Mohon tunggu...
Taufik Zulhariansyah
Taufik Zulhariansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

simple person

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Ilmu : Tasawuf Falsafi dan Para Tokohnya

11 September 2015   06:19 Diperbarui: 11 September 2015   07:07 5080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TASAWUF FALSAFI

latar belakang

tasawuf merupakan bagian dari syariat islam yaitu perwujudan dari ihsan, salah satu dari tiga kerangka ajaran islam yang lain yaitu iman dan islam. Oleh karena itu bagaimanapun perilaku tasawuf haruslah tetap dalam kerangka syariat.

Yang di maksud Tasawuf sebagai wujudan atau manifestasi dari ihsan adalah tasawuf merupakan hasil dari penghayatan seseorang terhadap agamanya yang berperan besar menawarkan pembebasan spiritual, sehingga berguna agar mengajak umat manusia di bumi ini untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan pada akhirnya mengenal tuhanya

Secara umum tasawuf merupakan filsafat kehidupan dan jalan tertentu berperilaku yang digunakan oleh manusia untuk memperoleh kesempurnaan ahlaknya,spiritual hakiki dan sekaligus kebahagiaan rohaninya walaupun kata tasawuf merupakan sebuah kata yang sering digunakan sebenarnya merupakan salah satu kalimat yang samar yang mempunyai pemahaman yang berbeda-beda.

Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran islam semula bermula dari ketidakpuasan terhadap praktik ajaran islam ajaran islam yang lebih cenderung formalisme dan legalisme selain itu tasawuf juga sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial,politik,moral dan ekonomi yang dilakukan para pengusa pada saat itu.

Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawif menjadi dua  yang pertama tasawuf akhlaki atau lebih sering dikenal  sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan oleh para kaum salaf dikarenakan ajaran tasawuf akhlaki lebih condong mengarah kepada teori-teori perilaku. Lalu yang kedua ada tasawuf falsafi, ini lebih banyak dikembangkan oleh para sufi yang berlatar belakang sebagai filusuf dikarenakan pemikiran dari tasawuf falsafi lebih mengarah pada teori-teori yang rumit dan butuh untuk pemahaman yang mendalam.

Pembagian kedua jenis tasawuf tersebut berdasarkan atas kecenderungan ajaran yang dikembangkan, yaitu kecenderungan pada perilaku atau moral keagamaan dan kecenderungan pada pemikiran kedua kecenderungan tadi terus berkembang sampai mempunyai jalan nya masing-masing.

Rumusan masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan tasawuf falsafi ?
  2. Bagaimana karakteristik dari tasawuf falsafi ?
  3. Siapa tokoh dari tasawuf falsafi dan ajarannya

 

Pembahasan

Tasawuf falsafi

Tasawuf falsafi dalam islam merupakan tasawuf lain yang nuansanya berbeda dengan tasawuf suni yang telah dianut oleh ghazali dan sufi suni sebelumnya yang dimaksud dengan tasawuf falsafi adalah tasawuf yang bersandarkan pada perpaduan intuisi para sufi dengan cara pandang rasional mereka serta menggunakan terminologi-teminologi filsafat dari berbagai macam sumber untuk mengungkapkan tasawufnya itu.

Tasawuf falsafi muncul dengan sangat jelas dalam islam semenjak kurun ke 6 dan 7 H. kedua kurun tersebut  telah menjadi saksi akan kemunculan para pemimpin tasawuf falsafi, disaat tasawuf bercampur dengan filsafat maka ia menyerap beraneka ragam ajaran filsafat asing misalnya filsafat yunani,Persia,india dan Kristen namun semua itu tak meniadakan  keontetikannya sendiri. Sebab para sufi menyerap budaya-budaya tersebut, tetap menjaga orisinalitas pemikiran mereka sebagai seorang muslim

Inilah yang memberikan pengertian kepada kita tentang upaya mereka menselaraskan antara pemikiran-pemikiran yang asing dan mereka dengan islam, upaya tersebut tampak jelas di dalam karya-karya mereka itulah yang telah memberikan pemahaman kepada kita akan adanya terma-terma filsafat asing dalam karya mereka yang mayoritasnya telah berubah dikarenakan adanya upaya menselaraskan atau menyamakan dengan aliran tasawuf islam mereka.

Tasawuf falsafi adalah konsep guna mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio( filsafat) hingga menuju ke tingkatan yang  lebih tinggi bukan hanya mengenal tuhan saja (ma`rifatullah) melainkan lebih dari itu yaitu widhatul wujud atau yang berarti dengan kesatuan wujud bisa di bilang jika tasawuf falsafi ini merupakan tasawuf yang didalamnya terdapat pemikiran-pemikiran filsafat[1]

Para sufi falsafi mengenal filasafat barat dan para fiusuf-fillusufnya khususnya filsafat yunani dan aliran-aliranya seperti aliran Socrates,plato,aristoteles,rowaqiyah,sebagaimana juga mengenal filsafat neoplatonisme dan teori  emanasinya dan merekapun mengenal juga mempelajari filsafat-filsafat timur klasik seperti persia dan india dan juga filsafat-filsafat muslim sendiri seperti al-farabi,ibnu sina dan lain sebagainya

dan mereka juga terpengaruh pemikiran syiah ekstrim seperti syiah islmaiyah,batiniyah dan juga dengan istilah ihwan shifa disamping itu pula mereka memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai ilmu syariat seperti fiqih,kalam,hadist dan tafsir sehingga mereka merupakan encyclopedia dan intelektualitas mereka terbentuk dari berbagai macam pemikiran yang berbeda-beda, dapat disimpulkan baahwa mereka bercorak ensiklopedis dan memiliki berlatar budaya bermacam-macam.[2]

Berkembangnya tasawuf sebagai latihan untuk merealisasikan kesucian batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan allah,menarik perhatian para pemikir musilim yang berlatar belakang teologi dan filsafat dari kelompok inilah tampil sejumlah sufi yang filosofis atau filusuf yang sufis tasawuf mereka disebut dengan tasawuf falsafi atau biasa di kenal dengan tasawuf yang  yang kaya dengan pemikiran filsafat.

 

Karakteristik tasawuf falsafi

di dalam tasawuf falsafi ini ajaran filsafat yang paling sering digunakan adalah emanasi Neo-Platiosme dalam semua variasinya  dikatakan falsafi sebab konteks bahasannya sudah memasuki wilayah ontologi (ilmu kaun),yaitu hubungan allah dengan alam semesta dengan demikian wajarlah jika tasawuf ini berbicara masalah emanasi (faidh),inkarnasionisme(hulul) persatuan roh tuhan dengan roh manusia (itihad) dan keesaan (wahdah)

berdasarkan karakteristik tersebut tasawuf falsafi berbeda dengan tasawuf sunni. Menurut ibnu khaldun dalam karyanya muqaddimah,yang menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang berbeda  dengan tasawuf sunni dan menjadi objek perhatian para sufi falsafi antara lain sebagai berikut

pertama, latihan rohaniah dengan rasa intuisi dan intropeksi diri. Mengenal latihan rohaniah baik dengan tahapan (maqam),keadaan (hal),dan rasa (dzauq), atau biasa dikenal dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu ) dan segala sesuatu yang dihasilkan intuisi,naluri perasaan,kontrol jiwa  dalam setiap perbuatan. para sufi falsafi cenderung sependapat dengan para sufi sunni sebab masalah tersebut menurut ibnu khaldun merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak oleh siapapun

kedua,iluminasi (Istilah lain dari iluminasi adalah kasf) atau hakikat yang tersingkap  dari alam ghaib,seperti sang pencipta,sifat-sifatnya, arsy,kursi,malaikat,wahyu,kenabian,roh,dan hakikat realitas. Dapat disimpulkan hakikat-hakikat segala sesuatu yang wujud baik yang tampak dan tampak,tatanan alam dalam kemunculannya dari zat yang mewujudkan dan membentuknya,Mengenal iluminasi atau kasf ini para sufi falsafi melakukan latihan rohaniah dengan mematikan keukatan syahwat  dan menggairahkan roh dengan jalan menggiatkan dzikir. Menurut mereka dzikir membuat jiwa dapat memahami hakikat realitas

ketiga,khawariqul adah yaitu otoritas terhadap alam melalui berbagi bentuk karomah atau dapat di pahami dengan istilah peristiwa-peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan

Keempat,penciptaan ungkapan yang pengertianya sepintas samar-samar (syatahiyyat). Hal ini memunculkan reaksi masyarakat yang beragam baik mengingkari,menyetujui,maupun mengintepretasikannya dengan intepretasi yang berbeda-beda

Dari tinjauan mujahadah dan intuisi yang dihasilkan darinya seperti maqom(tigkatan) dan ahwal (kondisi) merupakan titik temu antara mereka  dengan sufi-sufi lainya sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu khaldun “segala sesuatu yang tidak dipersoalkan  oleh seseorang pun intuisi mereka dalam tasawuf adalah benar dan menhghasilkan sebuah kebahagiaan”

Sedangkan tentang hakikat kasf hakikat-hakikat wujud yang ditemukannya, ibnu khaldun mengatakan bahwa : “sufi-sufi falsafi melakukan olah diri dengan cara mematikan kekuatan indera dan menyirami ruh yang berakal dengan zikir sehingga jiwa mampu menemukan hakikat-hakikat tersebut dari zat jiwanya. Jika mampu menemukan itu mereka beranggapan bahwa segala wujud tercakup dalam temuanya tersebut mereka telah menguak isi keseluruhan hakikat-hakikat wujud” kemudian ibnu khaldun berkata : “kasf semacam itu muncul dari sebuah kelurusan yang bagi jiwa merupakan keterbukaan cermin yang senantia selaras dengan berbagai macam kondisi”[3]

Tasawuf falsafi juga memiliki  karaktersitik khusus yang membedakan dengan  tasawuf lainya diantaranya sebagai berikut.

Pertama, tasawuf falsafi banyak mengonsepsikan pemahaman ajaranya dengan menggabungkan antara pemikiran rasional filosofis dan perasaan (dzauq) kendatipun dengan demikian tasawuf jenis ini juga sering mendasarkan pemikiranya dengan mengambil sumber-sumber naqliyah, tetapi dengan intepretasi dan ungkapan yang samar-samar serta sulit dipahami dengan orang lain. Intepretasi tersebut cenderung kurang tepat dan dan lebih bersifat subjektif

Kedua, seperti halnya tasawuf jenis lain , tasawuf falsafi didasarkan pada latihan-latihan rohaniah (riyadhah) yang dimaksudkan sebagai peningkatan moral dan mencapai kebahagiaan

Ketiga, tasawuf falsafi memandang iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakikat realitas yang menurut penganutnya dapat dicapai dengan fana

Keempat, para penganut falsafi ini selalu menyamarkan ungkapan-ungkapan dengan hakikat realitas dengan berbagai symbol atau terminologi

Dalam beberapa segi, para sufi falsafi ini melebihi para sufi sunni hal itu disebabkan oleh beberapa hal, pertama mereka adalah penyusun teori yang baik tentang wujud sebagaimana terlihat di dalam karya-karya mereka. Dalam hal yang satu ini mereka tidak menggunakan ungkapan-ungkapan syatahiyyat kedua kelihaian mereka menggunkan symbol-simbol sehingga ajaranya tidak begitu saja dapat dipahami orang lain, ketiga, kesiapan mereka yang bersungguh-sungguh terhadap diri sendiri atau ilmunya[4]

 

Para tokoh tasawuf falsafi  dan ajaranya

Para tokoh falsafi cukup banyak yang berpengaruh di  masyarakat

  1. Ibnu arabi

Nama lengkapnya adalah muhamad ali bin ali bin ahmad bin Abdullah ath-tha’I al-haitami al-andalusia ia dikenal dengan nama muhyidin ibnu arabi di samping itu dia biasa juga disebut dengan alqutb, al-gaus,al-syaikh al-akbar atau al-kibrit al-ahmar dia lahir pada tanggal 17 ramadhan 560 H/28 juli 1163 M di mercia dan meninggal pada tanggal  28 rabiul akhir 638 H/16 november 1240 M. ibn arabi  berasal dari keluarga yang berpangkat,hartawan,dan ilmuwan di

mercia, Andalusia tenggara.

Dan orangtuanya sendiri adalah orang sufi yang memiliki kebiasaan berkelana. Ketika berumur 8 tahun keluarganya pindah ke lisabon dimana tempat ia belajar agama dan alqur’an dari seorang ulama yang terkenal bernama syaikh abu bakar. Setelah menyelesaikan belajar al-qur,an kemudian ia pindah lagi ke sevilla yang dimana itu merupakan tempat dimana pusat para sufi di spanyol pada masa itu. Disana ia belajar alqur’an,hadist,fiqh,dari seorang ulama Andalusia  yang terkenal yaitu ibnu hazm azh-zhairi ia menetap selama 30  tahun  untuk memperluas pengetahuan di bidang hokum islam dan hukum kalam serta mulai belajar tasawuf ia juga sering berkunjung ke cordova untuk menimba ilmu dengan ibn rusyd.

Dari sana kunjungan nya ini ia lanjutkan ke wilayah maroko dan Tunisia.  Ketika ia berusia 30 tahun ia mulai berkelana keberbagai wilayah  Andalusia dan kawasan islam bagian barat lainya. Diantara guru-gurunya tercatat nama-nama seperti ibnu madyin Al-ghaust Al-talimsari dan yamin musyaniyah, keduanya banyak yang mempengaruhi ajaran ibnu arabi.

Pada tahun 598 hijriah (1201 M) ibnu arabi meninggalkan spanyol karena situasi politik yang tidak memungkinkan dan menguntungkan baginya serta tasawuf yang dianutnya tidak disukai dikawasan itu.  Lalu ia pergi haji melalui jalur timur dan mesir merupakan negri pertama yang disinggahinya namun aliran tasawufnya tidak diterima di daerah tersebut kemudian ia melanjutkan perjalanan melalui jarusalem dan menetap di mekkah untuk beberapa saat.  Ternyata dikawasan itu ia diterima dengan baik oleh penguasa dan masyarakatnya. Namun ia  tidak menetap di kota suci tersebut karena tempat penegembaran terakhirnya berakhir di kota damaskus sampai ia meningga pada tahun 638 H(1240 M) dan dimakamkan di kaki gunung qasiyun. Ia memiliki dua orang anak, anak yang pertama bernama sa’dudin dan yang kedua bernama imadudin dan saat mereka meninggal di makamkan berdekatan dengan ibn arabi. 

Ibnu arabi merupakan penulis yang produktif menurut browne ada 500 judul  karya tulis dan 90 judul diantaranya asli tulisan tanganya sendiri  yang disimpan di perpustakaan mesir. Lalu berdasarkan sumber lain di dalam concise encyclopedia of Arabic civilization disebutkan bahwa karya-karya ibn arabi mencapai 300 buah dan hanya 150 buah yang dapat dijumpai saat ini dari semua karya itu hanya sebagian kecil yang dapat ditemui saat ini[5].

Diantara karya yang monumentalnya adalah al-futuhat al-makiyah yang ditulis pada tahunn 1201 M tatkala sedang menunaikan ibadah haji dan juga fushus al-hikam, karya lainya adalah tarjuman al-asyuwaq yang dituliskanya untuk mengenang kecantikan,ketakwaan, dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga sufi Persia. Dr muhamad yususf musa mengatakan bahwa kitab al-futuhat dan fusus merupakan sumber utama bagi siapa yang ingin mengkaji ajaran tasawuf ibn arabi. Menurut ibn arabi kitabnya fusus al-hikam adalah pemberian dari rasulullah saw.[6]

 

Ajaran-ajaran tasawuf ibnu arabi

  1. Wahdah al-wujud

Ajaran sentral atau ajaran utama ibn arabi adalah tentang wahdah al-wujud (kesatuan wujud) isitilah ini sebenarnya bukan berasal darinya tetapi dari ibnu taimiyah tokoh yang paling keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran tersebut, setidaknya lah ia yang mempopulerkan wahdah al-wujud ditengah masyarakat islam semua orang sepakat dengan menggunakan istilah itu sebagai ajaran sentral ibnu arabi tetapi mereka memiliki pendapat yang berbeda dalam memformulasikan pengertianya.

Dalam pemikiran tentang wujud ibn arabi meyakini teori emanasi (pemancaran) yang menganggap bahwa allah menampakan sesuatu dan wujud serta kenyataan. Ibn arabi menafsirkan keberadaan wujud-wujud sebagai “pencitraan (tajalli) tuhan secara terus menerus didalam sesuatu yang tak terhitung jumlah dan bentuk nya disetiap waktu. Oleh karena itu pemikiran ibnu arabi dalam wahdatul al-wujud mengarah pada pengingkaran keberadaan sesuatu yang “mungkin” sebagai bandingan “wajib” yang dimaksudkan dengan mungkin adalah wujud yang bisa berubah dan baru (tidak dahulu). Sekiranya disaat kita melihatnya dari tinjauan dari keberadaan nya sendiri maka ia adalah “adam”(tiada)

al-mukmin(mungkin) adalah sesuatu yang kemunculan wujudnya adalah karena zat lainya  sebab didalamnya mencakup 2 potensi untuk tiada dan ada, walaupun sebagian dari sesuatu yang mungkin “mumkinat” tersebut terdapat sesuatu yan tetap. Sebab sesuatu yang tepat adalah “dharuriat”(pasti).

Dalam pemikiran ibnu arabi ia menyatakan bahwa wujud adalah satu dalam hakikat dan banyak yang tampak hanyalah semu belaka. Dalam hal ini ibnu arabi berkata : kemudian rahasia yang berada di dalam masalah ini bahwa  sesuatu yang mungkin “mukinat: pada dasarnya adalah sesuatu yang tiada. Tidak ada wujud selain al-haq yang telah membentuk sesuatu yang mungkin dari dalam dirinya sendiri  (buku merah 249-250 buku biru 274)

jelaskan hikmah penciptaan dengan cara menafsirkan sebuah hadist qudsi : “aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi yang tak mengetahui diriku sendiri. Kemudian aku menciptakan mahluk dari perbendaharaan tersebut sehingga aku bisa mengetahui diriKU sendiri.   

Hakikat wujud menurut ibn arabi adalah satu perbedaan antara zat dan mukminat hanyalah perbedaan sudut pandang saja akal lemah yang membedakan keduanya dengan perbedaan yang hakiki oleh karena itu ibn arabi berkata :

Terpisah-pisah dari kesatuan adalah hal yang satu

Ia aadalah banyak,tak tetap dan tak berpartikel

Kesimpulanya adalah bahwa sujud mumkinat dalam pandangan ibn arabi adalah wujud allah sendiri. Aneka ragam banyak nya wujud tak lain adalah sesuatu yang ditimbulkan oleh indera dharir dan akal manusia yang lemah yang tak mampu menemukan kesatuan zat pada diri segala sesuatu. Hakikat wujud adalah satu dalam subtansi zatnya.

  1. Insan kamil

Ibn arabi juga mempunyai pemikiran tentang insan al-kamil atau hakikat muhamadiyah yang dibangun diatas dasar aliran wahdatul wujud. Insan lkamil (manusia sempurna) menurut ibn arabi adalah kumpulan alam. Ketika allah ingin melihat subtansinya di dalam keseluruhan alam maka ia mengumpulkan segala sesuatu yang disifatinya sebagi wujud dan menampakan intisarinya kepadanya. Maka munculah insan al kamil yang menurut ibnu arabi adalah intisari dan cermin dari alam itu sendiri. Ibn arabi membedakan insan alkamil dari dua tinjauan, pertama adalah insane alkamil sebagai manusia yang hadis (diciptakan), sedangkan yang kedua adalah sebagai sesuatu yang azali dan abadi oleh karena itu, ibn arabi menggambarkan insan alkamil dengan mengatakan “manusia yang hadis (baru diciptakan). Dan azali dan muncul selamanya secara abadi.

 Keseluruhan agama adalah satu yaitu Allah. Seorang Arif (sufi/wali) yang sesungguhnya adalah orang yang menyembah allah ditiap-tiap pencitraanya atau dengan kata lain, ibadah yang benar adalah yang sekiranya seorang hamba melihat keseluruhan bentuk dan tinjauan bahwa itu merupakan pencitraan dari satu hakikat zat yang satu yaitu allah ibn arabi mengungkapkan pemikiran nya tersebut dalam bait-bait berikut :

 

“Sebelumnya aku mengingkari sahabatku

Jika ia tidak beragama sama dengan agamaku

Namun akhirnya hatiku menghadap pada keseluruhan bentuk

Pemandangan bagi para pecumbu,gereja bagi para rahib

Rumah berhala,ka’bah di thaif

Lembaran-lembarn taurat dan mushaf al-qur’an

Aku beragamakan agama cinta

Cinta adalah agama keimananku”

Ia juga berkata :

“Manusia berkeyakinan tentang tuhan dalam satu akidah

Sedangkan aku meyakini segala sesuatu yang diyakini oleh mereka”

Menurut ibn arabi pada manusia terhimpun rupa tuhan dan rupa alam semesta manusia adalah perwujudan dzat yang suci dengan segala sifat dan asma-NYA. Ia adalah sebuah cermin dimana tuhan menampakan dirinya oleh karena itu manusia adalah penyebab terakhir dari dalam penciptaan.

Masalah insan kamil dalam pandangan ibnu arabi tidak dapat dilepaskan kaitanya dengan nur muhamad seperti ditegaskan ketahuilah yang dimaksud insane kamil hanyalah nur muhamad yaitu roh ilahi yang ditiupkan kepada nabi adam ia adalah esensi kehidupan awal manusia, sementara nabi muhamad adalah insane kamil yang paling sempurna.  Selanjutnya  yang dimaksud dengan insane kamil disini adalah al-haqiqah al-muhamadiyah itu seorang dapat mencapai derajat insan al kamil. Menurut ibnu arabi untuk mencapai derajat itu harus melalui jalan sebagai berikut :

  1. Fana, itu sirna di dalam wujud tuhan hingga kaum sufi menjadi denganNYA
  2. Baqa, yaitu kelanjutan wujud bersama tuhan sehingga dalam pandangannya, wujud tuhan ada pada kesegalaan ini

 

              Semua ini, menurut ibnu arabi merupakan upaya pencapaian ke tingkat insane kamil yang hanya dapat diperoleh melalui pengembangan daya intuisi atau dzauq

 

 

  1. abdul karim Al-jilli

Biografi singkat abdul karim al-jilli

Nama lengkapnya adalah abdul karim bin ibrahiim al-ijili ia lahir pada tahun 1365 Masehi di jilan (gilan) sebuah provinsisebelah selatan kasfia dan wafat pada tahun 1417.nama al-ijili di ambil dari tempat kelahiranya, gilan. Ia merupakan tokoh sufi terkenal di bagdhad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh sejarawan tetapi ada sebuah sumber mengatakan bahwa ia  pernah melakukan perjalanan ke india paada tahun 1387. Ia kemudian belajar tasawuf di bawah bimbingan abdul qadir al-jailani, pendiri dan pemimpin tarekat qadariyah yang sangat terkenal disamping itu ia juga berguru pada syaikh syarafudin ismail bin Ibrahim al-jabarti di zabid (yaman) pada tahun 1393-1403.

Kitab al-ajilli yang paling terkenal yang menggambarkan ajaran tasawufnya khususnya konsep al-insan al-kamil,berjudul al-insan al-kamil fi ma’rifah al-awakhir wa al-awail, kitab al-insan al-kamil unu menurutnya tuliskan berdasarkan intruksi dari allah swt yang didapatnya dari ilham dan seluruhnya sejalan dengan makna yang hakiki yang di isyaratkan al-qur’an dan al-sunnah. Dia menolak segala pengetahuan yang tidak punya kaitan nya dengan kedua sumber ajaran islam tersebut.

Ajaran tasawuf abdul karim al-jilli

Ajaran tasawuf abdul karim al-jilli yang terpenting adalah paham insane kamil. Yang menurut nya adalah nuskhah atau copy tuhan.  Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup,pandai dan mampu berkehendak dan mendengar. Manusia(adam) pun memiliki sifat-sifat seperti itu. Proses selanjutnya adalah setelah tuhan menciptakan subtansi, huwiyah tuhan  dihadapkan dengan huwiyah adam, aniyah-NYA di sandingkan dengan aniyah adam,Dzat-Nya dihadapkan dengan Dzat adam. Dan akhirnya adam bertemu dengantuhan dengan segala hakikatnya. Melalui konsep ini  dapat dipahami bahwa adam dilihat dari sisi penciptaanya merupakan salah seorang insan kamil dengan segala kemampuanya. Sebab dirinya terdapat sifat dan nama ilahiah.[7]

Al-jili berpendapat bahwa nama dan sifat ilahiah pada dasarnya merupakan milik insan kamil sebagai kemestian yang inheren dengan esensi nya hal itu karena sifat dan nama tersebut memiliki tempat berwujud hanya pada insane kamil. Lebih lanjut al-jilli  mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin. Seseorang tidak dapat melihat dirinya kecuali dengan cermin tersebut demikian dengan insan kamil ia tidak dapat melihat dirinya kecuali denga cermin nama tuhan sebagaimana tuhan tidak dapat melihat diri-NYA melalui insan kamil.

 

Menurut al-jilli insan kamil  merupakan proses tempat beredarnya segala yang wujud dari awal sampai akhir. Ia adalah satu sejak wujud dan untuk selamanya ia dapat muncul dan menampakan dirinya dalam berbagai macam, ia diberikan nama yang tidak diberikan kepada orang. Nama aslinya adalah muhamad nama kehormatanya abdul al-qasim dan gelarnya adalah syamsudin

Dari uraian diatas, al-jilli menunjukan penghargaan dan penghormatan yang tinggi kepada nabi muahamad saw sebagai insan kamil yang sempurna. Adapun pendapatnya mengenai insan al-kamil al-jilli , al-jilli merumuskan  beberapa maqam yang harus dilalui oleh seorang sufi dalam istilahnya maqam itu di sebut martabah. Martabah-martabah sebagai berikut

  1. islam. Islam didasarkan pada 5 rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan secara ritual tetapi harus dipahami secara lebih dalam
  2. iman. Artinya membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakan dasar-dasar iman
  3. shalah. Pada maqam ini kaum sufi mencapai tingkatan ibadah yang gterus menerus kepada allah dengan perasaan khauf.
  4. ihsan. Pada maqam ini menunjukan bahwa kaum sufi mencapai tingkat menyaksikan efek (atsar) nama sifat dari tuhan
  5. syahadah pada maqam ini kaum sufi telah mencapai iradat yang bercirikan mahabah dengan tuhan tanpa pamrih
  6. shiddqiyyah istlah ini menggambarkan tingkat hakikat ma’rifat yang diperoleh secara tahap dari ilm al-yaqin
  7. qurbah. Ini merupakan maqam yang memungkinkan kaum sufi dapat menampakan diri dalam sifat dan nama allah

Semua yang maujud,menurut al-ajilli diciptakan untuk menyembah allah swt, dan secara hakiki taat kepada-NYA kendati dalam konteks yang berbeda, ada ibadah yang mengaktualisasikan dengan asma allah sebagai al-mudillu dan al-hadi sekaligus  konsekuensinya di akhirat dengan al-mu’minun dab al-mutaqim yang dalam ajaran tasawuf al-jili merupakan sarana allah swt untuk bertajallin

Ibadah mayoritas muslim, menurut nya merupakan manifestasi dimensi al-rabb yang memandang kewajiban bagi al-mahrbub,berbeda dengan al-arifin yang beribadah dengan dimensi al-rahman dan al-muhaqiqin dalam dimensi allah swt,yang beribadah untuk mengaggungkan allah dalam asma dan sifat-NYA.[8]

 

 

  1. 3. ibnu sabi’in

Biografi ibnu sab’in

[9]Nama lengkapnya adalah abdul haqq bin Ibrahim muhamad bin nashr ia termasuk kelompok sufi yang juga merupakan filusuf Andalusia ia sangatlah terkenal di benua eropa karena atas tanggapanya pada raja freederik II penguasa silica. Ibnu sabi’iin di gelari “quthb ad-din”  dan kadang dikenal pula dengan abu muhamad. Ibnu sabi’in lahir pada tahun 614 H(1217-1218 M) dikawasan Murcia spanyol.

Ibnu sabi’in memiliki asal-usul dari kalangan arab ia mempelajari bahasa dan sastra arab pada kelompok dan gurunya ia mempelajari ilmu agama dan mahzab maliki,ilmu logika,dan filsafat. Diantara guru-gurunya  adalah ibnu daihaq yang dikenal denganibnu mir’ahpensyarah karya aljuwani

Ibnu sabi’in meninggalkan karya sebanyak 41 judul yang menguraikan tasawufnya secara teoritis maupun praktis,dengan cara yang ringkas maupun panjang lebar.kebanyakan karyan[10]ya telah hilang sebagai risalah nya telah disunting oleh Abdurahman badawi dengan judul rasail ibnu sabi’in.

Karya-karya itu menggambarkan bahwa pengetahuan ibnu sabi’in sangat luas dan beragam. Ia juga mengenal berbagai jenis  aliran filsafat yunani,Persia,india,dan hermetisime selain itu ia juga menelaah karya-karya filusuf dari bagian timur sepert al-faraby,ibnu sina juga filusuf barat islam lainya seperti ibnu bajjah,ibnu thufail dan ibnu rusyd

Ajaran tasawuf ibnu sabi’in

Ia adalah penggagas sebuah paham dalam tasawuf yaitu yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak . gagasan esenialnya sederhana saja yaitu wujud adalah wujud  allah semata. Wujud-wujud yang lain hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud yang satu dengan demikian wujud dalam kenyataanya hanya satu persoalan yang tetap.   Kesatuan mutlak menurut terminologi  ibn sabi’in sendiri hamper tidak mungkin mendeskripsikan kesatuan itu sendiri. Dalam hal ini katrena para pengikutnya beranggapan dengan cara yang berlebihan dalm memutlakanya dan katrena gagasan tersebut menolak semua atribut tambahan, atau nama dengan begitu pada gagasan ini di kenankan konsepsi manusia

Pendapat ibnu sabiin tentangt kesatuan mutlak metupakan dasar dari pahamnya khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak atau pengakraban dengan allah. Paham ini mirip dengan paham insan kamil yang di gagas oleh al-jili. Pencapaian mutlak menurut ibnu sabi’iin merupakan pencapaian individu yang sempurna baik dimiliki oleh seorang filusuf,ahli fiqih,teolog maupun sufi. Ibnu sabi’in juga mengembangkan pahamnya tentang kesatuan mutlak ke berbagai bidang filosofis menurutnya jiwa dan akal budi tidak memiliki wujud sendiri tetapi wujud keduanya berasal dari yang satu dan yang satu tersebut justru tidak terbilang jelasnya keduanya tidak keluar dari wujud satu.

Yang menjadi perhatian utama pada ibnu sabi’iin adalah bahwa pada latihan-latihan rohaniah praktis, yang dapat mengantar pada moral luhur tunduk dibawah konsepsinya tentang wujud misalnhya dzikir pencapai kesatuan mutlak adalah ungkapan “tidak ada wujud selain allah” sebagai ganti tidak ada tuhan selain allah. Si pendzikir dalam dzikir ini adalah yang berzikir sementara itu tingkatan dan keadaan yang merupakan buah dari dzikir juga tidak keluar dari ruang lingkup kesatuan mutlak tersebut, begitu pula dengan menyendiri,berpuasa,berdoa dan mendengar semua itu mengangtar salik kesuatu keadaan sirna dan merealisasikan kesatuan mutlak[11]

 

[1] Tasawuf islam, telaah historis perkembangannya, abu wafa’al al-ghanimi al-taftazani, hal 233-234

[2] Ibid hal 233-234

[3]

[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu tasawuf (Jakarta Bumi Aksara). 2012 hlm 273

[5] Dr.asmaran As, M.A, pengantar studi tasawuf(Jakarta PT raja grafindo persada,Jakarta).2002 hlm 348

[6] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu tasawuf (Jakarta Bumi Aksara). 2012 hlm 273

[7] Ibid

[8] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu tasawuf (Jakarta Bumi Aksara). 2012 hlm  285

[11] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, ilmu tasawuf (Jakarta Bumi Aksara). 2012 hlm 286

 

 

Daftar pustaka                                                        

Al-taftazani dkk.2002.tasawuf islam.jakarta : gaya media pratama

Amin munir s,2012.ilmu tasawuf.jakarta :amzah

Asmaran.2002.pengantar studi tasawuf.jakarta : PT raja grafindo persada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun