Lantas kenapa tidak boleh membanding-bandingkan upah Sepuh Songo dengan gaji Presiden? Jawabannya mudah. Pembandingnya keliru. Gaji Presiden kita mbok ya dibandingkan dengan gaji Presiden di negara lain. Itu baru seimbang, setanding, atau setara.Â
Sekarang mari kita lihat upah kepala negara yang lain. Gaji PM Singapura, Lee Hsien Loong, sebesar Rp30,3 miliar per tahun. Gaji Presiden Swis, Doris Leuthard, sebesar Rp6 miliar per tahun. Berikutnya upah PM Australia, Malcolm Trunbull, sebanyak Rp5,5 miliar per tahun.Â
Lalu  bandingkan dengan gaji Presiden Jokowi. Upah sebesar Rp62 juta per bulan hanya mencapai Rp740 juta per tahun. Gila. Jauh sekali dibanding gaji PM Australia dan Presiden Swis. Apalagi dibanding upah PM Singapura. Sungguh jomplang.Â
Apa iya rakyat tidak iba melihat kejomplangan itu? Ini menyangkut harkat dan martabat bangsa. Sedemikian banyak rakyat yang diurus, tetapi gaji presidennya hanya sebegitu. Mestinya kita gerah. Atau malu. Mestinya kita sedih. Atau iba. Kasihan Pak Jokowi. Gajinya di republik terkasih ini bukan yang tertinggi, kalah ketimbang gaji Sepuh Songo. Gajinya sesama Kepala Negara juga jauh dari setara.
Tetapi kalian tidak perlu khawatir. Saat ini, seperti yang saya dengar dari selenting kabar, tengah digodok RPP tentang perbaikan dan penaikan gaji Presiden. Hmmm. Kita lihat saja nanti.
Sudah dulu, ya. Kasihan kamu letih membaca gonjang-ganjing gaji Ibu Mega dan koleganya. Maksud saya, Sepuh Songo. Padahal kamu tidak saya gaji. Maaf, ya. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H