Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan perkembangan yang mengikutinya, tampilan Lafran Pane seorang mahasiswa yang sejak menjadi mahasiswa aktiv mengamati dan memikirkan secara seksama perkembangan sosial, politik dan budaya di tanah air, mengangkat kedelapan faktor di atas menjadi semangat spiritual. Idealisme ini diangkat menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saat itu.
Setelah berulang kali mencoba mengadakan perbincangan yang selalu gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa. Akhirnya, pada hari Rabu Pon 1878, tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14 orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashuri (Malang), Bidron Hadi (Kauman Yogyakarta), Zulkarnaen (Bengkulu), dan Mansyur.
*Sekilas Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelitian dan penelusuran sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sultan Panguraban Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan normal dan lurus. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia dapatkan dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah study ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Fakultas Kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta di nrgrikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gajah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
A.Fase-fase Perjuangan HMI
Dalam perjalanan HMI selama setengah abad lebih, telah menjalani 11 fase
a.Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (tahun 1946)
Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi objektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit dan menunjukan apa sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan.
b.Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947)