Kumasukkan semua barang itu dalam plastik  kresek dan secepatnya menuju musala. Kuletakkan payung di serambi musala, dalam keadaan tetap terkembang.
Kuhampiri Ibu yang berada di dalam musala. Kulihat Ibu dalam keadaan tertidur masih mengenakan mukena.
Perlahan kucoba membangunkan perempuan itu. Beberapa kali panggilanku pada Ibu seakan tidak pernah didengarnya. Akhirnya kugoyangkan perlahan tubuh rentanya.
"Ibu ... Ibu ... ini baju gantinya serta handuk. Segera ganti baju, Bu, takut nanti masuk angin."
Aku mulai penasaran saat panggilanku tidak segera mendapat jawaban.
Kembali kubangunkan Ibu dengan hati-hati. Kutepuk-tepuk bagian pinggangnya dengan perlahan.
"Bu, ini baju gantinya. Saya bantu melepas dan memakai bajunya, ya."
Kedua netra Ibu terpejam. Tangan kanan dan kirinya disatukan menahan kepalanya. Tubuhnya meringkuk.
Kini hatiku mulai was-was melihat Ibu yang tidak seperti biasanya.
"Ibu ... Ibu ... bangun, dong. Â Ganti pakaian biar tidak kedinginan," pintaku sekali lagi.
Kucoba mendekatkan jariku pada lubang hidungnya. Hatiku makin tidak karuan. Tidak ada tanda-tanda udara yang dihembuskan.