Mohon tunggu...
Ade Surya
Ade Surya Mohon Tunggu... Guru - Saya Kuliah di IAIN CURUP

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendidikan Islam Tradisional Konservatif

2 Januari 2020   10:19 Diperbarui: 2 Januari 2020   10:26 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa Islam Klasik pendidikan dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu lembaga formal dan lembaga sampingan (informal) (kuttab, shuffauh, halaqoh, qushur, majlis dan masjid serta rumah ulama) dan mereka mempunyai ciri yang masing-masing. Orientasi pendidikan tradisional adalah mengemban tugas suci, yaitu menyebarkan agama. 

Melestarikan ajaran Islam, Penguatan ke-tauhidan, Terfokus pada Pendidikan Keilmuan Islam, Pendidikan terpusat pada guru, Sistem pembelajaran pendidikan tradisional, mereka masih memakai sistem halaqoh, bekumpul, mengelompok setelah itu maju satu persatu. Model pendidikan seperti inilah yang kemudian dijadikan modal untuk melakukan transformasi pendidikan sehingga pendidikan menjadi lebih baik.[5]

ISLAM

Islam predikat sebagai sebaik-baik umat (khaira ummah) sejatinya termanifestasikan dalam tiga hal; pertama, umat muslim dapat hidup berdampingan dengan umat lain yang berbeda dengan dirinya, bukan hidup terpisah dan menutup diri dari kehidupan global yang menjadi keniscayaan; kedua, persatuan kaum muslimin dan solidaritas Islam tidak boleh mengarah kepada tindakan etnosentris atau eksploitasi materi maupun tindakan agresi, sebaliknya umat muslim harus kooperatif dalam menjaga perdamaian, serta mengedepankan moralitas; ketiga, umat muslim seharusnya mau mendengar dan belajar dari pengalaman orang lain dan kemudian mengambil hal-hal yang baik.[6]

Sedikitnya terdapat tiga tipologi para pemikir Islam kontemporer dalam merespon tradisi dan modernitas. Pertama, pemikir Islam konservatif. Kelompok ini memiliki paradigma pemikiran yang ideal-totalistik. 

Dalam memandang peradaban Islam menjadi idiologi yang paling ideal, dan karenanya menolak unsur-unsur asing yang datang dari Barat. Islam dipandang sudah final dan tidak memerlukan metode atau teori-teori import dari Barat. Hukum Islam dipahami sebagai hukum yang tertulis sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan hadits. Nalar yang dikendalikan oleh kelompok ini tidak lain adalah nalar tekstualis.[7]

Pengertian Pendidikan Islam 

Paling tidak ada dua makna yang dapat disari dari terminologi Pendidikan Islam. Pertama, pendidikan tentang Islam, kedua pendidikan menurut Islam. Terminologi pertama lebih memandang Islam sebagai subjec matter dalam pendidikan, sedangkan terminologi kedua lebih menempatkan Islam sebagai perspektif dalam Pendidikan Islam.[8]

 Muhammad Hamid An-Nashir dan Qullah Abdul Qadir Darwis mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.4 Sementara itu Omar Muhammad At-Taumi Asy-Syaibani sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.[9]

Pendidikan Islam seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang tradisional dan konservatif. Menurut pengamatan Amin Abdullah, bahwa kebanyakan pendidikan Islam masih menggunakan pola konvensional-tradisional, tidak saja yang terjadi di lembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah, akan tetapi juga di sekolah Islam, madrasah dan perguruan tinggi. 

Pandangan tersebut lumrah dan wajar karena orang memandang bahwa kegiatan pendidikan Islam dihinggapi oleh lemahnya penggunaan metodelogis pembelajaran yang cenderung tidak menarik perhatian dan memberdayakan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam akan relevan serta harus dicari terobosan baru dan inovasi yang relevan dengan zaman, sehingga isi dan metodologi pendidikan Islam menjadi aktual-kontekstual.[10]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun