Mohon tunggu...
Penggemar Rahasia
Penggemar Rahasia Mohon Tunggu... Auditor - Seorang ayah

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Roman

Tuhan, Kenapa KAU Pilih Aku

8 Januari 2025   05:02 Diperbarui: 8 Januari 2025   05:02 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku yang memulai, cukup aku (sumber : arsip pribadi/galeri fotoku)

Empat bulan sudah berlalu, drama demi drama hidup ku jalani dengan upaya sungguh-sungguh. Terkadang, aku sadar upaya-upayaku tidak selalu maksimal dan terkesan buru-buru.

Empat bulan sudah berlalu, aku mencoba merawat bahagia dengan selalu mengusahakan kebahagiaan kepada dia. Meski aku sadar, beberapa upayaku tak maksimal, dan raut wajahnya melayu.

Empat bulan sudah berlalu, yang ku temui tidak melulu tentang bahagia, duka dan cerita lama sering muncul tiba-tiba, mengganggu dan mengusikku. Untungnya, aku punya dia di samping selama empat bulan ini.

Dia, selama empat bulan ini selalu ada dan membawa bahagia dengan segala keindahannya. Dia tak lucu, tapi selalu berhasil memancing tawa nan syahdu.

Dia, meski berjuta-juta lubang luka selalu mampu menarikku untuk tegar. Tepukan dipundakku selalu menyadarkanku. Bahwa semua akan berlalu.

Aku, dihadapan dia tak ragu menangis. Aku didepannya tak malu mengaku, mengeluh dan dia selalu membiarkanku menjadi diri sendiri.

Aku, beruntung selama empat bulan ini dengannya. Melihat senyum dan wajah kemerahannya yang anggun. Mendengar nyanyian merdu dan lantunan ayat dari mulutnya yang terjaga.

Itu empat bulan yang lalu. Yang kini semua berubah tiba-tiba. Dan aku rasa-rasanya mulai lelah dan takut.

Aku takut, hadirku tak membawa bahagia, namun menambah lukanya yang sudah banyak. Aku takut hadirku tak membawa indah, malah membawa gelap gulita yang harusnya tak pantas untuknya.

Tapi sejujurnya aku juga bingung dan hampir tak bisa memikirkannya. Selalu ada dia dihadapanku meski kini dia terlarang bersamaku. Aku sejujurnya merasa aneh, aku merasa selalu ditatapnya meski sekarang melihat dia adalah pantang bagiku.

Entah bagaimana caranya menerima ini dengan logika. Disaat terpaan badai kuat datang bersaut saut secara konstan, namanya selalu menjadi peneduh dan obat yang manjur. Meski aku sendiri tak bisa mendengar ungkapan dan hembusan nafasnya.

Aku kini terlarang dan haram bertemu dengannya, bahkan untuk bertukar sapa pun aku tak diizinkan. Aku tak tau, bagaimana putusan itu akhirnya ditetapkan. Saut saut lewat angin aku dengar, aku telah ditetapkan sebagai terdakwa meski tanpa persidangan dihadapan hakim.

Aku dijatuhi hukuman yang aku sendiri tak tau pasti bagaimana harus menjalaninya. Aku tertuduh walau aku belum bicara. Aku tercampakkan meski aku belum dijumpai.

Di hadapan persidangan yang aku tak hadir, aku divonis bersalah, salah berat. Yang aku tak tau siapa siapa pastinya mereka yang memvonisku. Aku hanya bisa menerima, katanya aku sudah terdakwa.

Namun, dengan segala hukuman dan larangan yang harus aku jalani, aku merasa selalu punya harapan untuk membuktikan. Menunjukkan kepada mereka yang telah memvonisku tanpa ampun.

Pundaku berat sekali rasanya. Dadaku bergetar kencang, telapak kakiku dingin. Aku hampir jatuh pada lobang yang dulu aku tutup. Untungnya, dia ada dihadapanku, tepat didepanku, tangannya bisa kusentuh, suaranya bisa ku dengar. Meski aku tak tau sejatinya dimana, sedang apa.

Aku hanya bertanya kepada Tuhanku, Allah SWT yang menurunkan Muhammad sebagai teladan. Duhai Allah, Engkau maha tau, bantu aku, jelaskan kepadaku kenapa aku yang kau pilih melewati ini.

Duhai Tuhanku Yang Maha Agung. Kenala Engkau pilih aku dan dia untuk cobaan seberat ini. Apa yang Engkau siapkan untukku dan dia disana? Apakah ini rangkaian khusus kepadaku dan dia?

Tapi Tuhanku, sekiranya boleh? Cukup aku yang kau pilih. Karena sebelum-sebelumnya juga hanya aku yang menjalaninya sendirian. Kau tau itu ya Tuhanku. Kau sendiri ya Tuhanku yang membuatku menangis bertahun tahun. Lalu Engkau sendiri yang membuatku tersenyum empat bulan lalu.

Semuanya bermula dari do'a ku. Maka ya Tuhanku, Rabbku. Pilih aku saja seperti biasanya. Aku tak mau melihat dia ikut menangis membiru matanya karena ujianMU. Ya Rabbku, Enhkau tau lukanya banyak dan beberapa belum sembuh. Biarlah dulu lukanya sembuh. Sementara ini, cukup aku ya Allah.

Dia memang bukan gadis biasa, aku dan Engkau sudah tau itu. Tapi tetap ya Allah, dia tak patit menerima terpaan badai tornado bertubi-tubi. Ia memang sangat kuat, tapi biarlah dulu kekuatannya terkumpul dan tergunakan pada ekspresi cinta untukMu.

Tuhanku, aku kau pilih. Apapun alasanMU memilihku. Aku rela dan ikhlas. Biarlah vonis vonis itu ku jalani sendirian. Biarlah tuduhan dan fitnahan itu ku tanggung sendirian. Aku terlalu kuat kalau hanya sekedar itu.

Tuhanku, Kau tau, karena Engkau yang menuntunku. Aku siap, karena Engkau selalu bersamaku. Tak ragu aku dengannya, tapi cukup aku ya Rabbku.

Aku benar-benar berharap seperti dulu. Kau yang menuntunku kepada dia. Kau yang menumbuhkan rasa sangat dalam ini. Kau yang merawat rinduku pada dia. Kau yang memelihara harapku untuknya. Karena itu, aku sangat yakin Kau akan menuntunku menyelesaikan ini semua tanpa dia.

Ya Rabb, mari kembali bermesraan dengan tangis dalam sujud seperti tahun-tahun yang lalu. Tapi jauhkan dia dari duka ini semua. Biarlah ini antara aku dan Engkau ya Allah.

Aku yang memulai, meski semakin membingungkan. Tapi aku percaya ini adalah panggilan manja dariMU. Maka ya Allah, mari bermanja-manja. Ya Rabb, aku ingin memulai keromantisan kita dengan sebuah pertanyaan. Kenapa selalu aku yang KAU pilih? (End)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun