Â
CAKRANINGRAT V: Â Â Â Â Â Â Â Â Dia sudah seperti anak kandungku sendiri, seorang menantu yang selalu setia pada segala perintah orang tuanya, ayah!
CAKRANINGRAT IV:        Tidak ada seorang cucu  di setiap kerajaan manapun yang menandingi pengabdiannya, dia selalu mementingkan rakyatnya, anakku, dan ku tahu kalau sebenarnya dia juga membenciku, mungkin membencimu karena kita sebagai penjilat pantat.
CAKRANINGRAT V: Â Â Â Â Â Â Â Â Apa yang kita harus lakukan sebagai penghormatan terhadap dirinya?
CAKRANINGRAT IV:        Darah harus dibalas dengan darah, nyawa Ke’ Lesap harus mati di tanganmu atau di tanganku, anakku!
CAKRANINGRAT V:         Aku bersumpah demi jenazahmu, Raden Ismail, akan kubunuh Ke’ Lesap, akan kuhiasi tangisan istrimu dengan menabur bunga di istana ini.
CAKRANINGRAT IV: Â Â Â Â Â Â Â Aku menyesali membiarkannya hidup beberapa tahun yang lalu, karena kukira lelaki kampung yang tak berguna tidak akan bisa mengubah sejarah. Inilah saatnya aku memeranginya. (KELUAR)
Â
  PANGGUNG BERUBAH, CAHAYA BERUBAH.
Â
PANGERAN CAKRANINGRAT IV TERPERANJAT DARI TIDURNYA, TAMPAK SAMAR-SAMAR SESEORANG SUDAH DUDUK TENANG DI HADAPANNYA. DAN PELAN-PELAN KITA MENGETAHUI KALAU LELAKI ITU, TAK BUKAN KE’ LESAP.