Nyanyian doa suporter dikabulkan oleh Penguasa Semesta. Tendangan penalti Ronaldo berhasil digagalkan oleh kiper Iran, Alireza Beiranvand. Ya, Bei. Penjaga gawang Iran yang terbiasa tidur di jalan, yang bekerja di tempat cuci mobil, yang disangka tak akan berdaya, seketika dipilih takdir untuk memblokir penalti Ronaldo.Â
Bei, seorang tunawisma, kini pahlawan bagi Singa Persia. Maka jelaslah bahwa menjadi pahlawan tidak mesti kaya duluan.
Lagi-lagi Ronaldo. Penggawa Real Madrid ini berulah. Pada menit ke-81, dalam pergerakan tanpa bola di depan kotak penalti Iran, Kapten Portugal menyikut Morteza Pouraliganji--centeng yang setia menjaga ke mana saja ia pergi. Mestinya kartu merah karena main sikut tanpa situasi terdesak dan tanpa bola. Namun, wasit berkehendak lain. Sang megabintang cuma diacungi kartu kuning.Â
Cinta suporter Iran masih teruji. Dan, masih terpuji.
Kita tinggalkan Kacang Garuda dan kembali ke suporter Iran.
Ujian baru tiba pada menit-menit akhir. Lagi-lagi wasit biang keladinya. Saat itu Sardar Azmoun menyundul bola dan mengancam kiper. Bek Portugal, Cedric Soares, mengadang laju bola dengan lengannya.Â
Suporter Iran sontak bernyanyi. Laki-laki dan perempuan serempak bermunajat. Doa membahana. Portugal dihukum penalti. Karim Ansarifard mampu mengeksekusi penalti. Kedudukan imbang.Â
Doa suporter Iran terus melangit. Sepakan Amiri melenceng tipis di sebelah kanan gawang Rui Patricio. Hingga laga usai, skor tetap 1-1. Cinta mereka tetap menggemuruh, walaupun Portugal yang berhasil lolos ke babak 16 besar.Â
Pada laga pamungkas yang sengit itu, Iran tidak kalah. Mereka seri melawan Portugal dan menang di hati penggemar. Memang mereka gagal mengukir sejarah, gagal mengalahkan tim dari Eropa, gagal melewati fase grup, namun mereka tidak gagal dalam menggalang cinta.Â
Singa Persia tetap dicintai suporternya.Â