Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Parakang

2 Januari 2018   23:58 Diperbarui: 3 Januari 2018   23:00 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pakarang (koleksi pribadi)

//

Aku mengiayakan saat  Kades Jumadi perintahkan untuk menemani Lina lakukan pendataan ke rumah-rumah warga. Dengan motor dinas kades, aku bonceng gadis desa itu keluar masuk kampung. Meski jalannya belum beraspal aku tidak capek sama sekali. Bahkan sangat berterima kasih kalau motornya terguncang, artinya Lina tanpa sadar bisa memelukku.

"Eh, maaf."

"Tidak apa-apa. Pegangan saja, jalannya kurang bagus."

Hingga sore, aku dan Lina pulang. Tetapi tidak lansung ke rumah kades. Gadis itu mengajakku ke rumahnya, sekalian bertemu ayahnya yang juga salah satu Kadus.Hitung-hitung bisa memberikan referensi soal dusunya.

Ayah Lina menjabat erat tanganku dan mempersilahkan masuk dalam rumahnya. Ibu dan adeknya juga ikut bersalaman denganku, lalu masuk ke dalam. Lina juga, tidak ikut duduk bersama kami, tetapi ke dalam pula.

"Anak, baru pertama kalinya kan di dusun sini."

"Iya Pak Kadus."

"Siapa namanya lagi."

"Bonte, Kadus."

"Nama yang sangat pendek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun