"Mustahil," sanggah Murid Kedua, "pasti halusinasi."
"Apa pun namanya, kita harus menolong gadis itu."
"Tunggu dulu!"
"Kenapa?"
"Tidak mungkin kita menolongnya. Lihat pakaiannya yang acak-acakan. Itu bisa memantik berahi. Itu melanggar ajaran guru. Lagi pula, tidak mungkin kita gendong atau bopong tubuhnya," kata Murid Kedua pelan.
"Tidak perlu kita bopong tubuhnya sepanjang perjalanan."
"Lantas?"
"Cukup sampai ke kaki bukit itu," kata Murid Kesatu sambil menunjuk bukit di depan mereka. "Di balik bukit ada perkampungan. Kita tinggal mengabarkan kepada penduduk kampung, bahwa di desa sebelah ada korban banjir yang selamat. Mudah, kan?"
"Tidak!"
"Apa lagi?"
"Aku tidak mau melanggar ajaran Guru. Selama ini kita berjuang mati-matian mengamalkan segala perintah dan menjauhi semua larangan. Lantas karena seorang gadis semuanya jadi tak berarti? Tidak mungkin!"