‘’Aku mau tetap di sini bersamamu Mira.’’
Mira memiringkan kepalanya, melihat pada lampu yang terang, ‘’bolehkah Shelly tinggal di sini?’’
Sinar lampau kini semakin terang dan warna warni cahaya pun bermunculan. Dari pintu awan-awan yang lembut bermunculan malaikat-malaikat berjubah keemasan bermanik berlian.
Terdengar suara yang lembut dan berwibawa, yang memutuskan bahwa Shelly boleh tinggal untuk selamanya bersama Mira.
Tak kuasa air mata bahagia Mira jatuh membasahi pipi Shelly. Dipeluknya Shelly, seakan-akan Mira takut kehilangan lagi.Â
‘’Aku, mama mu Shelly.’’
‘’Mama, …’’ lirih suara Shelly terdengar. ‘’Kita jangan terpisah lagi ya Ma.’’
Mira mengedipkan mata sambil tersenyum dan mencium pipi Shelly berulang-ulang. Bunga matahari serentak menari dan menyanyi, paduan suara yang menakjubkan. Di salah satu tangkai pohon Akasia, Semi parkit ikutan bernyanyi sambil mengepakkan sayapnya yang kecil. Mira dan Shelly menyaksikan pertunjukkan ini dengan senyum dan pandangan mata bahagia.
--
Usaha untuk mengembalikan Shelly melalui defibrilator tak berhasil. Jos dan Martha dengan kesedihan yang dalam dan berat hati harus melepaskan kepergian Shelly. Sudah untuk kedua kalinya Shelly menjalani cangkok ginjal. Operasi yang kedua ini rupanya berkendala bagi kestabilan darah Shelly. Satu kali pernah Shelly mengalami keracunan darah. Rupanya, Shelly menyandang juga diagnosis yang sama seperti mamanya, Mira, yaitu gagal ginjal.
Dua hari setelah Shelly meninggal dunia, Semi parkit pun ikut-ikutan mati. Pikir Martha, mungkin Semi sangat sedih ditinggal pergi oleh Shelly. Tanpa sebab Semi di dapatkan tergeletak kaku di dalam sarangnya..