Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tali Cinta

19 Maret 2021   20:22 Diperbarui: 19 Maret 2021   20:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mengetahui lelaki yang ada di depannya benar-benar Dimas, kekasihnya, dia pun terduduk dan langsung memeluk lelaki yang berlumuran darah itu. Ratri menangis tersedu-sedu sambil mengusap darah yang keluar dari sebagian wajah Dimas.

Masyarakat yang hadir di TKP tersebut pun saling berpandangan. Ekspresi keheranan terlihat nyata pada wajah mereka. Mereka kebanyakan mencibir Ratri, dan mulai mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat merah telinga perempuan itu. Namun, Ratri tidak pernah menggubris apa pun yang mereka katakan tentang Dimas kekasih hatinya.

"Dim, ayo berobat, lukamu cukup serius, nih," ajak Ratri yang masih sesenggukan menahan tangisnya.

"Biarlah, nggak apa-apa. Sudah sana, kamu tinggalin aku. Biarkan aku sendiri di sini. Apa kamu nggak malu kenal aku yang seorang pencopet?" kata Dimas terbata-bata sambil memegangi pipinya yang terasa panas oleh pukulan lelaki kekar tadi.

Ratri mengusap wajah Dimas dengan tisu yang ada di saku bajunya. Tisu berwarna putih bersih itu, seketika menjadi merah penuh darah dari wajah Dimas. Adegan yang mirip sinetron itu pun mengundang rasa iba sebagian orang yang berkerumun.

 Lelaki itu merasa begitu tersanjung diperhatikan Ratri, perempuan yang rela mengorbankan harga dirinya hanya untuk sebuah hati yang terbiasa hidup tidak wajar dan banyak noda. Tidak pantas,  perempuan secantik Ratri jatuh cinta pada Dimas. Lelaki yang tidak jelas asal-usulnya, hidup sebagai penjahat kelas teri.

Suara dari kerumunan itu pun begitu santer terdengar. Mereka minta agar Dimas dibawa ke kantor polisi secepatnya. Masih terisak, Ratri pun mengikuti Dimas dari belakang. Beberapa menit kemudian, rombongan berseragam cokelat itu pun membawa Dimas ke mobil patroli. Dimas dibawa ke kantor polisi, dan sementara waktu masuk ruang tahanan.

***

"Nduk, kamu ternyata mencintai seorang copet, ya?" tanya ibu Ratri yang tiba-tiba, cukup mengagetkan perempuan berwajah cantik itu.

"Ibu tahu dari mana? Hm ... iya, Bu," jawab Ratri dengan sedikit rasa takut.

"Apa to yang istimewa dari seorang pencopet itu, Nduk? Ibu malu jika hubunganmu diteruskan. Apa kata dunia, jika kamu yang rajin, salihah, dan selalu ingat ke masjid mempunyai hubungan khusus dengan penjahat? Kamu sudah lama kenal dia?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun