Tuhanku, aku kau pilih. Apapun alasanMU memilihku. Aku rela dan ikhlas. Biarlah vonis vonis itu ku jalani sendirian. Biarlah tuduhan dan fitnahan itu ku tanggung sendirian. Aku terlalu kuat kalau hanya sekedar itu.
Tuhanku, Kau tau, karena Engkau yang menuntunku. Aku siap, karena Engkau selalu bersamaku. Tak ragu aku dengannya, tapi cukup aku ya Rabbku.
Aku benar-benar berharap seperti dulu. Kau yang menuntunku kepada dia. Kau yang menumbuhkan rasa sangat dalam ini. Kau yang merawat rinduku pada dia. Kau yang memelihara harapku untuknya. Karena itu, aku sangat yakin Kau akan menuntunku menyelesaikan ini semua tanpa dia.
Ya Rabb, mari kembali bermesraan dengan tangis dalam sujud seperti tahun-tahun yang lalu. Tapi jauhkan dia dari duka ini semua. Biarlah ini antara aku dan Engkau ya Allah.
Aku yang memulai, meski semakin membingungkan. Tapi aku percaya ini adalah panggilan manja dariMU. Maka ya Allah, mari bermanja-manja. Ya Rabb, aku ingin memulai keromantisan kita dengan sebuah pertanyaan. Kenapa selalu aku yang KAU pilih? (End)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H