//
Aku mengiayakan saat  Kades Jumadi perintahkan untuk menemani Lina lakukan pendataan ke rumah-rumah warga. Dengan motor dinas kades, aku bonceng gadis desa itu keluar masuk kampung. Meski jalannya belum beraspal aku tidak capek sama sekali. Bahkan sangat berterima kasih kalau motornya terguncang, artinya Lina tanpa sadar bisa memelukku.
"Eh, maaf."
"Tidak apa-apa. Pegangan saja, jalannya kurang bagus."
Hingga sore, aku dan Lina pulang. Tetapi tidak lansung ke rumah kades. Gadis itu mengajakku ke rumahnya, sekalian bertemu ayahnya yang juga salah satu Kadus.Hitung-hitung bisa memberikan referensi soal dusunya.
Ayah Lina menjabat erat tanganku dan mempersilahkan masuk dalam rumahnya. Ibu dan adeknya juga ikut bersalaman denganku, lalu masuk ke dalam. Lina juga, tidak ikut duduk bersama kami, tetapi ke dalam pula.
"Anak, baru pertama kalinya kan di dusun sini."
"Iya Pak Kadus."
"Siapa namanya lagi."
"Bonte, Kadus."
"Nama yang sangat pendek."