Namun Wina akhirnya banyak mengeluh atas peristiwa yang sering dilihatnya. Mau tidak mau hal tersebut mengganggu pikirannya.
"Mas, kok lama-lama mengganggu kehidupan kita juga ya, yang mereka lakukan," keluh Wina padaku.
"Aku sendiri juga merasakan hal yang sama, Win. Apa nggak lebih baik kita minta tolong ya pada orang yang ahli, mengetahui makhluk-makhluk itu."
"Harus Mas. Aku jadi nggak betah jika terus-menerus diganggu."
Aku  akhirnya meminta bantuan seorang ahli berdasar informasi dari Anto, teman kerjaku.
Pak Hadi, seorang paranormal yang mampu berkomunikasi dengan makhluk astral datang ke rumahku. Rumahku pun diterawang.  Wina dan aku  terlihat cemas menunggu hasil penerawangan.
"Gini, Bapak, Ibu, dari hasil penerawangan, rumah ini dulu pernah digunakan untuk bunuh diri seorang perempuan sekitar umur dua puluh tahun. Menurutnya, dulu ada seorang tentara Belanda yang memperkosanya, karena rasa malu pada keluarga dan lingkungan, akhirnya dia pun bunuh diri di kamar."
"Ih, ngeri, masyaallah, astagfirullah!" bisik Wina terkejut.
"Makanya, keluarga ingin menghapuskan jejak dengan menjual rumah ini," jelas Pak Hadi yang matanya nampak memerah.
Aku  hanya mengangguk pelan, menyadari beberapa kejadian di rumah  banyak dibayangi seorang perempuan.
"Bapak dapat membantu menghilangkan dia, Pak? Aduh setiap hari saya melihat sosok perempuan berbaju putih itu, Pak. Jika malam Jumat tiba, suara rintihan seorang perempuan pasti muncul," kataku panjang lebar.