Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seni Menata Paragraf

8 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 8 Maret 2019   14:10 3987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis memang mudah, bahkan sangat mudah. Kalau asal menulis saja, siapa pun pasti mampu. Kalau cuma menulis serampangan atau sembarangan, semua orang juga mampu.

Mengapa saya berpendapat demikian? Karena "asal menulis" atau "menulis asal-asalan" tidak butuh kecakapan khusus. Selama ada pulpen dan kertas, selama jemari masih lincah menari di laptop atau gawai, selama itu pula semua orang mudah menulis. 

Lain perkara jika kita ingin menganggit tulisan yang berisi dan bergizi. Itu bukan pekerjaan remeh. Tulisan seperti itu niscaya membutuhkan keterampilan khusus. Siapa saja yang berhasrat menghasilkan tulisan bernas otomatis harus rajin mengasah diri. 

Dengan kata lain, kecakapan menulis tidak ujuk-ujuk muncul lantaran harus melewati proses yang pelik dan ripuh. Kecakapan menulis serupa dengan kemahiran memetik dawai kecapi yang harus terus diasuh dan diasah. Sekali berhenti, apalagi dalam jangka yang lama, alamat otak beku dan jemari kaku.

Jadi, terampil menulis merupakan hasil dari proses mengasah diri dan mengasuh minat. Tidak semua orang mahir memilih kata. Tidak semua orang jago meracik kalimat. Ada yang sudah menghasilkan puluhan tulisan, tetapi masih kelabakan menata kata. Ada yang kerap menang lomba menulis, tetapi gelagapan menaja kalimat.

Berkenaan dengan hal tersebut, berikut saya tuturkan resep sederhana menata paragraf. Saya berharap tulisan ini berguna bagi para bloger. Supaya elok dibaca dan mudah dicerna, saya sertakan pula infografis sederhana selaku pendukung. Silakan menikmati.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menghargai Si Paragraf

Jangan recehkan paragraf, sebab kehadirannya menentukan seberapa jernih cara Anda memaparkan gagasan.

Paragraf tiada beda dengan rumah yang kita tinggali. Paragraf pembuka ibarat halaman sebuah rumah. Jika sampah bertebaran di mana-mana, orang lain boleh jadi enggan bertandang.

Jalinan antarparagraf persis ruang-ruang dalam rumah kita. Mau tidak mau, kita mesti berupaya keras supaya ruang-ruang itu jernih dan jelas. Jernih artinya resik sehingga elok dipandang, jelas berarti setiap ruang ketahuan fungsinya. Kamar mandi yang kotor dan bau pesing akan mempermalukan tuan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun