Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lima Alasan Kroasia Bisa Lolos ke Final

11 Juli 2018   05:18 Diperbarui: 11 Juli 2018   15:29 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Domagoj Vida (Foto: FIFA/Getty Images)

Tidak ada rasa takut dalam diri kami. Kami menghormati setiap lawan, tetapi kami percaya pada kemampuan kami. 

~ Mario Mandzukic, Penyerang Kroasia

Tidak ada yang meragukan kapasitas the Tree Lions, julukan timnas Inggris, di dunia sepak bola. Betapa tidak, Inggris meraih gelar juara dunia pada Piala Dunia 1966. Meskipun itu gelar pertama, Inggris tetap dianggap sebagai negeri asal si kulit bundar. Liga mereka juga dianggap sebagai liga paling menarik dan kompetitif dibanding liga lain di Benua Biru.

Hanya saja, Inggris tidak boleh jemawa.

Kroasia siap menghadirkan kejutan. Sepakan Kuda Hitam dari Balkan itu sudah memakan korban. Argentina, juara dunia dua kali, mereka gulung 3-0 di fase grup. Nigeria, andalan Afrika, ditekuk 2-0 tanpa perlawanan berarti. Islandia, yang menghadirkan kejutan di Piala Eropa 2016, tersungkur tanpa daya dengan skor 2-1. Begitu pula dengan Denmark dan Rusia.

Berkaca pada kegigihan Modric dan kolega, ada lima alasan kuat mengapa Kroasia layak masuk final.

***

Dokumentasi Pribadi (Data Infografis: Khrisna Pabichara. Desain: Syahrul Ramadhan)
Dokumentasi Pribadi (Data Infografis: Khrisna Pabichara. Desain: Syahrul Ramadhan)
Alasan Pertama: Mental Tangguh

Atas kehendak Tuhan, kami ingin mengangkat trofi Piala Dunia. Itulah tujuan kami ada di sini. 

~ Domagoj Vida, Bek Kroasia

Kroasia adalah negara kedua yang memetik kemenangan adu penalti dalam dua pertandingan berturut-turut di fase gugur Piala Dunia. Sebelumnya, Argentina melakukannya saat menggusur Yugoslavia di perempat final dan Italia di semifinal pada Piala Dunia 1990.

Adu penalti adalah perpaduan sempurna antara kekuatan fisik dan ketangguhan mental. Bahwa sebelum mencapai adu penalti harus melewati 90 menit waktu normal dan 30 menit waktu tambahan, itu benar. Akan tetapi, mental  pemain lebih dominan saat tos-tosan terjadi. Tidak hanya bagi para penembak, tetapi juga bagi kiper. Dua kali menang adu penalti secara beruntun adalah bukti sahih ketangguhan mental tersebut.

Para eksekutor harus sukses merobek jala lawan, sedangkan kiper mesti mampu menggagalkan penalti lawan. Itulah aturan mainnya. Eksekutor tidak boleh grogi, kiper tidak boleh gugup. Kroasia memiliki semuanya.

Ketangguhan mental serdadu Vatreni itulah yang perlu diwaspadai oleh Inggris. Mereka tidak boleh memandang Kroasia dengan sebelah mata. Kecuali mereka ingin menelan tangis karena tersandung dan terjerembap. 

Bila itu terjadi, harapan Vida untuk mengangkat Piala Dunia, seperti disitir Goal, sangat mungkin terwujud.

***

Alasan Kedua: Pantang Menyerah

Tim Kroasia sangat berani dan kami bangga karenanya. Kami satu keluarga besar.

~ Vedran Corluka, Bek Kroasia

Kroasia melewati dua fase gugur secara beruntun dari posisi tertinggal. Pada babak perdelapan final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Denmark. Pada fase perempat final, Kroasia tertinggal 0-1 dari Rusia. Kroasia pantang menyerah. Mereka berhasil bangkit dan memenangi laga.

Kemasukan satu gol belum tentu mematahkan semangat, apalagi membuat Kroasia limpung dan limbung dalam menata serangan. Singkat kata, Kroasia tidak gagap saat menyerang dan tidak gugup ketika diserang. 

Ada dua contoh. Pertama, Ivan Perisic mencetak gol kemenangan melawan Islandia pada pertandingan grup terakhir mereka. Kedua, Mario Mandzukic mencetak gol penyama kedudukan melawan Denmark di menit ke-3 pada laga perdelapan final.

Pasukan Vatreni, julukan Kroasia, adalah segerombolan serdadu yang tidak kenal takut. Tidak ada rasa takut dalam diri kami. Begitu alarm dari Mandzukic, juru gedor Kroasia, kepada para penggawa Inggris. 

Pernyataan itu bukanlah pepesan kosong. Kami menghormati setiap lawan, tetapi kami percaya pada kemampuan kami. Begitu bunyi alarm kedua dari striker Juventus itu.

Bertumpu pada rentetan kemenangan yang ditorehkan Kroasia selama di Rusia, Inggris tidak boleh gegabah. Sekali ceroboh, Inggris akan mengikuti jejak Argentina, Denmark, dan Rusia sebagai tumbal Vatreni menuju babak final.

***

Alasan Ketiga: Pemain Petarung

Inggris memiliki banyak pemain muda yang hebat, tetapi kami sadar bahwa kami kuat dan tidak takut kepada siapa pun.

~ Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia

Mario Mandzukic, Luka Modric, dan Ivan Rakitic sudah meraih banyak trofi di klub. Ivan Perisic mencetak gol kemenangan melawan Islandia pada pertandingan grup terakhir mereka. Danijel Subasic, sang kiper, menggagalkan empat tembakan penalti pada babak tos-tosan melawan Denmark dan Rusia di babak gugur.

Pada kesempatan pertama mengikuti Piala Dunia 2018, di Prancis, Kuda Hitam dari Balkan tampil memukau. Rumania mereka tekuk di perdelapan final. Lalu, Jerman mereka hajar di perempat final. Mereka tersandung di semifinal. Vatreni menyerah 2-1 di hadapan tuan rumah Prancis.

Bagi yang kangen Boban, kini dapat mengobati rindu dengan menyaksikan alot dan liatnya Rakitic. Lari tanpa kenal lelah, bertahan dan menyerang dengan baik, serta menjaga piawai keseimbangan antara lini belakang dan lini depan. Ekspresinya bak petarung tak kenal jeri. Jikalau tampil dalam performa terbaik, ia bisa menjadi pemutus serangan Inggris sekaligus perintis serangan balik.

Ivan Rakitic (Foto: FIFA/Getty Images)
Ivan Rakitic (Foto: FIFA/Getty Images)
Inggris memang tidak menemukan perlawanan yang berarti dari timnas Swedia pada babak perempat final. Laskar Tiga Singa menang 2-0 di Samara Arena, Sabtu (7/7/2018). Akan tetapi, Kroasia bukan Swedia. Inggris tidak akan leluasa memainkan bola di lini tengah. Rakitic punya tandem sehati, Kramaric. Keduanya berwatak sama: petarung.

Sedikit ke belakang, jiwa petarung juga ada dalam diri Vida. Bek ini bagai petarung bebas yang kukuh menjaga benteng pertahanan. Pasangannya, Lovren, tidak kalah garang. Umpan silang yang jadi makanan empuk Kane mesti diantisipasi dengan baik oleh mereka. Dan, konsentrasi harus penuh hingga akhir laga.

Menyitir harapan Corluka, seperti dilansir FIFA.com, Kroasia berani bertarung. Kalau perlu, kerahkan seluruh upaya demi kemenangan. Pendek kata, habis-habisan. Seluruh penggawa harus padu sepanjang laga. Seperti keluarga, tutur Corluka. Laksana jemari dikepal, padu dalam satu tinju.

***

Alasan Keempat: Gairah Bermain

Tentu saja ketika laga dimulai nanti akan ada tekanan, namun kami saat ini benar-benar menikmati kehadiran kami di babak semifinal.

~ Mario Mandzukic, Penyerang Kroasia

Setiap memulai pertandingan, para pemain Kroasia laksana robot penuh tenaga dan kaya kreativitas. Tidak ada yang masuk ke lapangan dengan wajah bermuram durja atau mimik tertekan. Mereka bagai sekumpulan bocah yang tertawa riang mengejar layang-layang. Mereka bermain sepenuh hati, menikmati alir bola, dan meresapi kenikmatan dan kebahagiaan di lapangan.

Bermain tanpa beban, bermain tanpa tekanan.

Kami menikmati kehadiran kami di semifinal. Pernyataan Madzukic, yang dilansir Mirror, benar-benar sesuai kenyataan.

Lihatlah Subasic. Tiada jeri di wajahnya menghadapi Messi, Aguero, atau Di Maria. Kiper yang bersinar di AS Monaco itu berhasil menggagalkan empat tembakan penalti pada babak tos-tosan melawan Denmark dan Rusia di babak gugur. Lihatlah Ante Rebic. Tiada rasa takut membayang di matanya ketika berhadapan dengan bek-bek lawan yang tangguh.

Hasrat Pasukan dari Balkan ini begitu kuat untuk mengukir sejarah baru. Ketika sebuah tim bermain sepenuh cinta, memainkan tekanan sebagai tuas pengungkit tenaga, menikmati tantangan sebagai pemicu dan pemacu adrenalin, maka yang kita saksikan semata-mata kenikmatan dan kesenangan memainkan bola.

Modal itu juga dimiliki Inggris, tetapi mereka mengusung beban sebagai tim bertabur sejarah gemilang. Jika tidak sanggup keluar dari tekanan, Inggris akan terjelengar di akhir laga.

***

Luka Modric (Foto: FIFA/Getty Images)
Luka Modric (Foto: FIFA/Getty Images)
Alasan Kelima: Dukungan Suporter

Bagi saya, paling utama adalah bermain sebaik mungkin di setiap laga. Kami akan menunjukkan permainan terbaik.

~ Luka Modric, Kapten Kroasia

Bukan hanya warga Kroasia yang membanjiri Rusia. Sang Presiden, Kolinda Grabar-Kitarovic, menyaksikan laga perempat final bersama Davor Suker. Bahkan, Sang Presiden ikut merayakan kemenangan bersama para pemain di ruang ganti. Dukungan suporter jelas penting bagi pemain. Tak heran apabila banyak yang menganggap suporter sebagai pemain kedua belas.

Kroasia memiliki empat gelandang tengah yang memperkuat tim super di Eropa. Rakitic adalah andalan Barcelona, Modric merupakan roh permainan Real Madrid, Kovacic menjadi gelandang bertahan Real Madrid, dan Marcelo Brozovic sebagai roh permainan Inter Milan.

Akan tetapi, muara serangan tetaplah Modric. Gelandang kreatif bergelar Cruyff dari Kroasia itu adalah penerus legenda seperti Boban, Suker, Bilic, dan Boksic. Karena gocekan dan umpan mautnya, tiga tahun berturut-turut ia terpilih dalam FIFA World XI, yakni pada 2015, 2016, dan 2017. Sihir yang kerap dipertunjukkan di Real Madrid sudah ia tunjukkan selama membela Kroasia.

Sah-sah saja apabila Inggris menunggu tuah sejarah. Piala Dunia 2018 adalah edisi kelima dengan empat tim di babak semifinal yang hanya menampilkan tim dari Eropa. Sebelumnya pernah terjadi pada Piala Dunia 1934, 1966, 1982, dan 2006. Tiga dari empat turnamen itu dijuarai oleh Italia. Satu lagi, 1966, menjadi milik Inggris. Tuah itu mungkin saja terjadi. Tetapi, langkah Inggris tidak akan mudah.

Ada pemain yang bisa menggagalkan ambisi Inggris. Modric namanya. Sang Kapten pasti siap memamerkan sihir dan mengejutkan Inggris dengan sengatan umpan matang atau golnya. Perisic dan Mandzukic siap menjadi penyelesai yang mumpuni. 

Satu kemenangan akan membuat penonton bernyanyi, menari, dan berpesta.

***

Dokumentasi Pribadi (Desain: Syahrul Ramadhan)
Dokumentasi Pribadi (Desain: Syahrul Ramadhan)
Modric tumbuh menjadi sosok yang tahan banting dan matang pada umurnya yang masih belia. Itu karena tempaan masa kecil. ia hidup dalam situasi sulit. Namun, semua bisa dilalui dan kini dia menjadi pemain luar biasa. 

~ Slaven Bilic, Legenda Timnas Kroasia

Itulah lima alasan mengapa Kroasia dapat melaju hingga ke babak final. Inggris memang bukan lawan mudah. Akan tetapi, kelima modal di atas akan menjadi azimat bagi Modric dan sekutunya.

Mumpung sudah di semifinal, sekalian bikin sejarah baru. Kalahkan Inggris. Tidak ada pilihan lain. 

Biarkan para penikmat sepak bola menjadi saksi terciptanya sejarah baru, yakni lolosnya Kroasia ke babak final dan menjadi Juara Dunia Baru. Tentu saja, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Selamat menunggu aksi Kuda Hitam dari Balkan. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun