Apa bapak sudah melihat bukti tersebut? “Belum dikasih ke saya. Tapi sama Nabil ada itu buktinya. Jadi Nabil seperti tertekan,” kata Ali lagi.
Tapi, kenyataan bahwa petugas BKSDA melakukan pemerasan dan ancaman kepada Nabil tak beralasan. Ketika acehkita.com mengujungi rumah Kepala BKSDA Wilayah Kerja Bandara SIM, Taing Lubis, Jumat (24/6) silam, justru Nabil lah yang mengancam Taing melalui telepon seluler, karena petugas BKSDA menangkap burung ‘selundupan’ Nabil.
“Apa tidak bisa menyelesaikan ini secara baik-baik ini buk. Saya dengar burungnya mati disitu,” ujar Nabil dengan nada suara datar sore itu. Tapi, Taing tetap tegas menolak kompromi. “O tidak bisa Pak Nabil. Semua keputusan sama kepala balai, (Kepala BKSDA-red),” katanya.
Dia menegaskan, Nabil adalah muka baru dalam bisnis penjualan burung ini. “Karena bapak baru saya lihat sekali, makanya biar kepala balai langsung yang menyelesaikannya.”
Tetapi, Nabil tetap berusaha merayu Kepala BKSDA tersebut. “Tolong lah Bu usaha saya ini dihargai. Kita damai saja,” kata Nabil.
“Apapun itu tidak bisa saya putuskan. Itu sudah sampai kepada kepala balai Pak Nabil, dan sepenuhnya adalah ranahnya,” petugas tersebut mencoba menjelaskannya. Tapi Nabil tetap meminta dia mengembalikan burung tersebut, dan mengajak perempuan ini berjumpa.
“Oke lah, Bu, saya menginginkan penyelesaian secara baik-baik, tapi ibu tidak mau. Saya maunya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Oke, Bu. Kalau tidak bisa dengan cara damai, saya lakukan dengan cara belakang,” ujar Nabil, sambil menutup teleponnya. Reporter situs ini menjadi “saksi” saat Nabil menghubungi Taing Lubis.
Anggota Polhut Bandara SIM yang ditanyai acehkita.com mengatakan, Ketua Karantina Indrayati, ikut bermain dalam penyelundupan satwa melalui bandara internasional ini. Selain itu, salah satu pegawai Pos BKSDA Bandara ikut terlibat.
“Rata-rata bawa masuk burung selalu melalui petugas tersebut. Ia dibayar sekitar Rp 500 ribu untuk mengurus izin per ekor. Dia yang mengurus izin ke karantina,” sebutnya.
Kasus penyelundupan Murai memang mulai terhenti sejak penangkapan burung milik Nabil. “Kalau dulu, hampir setiap pagi ada penumpang yang bawa burung. Tapi sekarang sudah nggak pernah nampak,” sebut anggota security.
Tapi, bisnis satwa liar ilegal tersebut, tidaklah hilang. Malahan, tanggal 22 Agustus yang lalu, seorang pengguna jasa hendak membawa Tokek (Pae’/Gecko-Gecko) melalui kabin penumpang. “Si Iin (panggilan Indrayati-red) mencoba menyelundupkan tokok ke bagasi Air Asia,” kata petugas BKSDA kepada acehkita.com. “Saat dibawa, dikawal oleh petugas karantina, dan lolos x-ray dua kali.”