Paragraf juga begitu. Paragraf yang jernih niscaya bersih dari kemungkinan membingungkan pembaca. Paragraf yang jelas pasti memudahkan pembaca untuk mencecap dan mencerna gagasan yang diuraikan oleh penulis.
Mengulik Resep Menata Paragraf
Mari kita babar kelima resep di atas. Mula-mula kita menginjak anak tangga pertama. Namanya ketedasan.
Seruntun kata akan menghasilkan kalimat, sedangkan serentet kalimat akan membentuk paragraf. Kata-kata yang kita jajarkan harus terang dan jelas, itulah makna tedas. Kalimat-kalimat yang kita jejalkan mesti bening atau jernih, itulah arti tedas.
Apa saja yang perlu kita cermati supaya paragraf yang kita tata memenuhi syarat tedas? Silakan tilik infografis berikut.
Dalam urusan tanda baca, tidak sedikit penulis yang kerepotan meletakkan tanda koma (,) atau tanda titik (.) sewaktu berurusan dengan kutipan langsung. Ada pula yang menaruh tiga hingga lebih tanda seru (!) dengan alasan penegasan seruan. Lebih celaka lagi, masih ada di antara kita yang menaruh tanda titik setelah tanda seru atau tanda tanya.
Terkait pilihan kata, tidak sedikit di antara kita yang keliru berlarut-larut. Konveksi (peristiwa gerakan benda cair atau gas akibat perbedaan suhu dan tekanan) sering ditukar dengan konfeksi (pakaian dan sebainya yang diproduksi secara massal). Tampak receh, tetapi maknanya jauh panggang dari api. Maka lihatlah plang perusahaan konfeksi di sekitar Anda, rata-rata menerakan kata "konveksi".
Apa pula yang saya maksud dengan irama kata? Rentetan kata pilihan kita mestinya bernada dan bertenaga. Bedakan antara kalimat yang berirama dengan kalimat yang berbunga-bunga.Â
Jika Anda membaca ulang dua kalimat di atas, boleh dibaca dengan sedikit bersuara, maka akan berasa iramanya. Namun, dua kalimat tersebut tidaklah berbunga-bunga.
Selanjutnya kita injak anak tangga kedua, yaitu ketegasan.Â