Mohon tunggu...
Moh Zein Rahmatullah
Moh Zein Rahmatullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Jurnalis yang kalah lomba menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jalan Tikus Rahmad Mas'ud

20 Juli 2024   12:19 Diperbarui: 20 Juli 2024   12:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah sopir angkot saat berdemonstrasi di depan Kantor Walikota Balikpapan, Rabu (17/7). Foto: Dokumen pribadi

Tapi bagaimanapun, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Apalagi saya tidak mengikuti audiensi perwakilan sopir angkot dengan pihak Pemkot Balikpapan. Saya cuma ingat, para sopir angkot merasa menang usai unjuk rasa siang itu dan bisa melanjutkan 'narik' angkot kembali dengan lega.

Terlepas dari masalah pro dan kontra yang terlanjur muncul, saya lebih banyak keheranan dengan sikap Rahmad yang mengiyakan dengan menghentikan operasional Balikpapan City Trans--beda halnya saat dulu ditanyai persoalan proyek pengendali banjir yang ternyata nggak jago-jago amat membendung banjir. 

Bos di tempat saya bekerja, mengandaikan Balikpapan City Trans ini seperti Trans Jogja. Kala itu kata dia, Trans Jogja menggeser bus-bus sebagai transportasi antar desa yang sudah beroperasi turun-temurun. Namun bedanya, tidak ada gelombang protes dari para sopir bis yang tergusur. Kalaupun ada, angkanya kecil sekali. 

Bos saya bilang, sebelum Trans Jogja beroperasi, pemerintah setempat telah melakukan upaya meredam potensi konflik lewat membentuk konsorsium. Dimana para pengusaha bus antar desa itu dirangkul untuk terlibat dalam proyek Trans Jogja. Mulai dari terminal, perekrutan sopir, dan segala tetek-bengeknya. Artinya, semua tetap kebagian 'kue'. 

Sementara Balikpapan City Trans ini sejatinya sudah digadang-gadang sejak lama. Dishub Balikpapan sudah mengumumkan itu melalui media massa jauh sebelum bus berpelat kuning ini dioperasikan. Tapi persoalan konflik, sepertinya tak diantisipasi dengan baik. Atau mungkin sudah diantisipasi, tapi strateginya keliru. 

Tentu, ada banyak alasan yang bisa kita spekulasikan, baik dengan metode suudzon maupun sebaliknya. Mungkin saja Rahmad sengaja membiarkan konflik itu muncul, lalu dia muncul sebagai pahlawan. Seolah hendak menunjukkan betapa hebatnya dia dalam merespons tuntutan rakyat.

Tapi jika melihat momentum, tak menutup kemungkinan ini merupakan langkah cerdik mengamankan suara dari kalangan sopir angkot dan keluarganya menjelang Pilkada. Lagi pula, siapa yang bisa menolak peluang popularitas instan dengan mengabulkan tuntutan protes jalanan?

Di balik semua ini, saya bertanya-tanya, apakah Rahmad benar-benar peduli pada kesejahteraan jangka panjang warga Balikpapan atau maksud lain? Sebab keputusan untuk menghentikan operasional Balikpapan City Trans bisa jadi adalah langkah yang penuh perhitungan politis. Banyak sopir yang juga masih menggantungkan hidup lewat angkotnya. 

Mari kita berandai-andai sejenak. Seandainya bus tersebut terus beroperasi, apakah mungkin ada dampak positif yang bisa dirasakan warga? Tentu saja. Transportasi publik yang efisien akan mengurangi kemacetan, mengurangi polusi, dan mempermudah mobilitas masyarakat. Namun, tentu saja, manfaat jangka panjang ini tampaknya kurang menarik dibandingkan dengan keuntungan politik instan.

Dan di sinilah letak kejeniusan Rahmad. Dengan mengalah pada tekanan sopir angkot, yang saya lihat adalah ia berhasil menciptakan citra pemimpin yang mendengarkan rakyat. Jika dipikir dengan otak sumbu pendek, agaknya ada 'jalan tikus' yang sedang ditempuh seorang Rahmad untuk mempersiapkan kontestasi politik. 

Keputusan Rahmad Mas'ud untuk menghentikan operasional Balikpapan City Trans mungkin saja hanya sebatas menyokong kepentingan politik menjelang Pilkada. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana kebijakan ini didorong oleh niat untuk memperbaiki kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun