"Bung Ajied kamu tidak sendirian..." (Zul Majjaga berucap dalam hati setelah malam yang membawanya mengenal pemuda yang bernama lengkap Saharudin Said)
Sahrudin Said. Oleh Banyak orang, senang dan akrab memanggilnya Bung Ajied Said. Saya baru saja berpisah beberapa jam yang lalu, sebuah pertemuan dengan wacana yang mengulik sisi lain yang tak nampak dirinya. bersama dan berbincang hingga malam larut membuat obrolan semakin berlarut, membawa diriku menemu kenali jalan menggenapi perspektifku.
“Bincang banyak dengan Pemuda, yang juga bertugas sebagai anggota DPRD kota Makassar.”
Saya tidak ingin mengulas cerita umum, seputar bagaimana beliau begitu mencintai dan berharap amanah dengan posisinya saat ini. Bagaimanapun. Di periode pertamanya sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Makassar, Sebagai Anak Muda, banyak langkah dan detak visionalnya yang mencoba menerjemahkan aspirasi suara pemuda, seperti apa itu. Dan bagaimana ia bergerak lebih aspiratif, terutama terkait untuk kehidupan masyarakat pesisir. Masyarakat Kota Makasar, tentulah jauh lebih tahu soal itu dari saya.
Jika setiap orang memuji se seorang di orde reformasi ini. Artinya, dalam dirinya, memang terdapat sesuatu yang memang pantas untuk di teladani, bagi ku, tampil sebagai salah seorang pemuda dengan Ceritera yang cukup kontoversi ," bagiku, cukup untuk membuatku tersadar bahwa pemuda di depanku adalah seorang Bung Ajied Said. Pemuda dengan potret DNA Politik cukup menarik untuk dipuji.
Kuceritakan, tentang bagaimana saya mendengar Sosoknya, antara Tahun 2011 - 2012. Hadir sebagai pribadi yang di tandai dengan menempatkan namanya sebagai sarang untuk mengekspresikan keunggulan sentimental kelompok dan pribadi pemuda di kota makassar. Meski, Bung Ajied, tidak begitu gerah dari membanjirnya poros oposan yang mengatasnamakan gerakan "Pemuda penjaga tradisi ", melakukan aksi per lawanan di hampir semua arena kompetisi yang melibatkan namanya.
Kenapa? "Disetiap ruas jalan politik, dimana nuansa menuju puncak kompetisi begitu hidup dengan isseu dan gosip sentimen dalam perjalan kariernya. Dan kenapa sampai perlakuan tersebut tidak menjadikan Sahruddin Said kecewa? Malah, kemudian menjadikan situasi tersebut sebagai momentum untuk terus bersuara keras terhadap segala macam upaya penyelewengan atas cita paradigma idelitas pemuda. Ada apa, lalu “How The Next Bro” !
Tentu, sebagai Anggota DPRD, dirinya kerap kali terlibat dalam situasi dimana Bung Ajied Said berada pada titik dilema pilihan. Antara kehendak mayoritas masyarakat dengan selera partai. Sejarah mencacat. Beliau adalah aktor politisi pemuda Kota Makassar yang bersikap tegas menentang pilihan usungan partai di pemilukada Kota Makassar 2018 dengan memilih pasangan calon lain yang di yakininya adalah kehendak mayoritas.
"Pilihan itu Integritas bro". Saya yang memilih berbeda dengan pilihan partai di Pilwali 2018, dan bersiap dengan segala konsekwensinya. Faktanya, Alhamudillah, di pemilu DPRD Kota Makassar, saya kembali dipercaya masyarakat dan terpilih untuk periode ke dua.” Ujar Sahruddin Said .
Mungkin itulah jawawan, dan penjelasan singkat dari pertanyaan - pertanyaan di kalimat sebelumnya. Sebuah perjalanan yang membuat pribadi seorang Sahruddin Said menjadi begitu keras, keras pada hal yang ditentangnya? Bung Ajied adalah pribadi yang lebih cenderung santai dan berlaku layaknya seorang pemuda dengan pribadinya yang sederhana. Tegas Konsisten, dan Keras Pada Nilai yang ada pada sendiri sebagai Pemuda Makassar!
"Ajied Said kamu tidak sendirian..." ( Catatan penting dari Pertemuan malam ini
Entah kenapa, tiba-tiba saya melihat sebuah gambaran yang menimbulkan pelbagai macam perasaan di dalam diri saya. Ketidakadilan bisa merajalela, tapi bagi seorang yang secara jujur dan berani untuk berusaha melawan semua ini, (Saharudin Said) kehadirannya di panggung parlemen pemuda mendapat dukungan tanpa suara dariku,".
Memang, sangat sulit bagiku untuk menjelaskan seberapa besar hadirnya mempengaruhi keputusan di Dewan Perwakilan Rakyat Kota Makassar, di dalam mengambil dan menyuarakan perannya sebagai perwakilan aktif di DPRD kota Makassar terkait setting kebijakan - kebijakan dengan menentang segala bentuk penyelewengan terhadap warga masyarakat Kota Makassar.
Pastinya. Tanpa referensi dari hal tersebut. "Saya jelas sangat terpukul dengan keterbatasanku tentang jejak dirinya, sekaligus bangga dengan keteguhannya berbicara terus terang mengenai isu-isu politik yang ganjil dan sensitif," pada titik ini saya menyebut dirinya: Politisi tanpa ketergantungan publisitas media. Beliau adalah Politisi Muda dengan Pergulatan Nurani Melawan hegemoni pemikiran dan perilaku diluar dirinya.
Yang jelas, sebelum berbicara sedekat ini, Saya dan Ajied tidak pernah bertegur sapa selama kurang lebih sepuluh tahun. Dan malam ini, Entah kenapa, begiku, tidak begitu jelas apa yang menjadi sebab awal pertemuan yang memicu perbincangan dan sharing pengalaman lebih jauh dengannya, hingga obrolan kami pun memasuki fase yang tak biasa: " Ajied yang katanya adalah Putera pengusaha, bagiku, beliau tetaplah pemuda yang lahir dari rahim seorang yang biasa. Jelas, kehadirannya dalam banyak ruang dan dialektika politik di kota makassar dengan cara yang tak biasa.
Ya, masalah obrolan kami, sebenarnya adalah sesuatu yang remeh temeh, terkait soal-soal anak muda, misalnya: Saya mengenal Nama Pemuda Ajied setelah saya masuk berhimpun di organisasi pemuda, bagi banyak orang seperti ku, mungkin sebenarnya beliau pribadi yang biasa - biasa, tapi itu tidak bagiku. Karena itu kewajiban imajinatif ku berharap suatu saat waktu mempertemukanku untuk belajar sesuatu tentang kearifan menjaga nilai, juga tentang mental tarung dalam arena kompetisi".
Karena itu, walau tak ada kata "resmi" dari mulutku, namun sejak saat saya berdialektika aktif bersamanya. Beberapa jam, cukup bagiku untuk menguatkan kesimpulanku. Bahwa dalam organisasi kepemudaan dan Politik. Saya bersama Dirinya merasa memiliki kesamaan sikap.
Itupula, yang pada akhirnya membuatku memilihnya sebagai "sahabat dekat". (Baca: Imajimer). Bersama segalanya, saya hari ini yang secara tak sadar menaruh hormat dalam gerak langkah dan sikap politik yang di lakoninya.
"Kehadirannya adalah mengenai gerakan politik Pemuda sebagai kekuatan moral."
Bung Ajied, Bagiku adalah seorang moralis yang bebas, beliau adalah seorang Pemuda pejuang yang sendirian. Dan mungkin, selalu akan seperti itu. .
"Kesimpulanku. Bahwa Beliau sudah siap menghadapi apa yang bertentangan olehnya 2018 silam. Bahwa saat itu, beliau memang tidak keliru. Tetapi sebagai pribadi dan seorang yang mewakili partai politik tertentu, Saat ini di 2020, Ajied seolah menegaskan kesiapannya itu.
"Katanya pada saya bahwa kalau seorang memilih jalan jujur, hidupnya akan berat sekali. Dia akan kesepian, dijauhi kawan dan dibenci banyak orang. Mungkin sampai kita mati, kita akan terus seperti ini. Beranikah kita berdiri sendiri? Kalau kita berani, majulah menuju dataran yang sepi dan kering. Tetapi di sana ada kejujuran. Sebagai Pemuda kadang saya takut sekali. Tetapi selama saya bisa mengatasi ketakutan itu, saya akan maju terus. Sampai akhirnya saya patah"
Pada akhirnya, saya mengambil jalan yang sama dengan mu. Saya seolah telah menempati suatu "wilayah" yang pernah ditunjukan sang adik dalam sebuah puisi yang ditulisnya, Kepada Pejuang-Pejuang Lama:
Tempat kita, petualang-petualang masa depan dan pemberontak-pemberontak rakyat
Di sana...
Di tengah rakyat, membina kapal-kapal baru untuk menempuh gelombang baru...
"Bung Ajied, kamu tak sendirian," bisikku di dalam hati .
Ya, orang-orang sepertimu (sebenarnya) tidak akan pernah sendirian. Orang - orang sepertimu akan selalu hadir, memenuhi panggilan zaman.
Terima kasih untuk malam ini. Dan untuk semua yang menginspirasi perjalanan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H