Albert Einstein pernah mengatakan bahwa definisi kegilaan adalah melakukan hal yang sama dan berulang-ulang tetapi mengharapkan hasil yang berbeda.
Kita semua tahu bahwa Presiden Joko Widodo telah mencanangkan pembangunan manusia sebagai prioritas utama program kerja Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 dengan slogan SDM Unggul Indonesia Maju.
Dengan demikian, agar program kerja tersebut sukses tentunya banyak hal yang perlu diubah, seperti yang beliau sampaikan juga saat pidato pelantikannya untuk tidak melakukan rutinitas semata, tidak hanya sent tapi harus delivered.
Salah satu yang wajib diubah adalah postur anggaran pendidikan dengan cara berhitung menggunakan nalar matematika yang benar.
Sepertinya perlu saya sarankan Presiden Joko Widodo untuk mengutus para pejabat negara menjadi peserta dalam Gerakan Berantas Buta Matematika (Gernas Tastaka) yang dimotori oleh Ahmad Rizali dan Dhita Putti Sarasvati, sebuah gerakan sukarela yang dilakukan oleh para penggiat pendidikan dengan memberikan pelatihan tanpa biaya namun intensif bagi guru-guru baik di Jakarta sampai di pulau-pulau kecil seperti Tual, Maluku.
Gerakan ini tanpa dukungan APBN maupun APBD sama sekali tetapi telah membuat banyak perubahan dalam memperbaiki nalar matematika siswa Indonesia.
Gernas Tastaka baru saja berulang tahun yang pertama tanggal 10 November 2019 yang lalu dan akan terus melaju membangun SDM yang unggul agar Indonesia menjadi maju.