Soal perkataan dan sikap Megawati yang dianggap merendahkan Jokowi di acara Partai. Ingat konteksnya adalah acara internal, yang mana Megawati adalah bosnya Jokowi. Maka wajar saja hal itu dilakukan Megawati. Toh, rakyat akhirnya bisa memilih Jokowi karena PDI-P mau mendengarkan kehendak kita semua sehingga Jokowi maju di kancah daerah dan nasional. Tidak hanya memberi ijin tetapi mengerahkan semua sumber daya, SDM sampai materi.
Bagi saya konyol saat mendengar ada orang yang masuk partai tapi tidak mau ikut kebijakan partai. Ada TikTokers gabung ke partai tertentu. Dia ingin bertarung di pemilu untuk posisi senat. Tapi dia sudah bilang di awal, "Gua kalau terpilih, gua maunya mendengarkan suara rakyat bukan suara partai." Pernyataan yang kedengarannya keren dan merakyat tetapi kontradiktif.
Akhirnya, perang dua generasi ini mengajak kita untuk berpikir kritis. Baik untuk generasi kolonial maupun generasi muda. Informasi apapun yang diterima harus benar-benar dilihat secara obyektif, membedah konteks, meneliti argumen dan bukti yang disampaikan. Memang kita perlu repot, karena kita harus mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam argumen atau bidang informasi yang masuk.
Supaya kita cerdas sebagai bangsa, mengutip situs ung.ac.id, mau tidak mau kita bersama-sama mau sabar. Kita juga harus tekun menggali lebih dalam serta mempertimbangkan semua informasi yang tersedia. Proses ini mesti dilalui sebelum membuat keputusan atau mengekspresikan pandangan. Â
Sumber Foto: YouTube PDI-P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H