PERSIAPAN FISIK DAN MENTAL SEBELUM MENDAKI GUNUNG
 Dalam beberapa bulan terakhir, mendaki gunung menjadi salah satu aktivitas yang banyak digemari oleh kalangan muda, terutama mahasiswa dan pelajar. Popularitas ini tidak terlepas dari pengaruh besar media sosial dan para content creator yang mempromosikan keindahan alam serta sensasi mendaki sebagai bagian dari gaya hidup yang "keren." Banyak dari pendaki muda ini tertarik untuk mendaki gunung demi menghasilkan konten berupa foto atau video yang kemudian dibagikan di platform media sosial mereka. Namun, perlu dipahami bahwa mendaki gunung bukanlah semata soal mencapai puncak dan mendapatkan foto terbaik. Bagi sebagian orang, pendakian adalah perjalanan yang bermakna, menjadi sarana untuk merenung, menemukan diri, serta memahami kehidupan dari perspektif yang lebih mendalam (Prastowo & Al Rasyid, 2019).
Tren Mendaki Gunung dan Pengaruh Media Sosial
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendaki gunung saat ini telah menjadi bagian dari tren di kalangan anak muda, didorong oleh keinginan untuk tidak tertinggal dari teman-teman mereka yang telah lebih dulu berbagi pengalaman mendaki di media sosial. Dalam banyak kasus, tren ini diikuti oleh orang-orang yang mungkin belum memiliki pengalaman atau pengetahuan yang cukup terkait pendakian, namun tetap melakukannya untuk "mengikuti arus." Fenomena ini sering disebut sebagai FOMO (Fear of Missing Out), yaitu rasa takut ketinggalan tren. Ketika motivasi utama adalah sekadar untuk konten tanpa memikirkan keselamatan dan persiapan, maka risiko yang dihadapi juga semakin besar.
Tantangan dan Risiko dalam Mendaki Gunung
Mendaki gunung bukanlah aktivitas yang bisa dianggap remeh, karena di balik keindahan alamnya tersimpan tantangan fisik dan mental yang sangat besar. Medan pendakian yang curam, perubahan cuaca yang tak terduga, serta ancaman dari lingkungan alam seperti jurang, gas beracun, dan hewan liar adalah beberapa risiko yang harus dipertimbangkan oleh para pendaki. Kecelakaan yang sering terjadi dalam pendakian biasanya disebabkan oleh kurangnya persiapan atau ketidakpedulian terhadap faktor keselamatan.
Beberapa risiko yang dapat dihadapi dalam pendakian gunung antara lain:
1. Hipotermia
  Kondisi ini terjadi ketika suhu tubuh turun drastis akibat paparan cuaca dingin tanpa perlindungan yang memadai. Hipotermia bisa mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
2. Jatuh ke Jurang atau Lereng TerjalÂ
  Banyak jalur pendakian yang terjal dan licin, terutama saat hujan. Pendaki yang tidak berhati-hati atau kurang pengalaman bisa terjatuh dan mengalami cedera serius.
3. TersesatÂ
  Hutan gunung yang lebat dan minim tanda bisa membuat pendaki, terutama yang tidak mengenal rute, mudah tersesat. Hal ini bisa sangat berbahaya jika persediaan makanan dan air terbatas.
4. Serangan Hewan Buas atau Berbahaya
  Beberapa gunung dihuni oleh satwa liar yang bisa menjadi ancaman bagi pendaki, seperti ular berbisa, beruang, atau hewan buas lainnya.
5. Kelaparan atau Dehidrasi
  Dalam situasi survival, kurangnya perbekalan atau air bisa membuat pendaki terpaksa memakan tanaman liar yang tidak dikenal, yang mungkin saja beracun.
6. Kondisi Cuaca EkstremÂ
  Cuaca di gunung bisa berubah drastis. Dari cerah menjadi badai dalam hitungan jam. Tanpa perlengkapan yang tepat, pendaki bisa terjebak dalam kondisi berbahaya seperti badai atau longsor.
Pentingnya Persiapan Sebelum Mendaki
Karena tingginya risiko tersebut, sangat penting bagi pendaki, terutama pemula, untuk mempersiapkan diri dengan matang sebelum melakukan pendakian. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi Fisik yang PrimaÂ
  Mendaki gunung menuntut daya tahan fisik yang tinggi. Pendaki harus memiliki stamina yang cukup untuk menempuh jarak jauh dan menghadapi medan yang menanjak. Olahraga teratur seperti jogging, naik-turun tangga, atau latihan kardiovaskular lainnya sangat disarankan untuk mempersiapkan tubuh sebelum pendakian. Selain itu, istirahat yang cukup sebelum hari pendakian juga sangat penting untuk menjaga kondisi tubuh tetap bugar.
2. Pengetahuan tentang Rute dan Medan Pendakian
  Setiap gunung memiliki rute pendakian yang berbeda-beda tingkat kesulitannya. Melakukan riset mengenai jalur pendakian yang akan dilalui sangat penting, termasuk memahami medan, estimasi waktu tempuh, serta potensi tantangan di sepanjang jalan. Informasi cuaca juga harus diperiksa dengan seksama, mengingat perubahan cuaca yang cepat bisa menjadi faktor risiko yang signifikan.
3. Kapasitas Mental dan Kesiapan Psikologis
  Mendaki gunung tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental. Pendaki harus siap menghadapi situasi sulit, seperti kelelahan ekstrem, rasa putus asa saat belum mencapai puncak, atau bahkan keterbatasan logistik. Kesiapan psikologis sangat penting untuk membantu pendaki tetap tenang dan rasional saat menghadapi masalah di tengah pendakian.
4. Perbekalan yang Memadai
  Makanan dan air yang cukup sangat penting selama pendakian. Pendaki harus memperhitungkan kebutuhan logistik berdasarkan lama pendakian dan kemungkinan kondisi darurat. Selain itu, obat-obatan dasar seperti obat luka, perban, dan obat penahan sakit perlu dibawa sebagai tindakan pencegahan.
5. Perlengkapan yang SesuaiÂ
  Tidak kalah pentingnya adalah membawa perlengkapan yang sesuai dengan kondisi alam gunung. Sepatu gunung, jaket tahan air, tenda yang kokoh, dan peralatan keselamatan seperti kompas atau GPS sangat dibutuhkan. Menggunakan peralatan yang tepat bisa membantu mengurangi risiko kecelakaan selama pendakian.
Â
Hal-hal yang Perlu Dihindari Saat Mendaki
Agar pendakian berjalan lancar dan aman, ada beberapa hal yang harus dihindari oleh para pendaki, yaitu:
- Mengabaikan Kondisi Fisik
 Jangan memaksakan diri untuk mendaki jika merasa sakit atau tubuh tidak dalam kondisi fit, karena hal ini bisa berakibat fatal di medan berat.
- Tidak Membawa Peralatan yang Tepat
 Pendaki harus membawa perlengkapan sesuai kebutuhan, seperti sepatu gunung, jaket tahan air, dan perlengkapan keselamatan. Hindari membawa barang-barang yang tidak penting agar tidak memperberat beban.
- Membuang Sampah SembaranganÂ
 Sebagai pendaki yang bertanggung jawab, menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak meninggalkan sampah di alam adalah keharusan. Prinsip "bawa pulang sampahmu" harus selalu dipegang.
- Tidak Menghormati Adat atau Norma Lokal
 Beberapa gunung memiliki aturan adat atau pantangan yang harus dihormati. Misalnya, larangan berisik atau merusak situs budaya. Menghormati aturan lokal juga berarti menjaga etika saat berada di alam terbuka.
- Mengabaikan Cuaca dan Tidak Melaporkan KeberangkatanÂ
 Cuaca yang buruk bisa membahayakan keselamatan pendaki. Selalu laporkan rencana pendakian kepada petugas setempat dan ikuti rekomendasi mereka terkait kondisi cuaca dan keamanan.
Mendaki gunung adalah aktivitas yang menantang dan memberikan banyak manfaat, baik untuk fisik maupun mental. Namun, kesenangan ini harus dibarengi dengan persiapan yang matang dan sikap penuh tanggung jawab. Persiapan fisik, mental, perlengkapan, dan pengetahuan tentang medan adalah kunci utama untuk memastikan pendakian berjalan aman dan menyenangkan. Pendaki harus selalu mengutamakan keselamatan dan menghormati alam serta aturan yang berlaku di lokasi pendakian. Dengan demikian, pengalaman mendaki bisa menjadi lebih bermakna dan bukan sekadar tren belaka.
   DAFTAR PUSTAKA
- Nasifa, Zulfa.2024. Tren Mendaki: FOMO Itu Seru, Persiapan Itu Wajib!. https://www.kompasiana.com/13_florecitazulfanasifa9936/670886e3ed64157f3b75d202/tren-mendaki-fomo-itu-seru-persiapan-itu-wajib. Diakses 15 Oktober 2024.
- TS, DEWAN.2024. Persiapan Mendaki Gunung: Menguasai Ilmu Dasar Trakking dan Menghindari Hanya Ikut Trend. https://www.kompasiana.com/dewants2917/670cc057ed641508e765bbc2/persiapan-mendaki-gunung-menguasai-ilmu-dasar-trakking-dan-menghindari-hanya-ikut-trend. Diakses 16 Oktober 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI