Presiden Singarif masam-mesem. "Hanya itu?"
"Paduka seorang kepala negara," timpal Bangau Sepuh, "bukan hamba sahaya. Jika Paduka kecewa atau kesal atau marah karena saya sekadar menjura, berarti Paduka masih menghamba pada kehormatan dan kebesaran. Padahal semua itu bersifat duniawi. Fana. Sementara."
Presiden manggut-manggut. "Teruskan!"
"Setahu saya, Paduka bukan pejabat yang butuh disembah-sembah. Paduka lebih suka warga yang rajin bekerja daripada rajin menjura."
Presiden Singarif terkekeh-kekeh. "Kamu tidak bekerja?"
"Saya bekerja, Paduka!"
"Nelayan?"
Bangau Sepuh mengangguk.
"Tidak mencari ikan?"
"Sudah."
"Kenapa tidak mencari lebih banyak?"