Kroasia adalah negara kedua yang memetik kemenangan adu penalti dalam dua pertandingan berturut-turut di fase gugur Piala Dunia. Sebelumnya, Argentina melakukannya saat menggusur Yugoslavia di perempat final dan Italia di semifinal pada Piala Dunia 1990.
Adu penalti adalah perpaduan sempurna antara kekuatan fisik dan ketangguhan mental. Bahwa sebelum mencapai adu penalti harus melewati 90 menit waktu normal dan 30 menit waktu tambahan, itu benar. Akan tetapi, mental  pemain lebih dominan saat tos-tosan terjadi. Tidak hanya bagi para penembak, tetapi juga bagi kiper. Dua kali menang adu penalti secara beruntun adalah bukti sahih ketangguhan mental tersebut.
Para eksekutor harus sukses merobek jala lawan, sedangkan kiper mesti mampu menggagalkan penalti lawan. Itulah aturan mainnya. Eksekutor tidak boleh grogi, kiper tidak boleh gugup. Kroasia memiliki semuanya.
Ketangguhan mental serdadu Vatreni itulah yang perlu diwaspadai oleh Inggris. Mereka tidak boleh memandang Kroasia dengan sebelah mata. Kecuali mereka ingin menelan tangis karena tersandung dan terjerembap.Â
Bila itu terjadi, harapan Vida untuk mengangkat Piala Dunia, seperti disitir Goal, sangat mungkin terwujud.
***
Alasan Kedua: Pantang Menyerah
Tim Kroasia sangat berani dan kami bangga karenanya. Kami satu keluarga besar.
~ Vedran Corluka, Bek Kroasia
Kroasia melewati dua fase gugur secara beruntun dari posisi tertinggal. Pada babak perdelapan final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Denmark. Pada fase perempat final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Rusia. Kroasia pantang menyerah. Mereka berhasil bangkit dan memenangi laga.
Kemasukan satu gol belum tentu mematahkan semangat, apalagi membuat Kroasia limpung dan limbung dalam menata serangan. Singkat kata, Kroasia tidak gagap saat menyerang dan tidak gugup ketika diserang.Â