"Sangat mengganggu!"
"Ulat menyuburkan tanah buat pohon, lalu pohon menghadiahinya buah."
"Aku tidak peduli," sergah Raja. "Besok tidak boleh ada ulat lagi di taman ini!"
"Baik, Baginda!"
***
TIBALAH MUSIM berburu yang selalu ditunggu-tunggu oleh Raja. Ditemani pasukan khusus dan Patih Patuh, ia memasuki kawasan hutan. Patih sangat hafal kawasan berburu yang aman. Raja berburu sampai hatinya senang. Rusa dan buruan lainnya dibawa ke tenda. Koki segera beraksi, tetapi Raja marah-marah.
"Aku ingin memasak buat kalian," katanya.
Koki dan anak buahnya menyingkir jauh-jauh. Mereka tidak ingin melihat Raja Maruk murka. Patih geleng-geleng kepala. Tiba-tiba terdengar teriakan dari Tenda Kenyang. Patih dan Koki segera ke sana. Ternyata jempol tangan kiri Raja terpotong saat beliau mengiris-iris daging rusa. Ia marah-marah.
Patih buru-buru mencari Tuan Tabib. Setelah berkeringat dingin, setelah mencoba banyak cara, jempol Raja tidak bisa disatukan kembali. Tuan Tabib ketakutan melihat Raja murka.Â
Dengan tenang, Patih berusaha menghibur Raja. "Baginda tidak usah marah atau sedih."
Raja tercengung. "Kenapa?"