Mohon tunggu...
Zulva NurulFauziah
Zulva NurulFauziah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Generasi muda yang gemar berhayal

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelukan Terakhir bagi Sang Pahlawan

21 November 2021   21:44 Diperbarui: 21 November 2021   21:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keindahan senja di sore hari pertanda matahari sudah mulai tenggelam. Hewan-hewan peliharaan mulai dimasukkan ke kandang oleh pemiliknya. Anak-anak yang sedang bermain di tepi pantai mulai berhamburan berlarian menuju rumahnya masing-masing. Yos berlari pulang dengan baju penuh lumpur sambil membawa mainan kapal air yang dibelikan ayahnya kemarin. Mukanya tampak lelah namun dengan hati yang bahagia. Langkahnya mulai pelan karena melihat ibunya sedang membereskan pakaian yang baru dicuci.

"Ibu biar Yos bantu merapikan pakaiannya.", tangan ibunya langsung sigap menepis tangan Yos karena melihat baju anaknya penuh dengan lumpur.

"Tidak usah Yos, kamu langsung masuk ke dalam dan bersihkan badanmu, bapak sebentar lagi pulang lalu kita siap-siap makan malam."

"Baik, Bu.", ucap Yos dengan santun lalu masuk ke rumah untuk membersihkan badannya.

Sama seperti anaknya, Sukarno datang dengan keadaan baju penuh dengan lumpur dan raut wajah yang terlihat lelah. Ia pulang ke rumah menggunakan sepeda tuanya. Keluarga yang sudah menunggu makan malam di meja makan segera menyambut kedatangan ayahnya. Wajah Sukarno yang awalnya lelah nampak segar kembali setelah melihat kehangatan keluarganya di meja makan.

Setelah makan malam selesai waktunya cerita-cerita santai bersama keluarga. Yos sangat antusias sekali menceritakan kapal airnya yang bisa berlayar di air laut tadi siang bersama teman-temannya. Yos nampak bahagia lalu menceritakan cita-citanya.

"Aku suka sekali melihat kapal airku bisa berlayar dengan gagah di air pantai tadi siang. Ketika aku besar, aku ingin menjadi seorang prajurit yang memimpin kapal perang untuk melindungi laut nusantara dari jajahan Belanda. Aku ingin menjadi orang yang berjasa bagi negeri.", ucap Yos dengan semangat.

Mendengar ucapan anaknya itu, kedua orangtua Yos Sudarso nampak kurang suka, mereka tidak mau anaknya terjun ke dunia militer. Mereka sudah tau betapa bahayanya dan kejamnya prajurit Belanda. Mereka tidak mau anak yang mereka sayangi harus mengalami hal buruk. Namun demi kebahagiaan anaknya mereka tetap terlihat antusias dan bahagia mendengar anaknya bercerita.

Tahun terus berlalu, Yos kini sudah semakin beranjak dewasa. Ia memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolahnya ke sekolah militer. Namun, orang tuanya tidak mengizinkannya. Karena Yos merupakan anak yang berbakti dan sangat sayang kepada orang tuanya, akhirnya Ia mengorbankan cita-citanya dan memilih melanjutkan ke sekolah guru sesuai keinginan orang tuanya.

 Yos melanjutkan sekolah guru di Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Muntilan. Ia merupakan salah satu murid unggulan di sekolah tersebut. Yos merupakan murid yang cerdas dan mudah menangkap pelajaran yang disampaikan. Namun, pada tahun 1942 Jepang datang ke Indonesia dan mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia.

"Menyingkirlah dari kota ini, semua aktivitas masyarakat di kota ini harus segera dihentikan. Semua warga harus sudah meninggalkan kota ini dalam waktu 1 hari setelah pemberitahuan ini disampaikan. Kekuasaan Netherland di Nusantara telah digantikan oleh Nippon."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun