3. Keberlanjutan program: Meskipun Anis memiliki visi jangka panjang, program dan kebijakan transformasionalnya bisa terancam keberlanjutannya saat terjadi pergantian pimpinan atau pemerintahan.
4. Kebutuhan waktu: Proses transformasi dalam sistem pendidikan membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan hasil yang signifikan. Ini bisa menjadi tantangan dalam mempertahankan semangat dan momentum perubahan.
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan transformasional Anis Baswedan memiliki kelebihan yang signifikan dalam mendorong perubahan positif di dunia pendidikan. Namun, beberapa kekurangan perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik untuk memastikan keberhasilan transformasi tersebut.
Dengan model kepemimpinan yang efektif yang telah diterapkan oleh Anies Baswedan, selaku Gubernur DKI Jakarta dalam model kepemimpinannya yang transformasional, beliau menggunakan strategi blusukan atau appeal to the people (Salman 2013) yang merupakan cara aktor politik untuk menarik perhatian rakyatnya dengan menunjukkan kepedulian, keberpihakan mereka pada rakyat yang ditunjukkan secara langsung melalui tatap muka, mendengar aspirasi rakyat, melakukan kegiatan bersama maupun tinjauan secara langsung melalui kerja bakti atau gotong royong, membersihkan sisa-sisa banjir.
Dalam kepemimpinannya, Anies Baswedan memiliki gaya komunikasi tersendiri. Anies berbicara dengan menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal, dengan menggunakan topi terbalik dan terkesan santai dan merakyat karena ikut bergotong royong bersama rakyat. Disamping itu, citra positif Anies dapatkan sebagai pemimpin pelindung rakyat, bersedia mendatangi rakyat yang terkena musibah.
Dalam kepemimpinannya, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta mampu menyelesaikan krisis dalam penangan pandemic Covid-19 di DKI Jakarta dengan menggunakan lima strategi komunikasi yaitu penjelasan, permintaan maaf, kompetisi, integrasi, dan kekhawatiran. Disamping itu sikap Anies dalam keberhasilannya menjalankan komunikasi krisis mengambil tanggung jawab, terbuka dan mendengarkan pendapat para ahli epidemiology (Daerah et al. 2022) merupakan bagian dari kepemimpinan transformasional.
Dalam kasus Covid-19, yang dimana ekonomi dan sektor usaha mengalami dampak yang besar. Anies mengatakan, saat itu ia mengeluarkan arahan bahwa para pengusaha yang memang terdampak Covid tidak diwajibkan menaikkan upah dan ambil jalan duduk bersama dengan para pekerja untuk mengatasi masalah ekonomi karena covid tersebut. Bagi sektor usaha yang tidak terkena dampak, melainkan mendapatkan keuntungan seperti usaha masker yang pada saat itu naik permintaannya serta usaha sejenisnya, maka mereka harus tetap menaikkan upah sesuai dengan arahan yang diberikan. “Sektor yang terdampak negatif maka UMP nya tidak perlu naik bahkan bisa dibicarakan oleh buruh. Tapi sektor yang terdampak positif harus berbagi dengan buruhnya, itu pabrik masker dll booming saat itu, nggak fair kalau dia bilang hadapi Covid,” jelas Anies. Anies juga mengungkapkan bahwa pengusaha adalah mitra atau partner pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karenanya, perlu adanya kolaborasi dengan fasilitas dan regulasi yang sama-sama bisa saling menguntungkan dan beri dampak positif untuk masyarakat
Dengan efektivitas model kepemimpinan yang dianut oleh Anies Baswedan dalam hal komunikasi, meninggalkan kepercayaan di hati rakyat. Hal ini dikarenakan Anies memiliki gaya bicara yang lemah lembut sehingga masyarakat beranggapan bahwa seorang Anies bukanlah orang yang terburu-buru dalam melakukan atau membuat suatu keputusan.
Menurut teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan Anis Baswedan dapat dijelaskan melalui berbagai teori kepemimpinan. Berikut merupakan penjelesannya:
1. Teori Otokratis: Teori ini menekankan pentingnya wewenang, paksaan, dan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan seorang pemimpin.
Dalam gaya kepemimpinan Anies Baswedan ia digambarkan otoriter yang sejalan dengan teori tersebut.