"Iya dokter, ini Roy. Maaf sudah membuat dokter terkejut."
Ia masih tersenyum, seakan tidak terjadi apa-apa. Gila.
Tak ada percakapan lagi, aku memalingkan wajahku saat menyadari bulir air mata sudah jatuh membasahi pipiku. Kurasakan, tangan dinginnya mengusap lembut, menghapus jejak air mata tadi.
"Dokter tak perlu memikirkanku cukup ingat saja aku, lakukan tugasmu dan aku akan menjalankan hukumanku." tenangnya seraya menggenggam tanganku, sesekali ia usap lembut.
Aku masih memalingkan wajah, enggan menatap wajahnya. Berengsek sekali pikirku, dalam situasi seperti ini masih saja berlaku manis.
"Ehem dokter Olive? Tolonglah tetap profesional." tegur pengawal di belakang menyadarkanku dari lamunan bodoh.
"Ah iya maaf." aku segera tersadar kembali.
"Baik tuan, di sini saya Dokter Olive Maissy Adeva, yang akan bertugas memantau kesehatan Anda selama tiga hari ke depan, selama itu pula Anda diberi tiga permintaan terakhir sebelum menerima hukuman."
"Tiga permintaan ya, sebelumnya boleh saya bercerita sedikit?"
Aku mengangguk "Silahkan."
Ia tersenyum lagi.