Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Parakang

2 Januari 2018   23:58 Diperbarui: 3 Januari 2018   23:00 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pakarang (koleksi pribadi)

"Apakah kita akan bangun rumah dengan lubang di dindingnya."

"Ya."

"Untuk apa Lina,"

"Untuk keluar masuk, anak-anak kita kalau sudah bisa berjalan."

Aku memegang tangan Lina dan manatap matanya dalam-dalam. Ia juga balas menatap, namun tatapannya teduh, mengharukan. Saking harunya aku tidak mampu menahan tetesan air mata yang jatuh basahi pipiku.

"Lina, apakah engkau seorang Parakang."

"Iya."

Denga lirih Lina menjawab dan terus menatap mataku. Semakin haru menatap matanya yang teduh. Tanpa sadar kupeluk tubuhnya yang padat. Inilah pertama kalinya aku memeluk  gadis ini. Iapun balas memeluk.

"Lina, apakah engkau Parakang."

"Iya."

Lagi-lagi Lina iyakan dengan suara pelan. Matanya terus menatapku dengan mata redupnya. Aku semakin terharu dan tanpa sadar bibir kami bertemu. Pertemuan pertama bibir kami setelah resmi  jadi sepasang kekasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun