Mohon tunggu...
Yoga Aria Aditama
Yoga Aria Aditama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Kemendikbudristek: Kontroversi Marketplace Guru

16 Juli 2023   08:59 Diperbarui: 16 Juli 2023   09:06 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah fondasi utama dalam membangun masa depan bangsa. Dalam

era digital seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tantangan ini, Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengembangkan program

inovatif yang bertujuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Salah satu program

yang menarik perhatian adalah "Marketplace Guru", sebuah platform yang memfasilitasi

kolaborasi antara guru, siswa, dan masyarakat pendidikan.

Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi telah membawa dampak

signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk pendidikan. Salah satu

perkembangan terkini adalah munculnya marketplace guru, platform daring yang

menghubungkan pengajar dengan para siswa. Meskipun ide ini telah mempermudah

akses pendidikan bagi banyak orang, tidak sedikit pula yang mengungkapkan

ketidaksukaan mereka terhadap konsep ini. Artikel ini akan menjelaskan beberapa alasan

mengapa sebagian orang kurang setuju dengan adanya marketplace guru.

1. Kehilangan Nilai Personal dan Kualitas Interaksi:

Salah satu kekhawatiran yang diungkapkan oleh kritikus marketplace guru

adalah hilangnya nilai personal dalam pendidikan. Mereka berpendapat bahwa

interaksi tatap muka antara guru dan siswa memiliki peran penting dalam proses

pembelajaran yang efektif. Dalam platform daring, interaksi tersebut dapat

berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya. Siswa mungkin tidak dapat mengalami

kehadiran guru yang berdedikasi secara fisik, sehingga mengurangi kualitas pengajaran.

2. Keaslian dan Kualitas Materi Pembelajaran:

Kualitas materi pembelajaran juga menjadi perhatian bagi mereka yang

tidak setuju dengan marketplace guru. Dalam platform tersebut, siapa pun dapat

menjadi guru dan mengunggah materi pembelajaran tanpa proses seleksi yang

ketat. Hal ini berpotensi menghadirkan kurangnya kualitas, validitas, dan akurasi dari materi yang disajikan. Banyak yang meragukan kemampuan guru yang tidak 

terverifikasi atau kurang memiliki pengalaman pendidikan yang memadai.

3. Kesenjangan Akses dan Kesempatan:

Meskipun marketplace guru bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas 

pendidikan, kritikus berpendapat bahwa konsep ini sebenarnya memperkuat 

kesenjangan sosial. Ada banyak orang yang tidak memiliki akses yang sama 

terhadap teknologi dan tidak mampu memanfaatkannya dengan optimal. Selain 

itu, platform tersebut mungkin membutuhkan biaya tertentu untuk menggunakan 

layanannya, yang mungkin tidak terjangkau bagi semua kalangan masyarakat.

4. Masalah Bahasa dan Konteks Budaya:

Dalam konteks bahasa Indonesia, marketplace guru juga menimbulkan 

beberapa masalah. Terjemahan yang buruk atau tidak akurat dari materi asing 

menjadi salah satu keluhan yang sering disampaikan. Dalam beberapa kasus, 

konsep atau prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran tidak dapat 

sepenuhnya dipahami oleh siswa karena kurangnya pemahaman yang tepat dalam 

bahasa Indonesia atau konteks budaya setempat.

Meskipun marketplace guru telah membawa perubahan positif dalam akses 

pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa konsep ini juga menimbulkan sejumlah 

kontroversi. Kritikus menyoroti hilangnya nilai personal dan interaksi tatap muka, 

kualitas materi pembelajaran, kesenjangan akses dan kesempatan, serta masalah bahasa 

dan konteks budaya dalam konteks bahasa Indonesia. Meskipun marketplace guru dapat 

memberikan manfaat dalam hal aksesibilitas dan fleksibilitas, kekhawatiran yang ada 

menunjukkan bahwa perlu ada penyesuaian dan perbaikan dalam konsep ini. Dengan 

perhatian yang tepat terhadap nilai personal, kualitas materi, aksesibilitas, dan bahasa, 

dapat diharapkan agar marketplace guru dapat menjadi platform pendidikan yang lebih 

inklusif dan efektif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun