‘’Shelly!’’Â
Martha mengguncang-guncangkan tubuh Shelly. Tak ada reaksi, tak ada gerak, hanya nafas yang tersendat seperti suara kodok terdengar.
Secepat kilat Martha menyambar telepon Shelly di pinggir bantalnya. Nomor 112, alarm untuk pertolongan pertama. Setelah itu nomor Jos. Ditariknya beberapa pakaian yang penting; piyama dan pakaian dalam. Surat medikasi Shelly yang terletak rapih dalam map di atas meja dekat komputer juga ikut masuk dalam tas. Tak lama, hanya lima menit ambulans sudah ada di depan rumah.Â
Martha tak ingin menangis, namun air mata itu … terasa panas dan asin, perih memoles pipinya.Â
Martha mengikuti semua gerak perawat dengan hati yang sedih dan pikiran kacau. Sesekali terdengar suara perawat yang menyebut angka-angka dan menulisnya pada map, sementara perawat yang lain menusukkan jarum infus pada pembuluh vena dekat pergelangan tangan Shelly. Berkali-kali perawat melirik surat medikasi Shelly dan berbicara lewat telepon dengan seseorang.
Hiruk pikuk suara lalu lintas tiba-tiba saja begitu jauh terdengar. Tiba-tiba Martha menjadi setengah tuli. Digenggamnya terus tangan Shelly. Perjalanan terasa sangat jauh dari biasanya.
Berkali-kali Jos menelpon Martha, tetapi tidak ada reaksi. Telepon mati.
Lorong gang yang menghubungkan unit sal pertolongan pertama, terlihat begitu panjang seakan tak berujung. Martha ikut berlari bersama perawat. Pada ujung gang pintu telah terbuka, dua perawat sudah menunggu untuk mengambil alih tugas. Martha merasakan seseorang memakaikan sesuatu pada kepalanya. Martha tak tau lagi siapa yang menarik tangannya untuk mengenakan  jas warna hijau muda itu. Martha merasa tasnya di rampas oleh seseorang. Dan tiba-tiba saja mereka berada di tengah ruang dengan lampu sorot yang besar. Tiba-tiba saja Martha melihat ala-alat yang tidak asing lagi baginya.
Air mata itu, tetap saja bergulir, memanaskan penglihatannya. Entah darimana, tiba-tiba saja Jos  sudah memeluknya dari belakang. Martha hanya bisa mengenalnya lewat mata, kalau itu Jos, oleh karena Jos pun sama seperti Martha, keduanya berbalut warna hijau muda dari kepala sampai kaki.
Warna putih, hijau muda, biru muda dan denting adu peralatan meramaikan tempat sunyi itu. Terdengar suara komando; satu, dua, tiga! dan Shelly pun berpindah alas tempat tidur.
Berdua Jos dan Martha berdiri berpelukkan bahu dan tangan, menyaksikan dari jarak hanya satu meter di belakang tempat Shelly. Seseorang mengambil tempat duduk di belakang tempat tidur Shelly, anestesi.