Lewat Jaka kuketahui juga jika dirinya dimasukkan dalam grup WA salah satu tujuannya untuk mengajak teman-teman anggota grup berbisnis.
Sejak lulus SMA, aku pun belum pernah bertemu secara langsung dengan Jaka. Â Namun kekagumanku padanya tidak pernah luntur. Â Mengetahui wajahnya pun hanya lewat foto. Meski aku dan Jaka kini tetanggaan, hanya berbeda desa, tapi kehadirannya terasa begitu dekat.
Kuakui, dirinya memang pintar berkomunikasi, pas sekali dengan jabatannya di grup bisnis berlogo huruf C itu, sebagai leader.
Hingga suatu hari, Jaka mengajakku untuk ikut berbisnis juga. Segera nomorku dimasukkan ke grup berwarna ungu itu. Nasibku sama seperti saat di grup SMA, sebagai penyimak saja. Sesekali emoticon tertawa kuposting, jika ada hal yang membuatku tertawa atau ada kekonyolan di grup.
[Ntar, aku bilang ke suami dulu, ya Pak De]
Kujawab pesannya saat dia mulai mengajakku berbisnis.
 [Oke]
Setiap hari kalimat-kalimatnya selalu berapi-api dan membakar semangat  di grup bisnis itu. Pak De atau Pak Dewa adalah sebutannya di dunia bisnis. Nampaknya dia lebih suka jika kusebut Pak De seperti teman-temannya di grup bisnis itu. Perannya sebagai leader rupanya selain memotivasi calon anggota juga mengembangkan bisnis berwarna ungu itu.
Beberapa kali juga Pak De menanyakan komunitasku yang dapat diajak berbisnis. Kebetulan memang aku kenal berbagai kalangan masyarakat yang dapat kutawari bisnis yang dijalankan Pak De. Akhirnya kupilih komunitas perempuan yang kupilih untuk berbisnis dengan Pak De.
Ada  rumah makan yang dekat dengan rumahku dan fasilitas juga oke, maka segera kubooking untuk pertemuan yang sudah disepakati bersama. Segera kukirim pesan pada Pak De agar menyesuaikan diri.
[Pak De, sudah saya booking tempat dan menunya, besok pukul sepuluh tepat acara dapat dimulai]