Demokrasi di Republik Sukabacot tengah terjun bebas menuju jurang kehancuran. Semua pihak mengabaikan politik sehat. Reformasi setengah matang gagal menyajikan perbaikan. Selain itu, hampir di antero Nusaluka, rakyat hanya dibutuhkan ketika acara pilih-memilih tiba.
Berbeda dengan suasana di negara tetangga, Republik Indonesia. Di negara yang kerap disebut Nusantara itu, pemilu benar-benar dilakukan secara demokratis. Tidak ada ujaran kebencian, tidak ada kampanye hitam, tidak ada serangan fajar, tidak ada politik dinasti.
Karena pemilu di Republik Indonesia berlangsung demokratis, hasilnya pun dahsyat. Tidak ada pejabat korup. Sungguh terbalik 360 derajat dibanding keadaan di Republik Sukabacot. Di negara yang tenar dengan sebutan Nusaluka banyak anggota senat korup. Petinggi daerah juga korup. Bahkan, ada juga kepala sekolah yang korup.
Sablak mengusap air mata. Ia sadar, baru saja mengerat uang paslon. Ia tahu, baru saja ia abaikan semboyan "jangan ambil uangnya".
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H