Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengagum Rahasia

30 Maret 2021   12:55 Diperbarui: 30 Maret 2021   13:05 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Teman-teman, ada kakak kelas kita yang memang sengaja kumasukkan dalam grup ini. Semoga menambah tali silaturahmi kita] kata admin grup SMA yang kini menjadi orang terkenal.

Grup pun menjadi riuh dengan komentar-komentar yang bernada banyolan. Memang ada beberapa anggota grup WA yang selalu aktif dan hampir setiap hari rajin menyapa. Ada juga yang hanya menyimak, mungkin terlalu sibuk dengan aktivitasnya. Ada juga yang hanya berperan sebagai  anggota tidak aktif. Namanya  WA grup, postingannya pun beragam.

Aku sendiri lebih memilih sebagai silent reader, karena menjaga hati saja.

Benar saja, beberapa menit kemudian, admin grup memenuhi janjinya. Sebuah nama yang belum pernah aku kenal, tapi nuraniku mengatakan bahwa kenal sekali dengannya.

Jaka Sembada, ya ... sebuah nama yang mempunyai clue bagi diriku. Rasa penasaranku pun mulai mengajak untuk mencari informasi lebih banyak tentang Jaka.

Aku adik kelas yang diam-diam pernah mengaguminya, kini mulai membuntutinya.

Kukurim pesan pribadi  pada admin grup.

[Maaf, Pak Arka, Pak Jaka itu benar rumahnya Ling. Gebalan? Kok di belakang namanya ada embel-embel Gebalan?]

Butuh waktu beberapa menit untuk menanti jawaban pesanku.

Maklum, Pak Arka  kan seorang pejabat, orang penting, pasti sibuk. Pesanku dibalas saja sudah syukur Alhamdulillah, pikirku dalam hati.

[Ya, rumahnya kan Ling. Gebalan, jika nggak percaya tanya sendiri, Lia. Oh, ya dia yang suka nyanyi itu lho, dulu kelasnya IPA dan Seni.]

[Oh, gt. Berarti dekat dong dengan rumahku jika Ling. Gebalan.]

[Udah, tanya sendiri ke dia, daripada penasaran.]

[Okelah, Pak, makasih, ya.]

Hatiku makin merasa penasaran dengan sebuah nama anggota baru di grup WA tersebut. Ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya dirinya, tapi ada keraguan  masih menghalagiku.

***

Kuberanikan diri mengirim pesan pribadi pada Pak Jaka. Tidak kusangka pesanku langsung dijawabnya, bahkan menyempatkan diri meneleponku.

Suaranya begitu ngebas saat meneleponku. Ternyata orangnya cukup ramah, meski agak slenge'an. Aku maklum sekali dengan keberadaannya, karena dia lebih banyak terjun di dunia seni.

Ya Allah, dia yang dulu pernah sangat kukagumi, sekarang kembali dipertemukan di grup WA sekolah. Dunia memang terlampau kecil! Entah apa yang membuatku selalu kagum padanya, petikan gitarnya, atau ... ah, masa lalu yang hanya pantas untuk disenyumin, sorakku dalam hati.

Pagi, saat aku sibuk di dapur menyiapkan sarapan, sebuah notifikasi pesan muncul. Kudiamkan beberapa saat, karena ingin buru-buru pekerjaan segera selesai. Apalagi hari ini jadwal acaraku  padat dari pagi sampai sore hari.

Menjelang berangkat ke kantor, pesan dari aplikasi warna hijau itu baru kubuka. Tiba-tiba saja ada perasaan aneh menyelinap di hatiku. Berharap Jaka yang mengirim pesan itu. Dan ... benar saja.

Sepagi ini dia kirim pesan padaku. Meski hanya sebuah sapaan hallo, apa kabar, tapi kok berasa beda jika dari Jaka.

Huh, lama-lama aku bisa kesengsem benar padanya, rutukku dalam hati.

[Apa kabar Say? Hari ini aku mau ke Semarang, ada sosialisasi di hotel. Doakan ya, semoga selamat sampai tujuan dan sukses]

Sesibuk apa pun aku selalu dengan senang hati membalas pesannya, seperti pagi ini.

[Wah, Semarang? Semarang kaline banjir]

Kuakhiri pesanku dengan emoticon tertawa.

[Ha ... ha ... tenang,  aja sumelang yen ora tak pikir, wes]

Pesannya  diakhiri dengan emoticon tertawa juga. Benar-benar hariku menjadi lebih  berwarna sejak mengenal Jaka.

Segala aktivitas Jaka yang berkaitan dengan bisnisnya selalu dikirimkan padaku, jadi aku pun selalu tahu keberadaannya.

***

Kini kutahu Jaka ternyata mengembangkan bisnis yang berbasis sebuah aplikasi. Sebuah aplikasi yang tergolong baru dengan logo huruf C. Bisnis yang berkaitan dengan potongan harga jika berbelanja di supermarket.

Pantesan, dia begitu mudahnya kenal dengan seseorang, bahkan seperti aku yang hanya adik kelasnya, pengagum rahasianya, bisikku dalam hati.

Lewat Jaka kuketahui juga jika dirinya dimasukkan dalam grup WA salah satu tujuannya untuk mengajak teman-teman anggota grup berbisnis.

Sejak lulus SMA, aku pun belum pernah bertemu secara langsung dengan Jaka.  Namun kekagumanku padanya tidak pernah luntur.  Mengetahui wajahnya pun hanya lewat foto. Meski aku dan Jaka kini tetanggaan, hanya berbeda desa, tapi kehadirannya terasa begitu dekat.

Kuakui, dirinya memang pintar berkomunikasi, pas sekali dengan jabatannya di grup bisnis berlogo huruf C itu, sebagai leader.

Hingga suatu hari, Jaka mengajakku untuk ikut berbisnis juga. Segera nomorku dimasukkan ke grup berwarna ungu itu. Nasibku sama seperti saat di grup SMA, sebagai penyimak saja. Sesekali emoticon tertawa kuposting, jika ada hal yang membuatku tertawa atau ada kekonyolan di grup.

[Ntar, aku bilang ke suami dulu, ya Pak De]

Kujawab pesannya saat dia mulai mengajakku berbisnis.

 [Oke]

Setiap hari kalimat-kalimatnya selalu berapi-api dan membakar semangat  di grup bisnis itu. Pak De atau Pak Dewa adalah sebutannya di dunia bisnis. Nampaknya dia lebih suka jika kusebut Pak De seperti teman-temannya di grup bisnis itu. Perannya sebagai leader rupanya selain memotivasi calon anggota juga mengembangkan bisnis berwarna ungu itu.

Beberapa kali juga Pak De menanyakan komunitasku yang dapat diajak berbisnis. Kebetulan memang aku kenal berbagai kalangan masyarakat yang dapat kutawari bisnis yang dijalankan Pak De. Akhirnya kupilih komunitas perempuan yang kupilih untuk berbisnis dengan Pak De.

Ada  rumah makan yang dekat dengan rumahku dan fasilitas juga oke, maka segera kubooking untuk pertemuan yang sudah disepakati bersama. Segera kukirim pesan pada Pak De agar menyesuaikan diri.

[Pak De, sudah saya booking tempat dan menunya, besok pukul sepuluh tepat acara dapat dimulai]

[Oke, shareloc nanti ya, makasih]

Bertempat di salah satu rumah makan yang menawarkan pemandangan alam secara natural kuajak komunitas perempuan tersebut. Undangan memang hanya berlaku untuk lima belas orang agar lebih fokus.

Sepuluh menit sebelum acara dimulai, sebuah mobil Ayla warna hitam parkir di pelataran rumah makan. Aku sangat berharap Pak De  yang datang. Benar saja, laki-laki yang  tidak begitu kukenal itu ternyata Pak De. Gaya rambut cepak, tinggi sedang dan kulit cenderung coklat membuatku pangling. Benar-benar pangling, karena jauh dari angan.

Jaka dan Pak De kok jadi beda ya, pikirku dalam hati. Kupersilakan Pak De menempatkan diri di tempat lesehan yang kupesan. Hidangan dan minuman sudah siap untuk dinikmati.

Kucoba untuk tidak salah tingkah saat menjumpainya kali ini. Namun, usahaku tetap gagal. Apalagi saat mataku beradu dengannya. Duh! Gak kuat! Ada rasa dan sikapku yang terlihat aneh saat menemuinya. Untung saja Pak De pintar mencairkan suasana.

Acara segera dimulai, karena terbatas waktunya. Berbekal whiteboard yang kubawa dari rumah, presentasi bisnis itu pun dimulai. Di tengah presentasi kadang Pak De menyelipkan guyonan. Tentu yang menjadi sasaran adalah diriku.

"Lia, ini dulu suka ngejar-ngejar aku. Mau apa coba? Minta tanda tangan, dan kesan pada kakak kelasnya," kata Pak De  dengan senyumnya yang khas.  Guyonan itu pun  disambut dengan senyuman hadirin.

"Ah, sukanya buka rahasia, Pak De," rajukku.

Pada sesi foto bareng, kenapa hatiku menjadi tidak karuan? Berdekatan dengan orang yang kukagumi sejak SMA dulu.

Huh, beratnya menjadi pengagum rahasia, rutukku pada diri sendiri.

***selesai***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun