Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

'Cleansing' Guru Honorer, Aplikasi Sipepek, dan Pejabat Gagap Istilah

19 Juli 2024   22:29 Diperbarui: 19 Juli 2024   22:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nama aplikasi yang nyeleneh dan ngeres milik

Akibat penamaan yang nyeleneh, kritik berhamburan di mesia sosial. Bukan apa-apa. Itu mengobjektifikasi perempuan. Sangat misoginis. Pejabat pengusul memiliki otak ngeres, pejabat penentu nama memiliki otak yang saru dan jorok.

Alhasil, SIPEPEK diubah. Sekarang aplikasi layanannya bernama SIPEPEG. Ah, setali tiga uang!

/3/

Dua kasus di atas menunjukkan betapa rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat pemerintah. Bukan hanya di Jakarta dan Cirebon, gagal paham kata dan istilah bahasa Indonesia terjadi di antero Nusantara.

Pengadilan Negeri Semarang, misalnya. Mereka punya aplikasi bernama SITHOLE alias Sistem Informasi Konsultasi Hukum Online. Aih, tampak seperti hendak pamer "burung". Seperti kaum ekshibisionis yang punya dorongan kuat melakukan ekshibisionisme.

Pemerintah Kabupaten Pamulang punya juga layanan yang namanya cukup berkonotasi buruk dan mengobjektifikasi perempuan. Namanya SISEMOK. Kepanjangannya adalah Sistem Informasi Organisasi Kemasyarakatan.

Pemerintah Kota Solo tidak mau ketinggalan. Guna memantau stok kebutuhan pangan dan lain-lain, aplikasi bernama SIMONTOK dilansir. Itu singkatan dari Sistem Monitoring Stok dan Kebutuhan Pangan Pokok.

Belum lagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki aplikasi bernama SISKA KUINTIP; Pemerintah Kabupaten Bogor dengan aplikasi bernama SICANTIK; dan Pemerintah Kota Tegal yang memiliki situs web bernama MAS DEDI MEMANG JANTAN.

Masih banyak nama-nama situsweb atau layanan pemerintah yang niretika. Mereka lupa bahwa ketika memberi nama buat anak-anak mereka selalu dipilihkan nama yang baik, nama berupa doa atau sejarah, nama yang bisa membuat pemiliknya bangga.

Dari kasus-kasus di atas kita dapat mengetahui betapa ceteknya rasa bahasa pejabat pemerintah kita. Kemampuan berbahasa Indonesia mereka sungguh alangkah dangkal. Celakanya, mereka biasanya enggan belajar.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun