling menguatkan, saling melengkapi sisi kosong yang sudah tak terisi dan sudah tak bisa terpenuhi.     

           Acara ulang tahun termeriah yang pernah ada dalam hidupku. Meski rasanya hanya aku yang tahu, tak menutup kemungkinan bahwa seisi dunia juga sedang merayakan hari jadinya umat muslim. Dan dengan percaya dirinya, aku selalu menganggap bahwa ucapan kasih itu mengalir juga untuk angka 17 yang indah. Untuk keberangkatan dan keberanian baru yang harus dipupuk lebih banyak, agar melahirkan jiwa yang lebih bermanfaat. Kalo kata Bapak, meski dewasa gak ada apa-apanya, bagiku, dewasa kali ini juga tidak buruk. Perayaan kecil yang bahkan hanya sedikit yang tulus mendoakan, tapi serentak dengan hari raya idul fitri yang megah luar biasa. Rasanya, juga ikut terbawa istimewa.

           Adik dengan usilnya, datang kekamarku seraya memberi ucapan dengan gengsi, juga membawa sekotak hadiah kecil yang isinya lampu baymax kesukaanku. Kakak yang paling terencana, bolu ditanganya seakan ikut bahagia melihat perayaan indah yang tepat. Sebuah hadiah kecil disakunya menjadi titik fokusku waktu itu, karena aku tau, isinya pasti sesuai dengan yang kumau. Karena Kakak, si paling tahu, sipaling gak mau lihat adiknya menekuk wajah kecewa. Ibu datang juga ke kamar. Cuman tepuk tangan seraya menampilkan matanya yang berkaca. Kalo kata Ibu sih, momen paling sedih dalam hidupnya tuh, kalau lihat anaknya tumbuh dewasa. Meski sudah kubilang, Dewasa itu takut, Bu. 

          Setelah semuanya mengisi ruang kamar yang sempit itu, rasanya ada yang kurang ketika aku tidak melihat kehadiran Bapak. Padahal, saudara yang sedang menginap di rumahku saja sudah ikut bergabung disini. Ketika ku tanya Bapak ada dimana, Kakak menjawab Bapak ada di ruang tamu dan enggan untuk diajak perayaan kecil seperti ini, meski hanya sederhana. Aku berdecak kesal. Bapak adalah Bapak. Kepalanya yang keras kepala itu, sudah memiliki jawaban dari segala pertanyaannya yang sudah jutaan. Entah pemahaman mana yang Bapak ambil, yang jelas kalau sudah mau A, dibujuk pake uang juga tetep pilih A. Dan sayangnya, keras kepala itu turun lahir mewarnai jiwaku yang penuh rahasia kalau kata Ibu. 

        Dengan langkah kecil, kuhampiri Bapak yang masih menatap tv padahal juga tvnya tidak nyala. Setelah ditanya dan dimintai hadiah, jawaban Bapak lagi-lagi yang bisa membuat air mataku ambruk. Untung saja, jiwa gengsinya Ibu juga turut lahir. Maka air mata ini tak kubiarkan jatuh dihadapan Bapak. Malu. Takut diejek kaya biasanya. Aku emang lebih dekat dengan Bapak, karena sewaktu kecil Ibu sibuk bekerja. Dan sama Bapak, Aku bisa mendengarkan cerita berharga, juga ilmu yang gak ada dimana-mana. Setiap dengar cerita Bapak, disitulah karakter hidup sesungguhnya yang kucuri diam-diam dari Bapak. Setelah ditanya hadiahnya mana, Bapak malah jawab,

"Bisa tidak Teh untuk jangan tumbuh Cepat-cepat? Rasanya Bapak sedih lihat anak Bapak sudah besar semua. Makin keliatan deh tuanya, hahaha. Sudah 17 tahun yah, jangan lupa shalat dan belajar. Yang terpenting buat Bapak Ibu bangga. Dan selalu ada dijalan yang benar. "

          Maaf lahir batin yang biasanya Bapak lontarkan, tak terucap kala itu. Bapak lebih menyampaikan kata indah yang seharusnya ku kenang selalu. Dan nyatanya, kalimat Bapak juga sudah punya ruangnya sendiri. Tanpa perlu kusuruh lagu untuk tetep disini. Ucapan itu tidak lagi terdengar hanya kata maaf, lebih tepatnya terdapat tambahan do'a sekaligus ucapan yang mereka sisipkan dengan manis. Semesta, andai kamu tahu, waktu itu Aku sedikit percaya diri dengan dunia. Arogan dengan alasan angka 17 ini hanya sementara. Tapi jangan marah ya... Maaf juga tidak izin dulu. Habisnya perayaan kecil yang manis itu, amat ku reka agar penuh memori. Gapapa kan? Izin untuk ambil bahagia lebih dulu yah, semesta. Dan mohon, jangan kasih kepedihan yang terlalu sakit. Karena gak semuanya kuat, dan gak semuanya berani tampil apa adanya setelah kepedihan itu sempat gagal mereka lewati. Karena gak semuanya, memiliki wajah yang sama untuk berhadapan dengan isi dunia yang gak baik-baik aja. 

           Hari itu, ulang tahun yang indah. Ucapan demi ucapan, hadiah demi hadiah juga hadir mewarnai angka 17 yang cantik. Yang tepat. Andai bisa diputar ulang, boleh tidak untuk perayaan dengan tidak bertambahnya kesukaran hidup yang menyakitkan? Karena selepas bahagia yang ternyata sebentar, selepas dua perayaan suci terekam syahdu, semesta nyatanya masih sempat untuk hadir membawa segala rahasia waktu yang tersembunyi. Bahagia yang layak untuk bertahan lama itu, tidak selamanya untuk mulus ada. Nyatanya harus tersendat dengan fakta bahwa sebentar lagi, adalah momen besar pertama yang akan ku lewati. KSN MATEMATIKA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun