Dia bukan gadis yang tergoda oleh puja puji dunia, dia juga bukan gadis yang tergerus pusaran media, dia bukan gadis yang terhanyut oleh melejitnya perubahan zaman.
Dia hanya gadis yang punya impian sederhana, dia hanya gadis yang tak punya banyak keibginan.
Namun bagiku, sejak ucapan dan jawabannya itu. Dia adalah gadis yang aku mau. Gadis yabg aku mau mempertaruhkan segalanya, yang aku mau melempar semua keegoisan, keangkuhan, kemewahan, deminya.
Namun bagiku, sejak ia izinkan tangannya ku sentuh. Ia adalah gadis yang tak boleh merasakan kepiluan, tak boleh tertiup angin derita. Aku ingin menjadi tameng, pelindung baginya yang lembut.
Kalian mau tahu dia sebenarnya siapa.
Baik, beri aku waktu. Aku akan coba meminum segala jenis obat agar segera tersadar dari keindahan yang ia beri ini. Agar jemariku kembali pulih dan menulis namanya yang indah untuk kalian baca.
Kalian, bersabarlah, kelak kalian akan tahu. Bahkan aku berdo'a, kelak kalian akan merasakan dan menemukan wanita sepertinya. Wanita yang hadir untuk memupuk benih-benih optimisme dalam setiap waktu di hidupmu.
Kalian, semoga kalian tahu dan menemukan wanita yang hanya dengan senyum mampu membangunkanmu dari rasa malas dan jumawa.
Sebab itu, sejujurnya kalian akan tahu siapa dia. Meski kalian tak melihat dan mendengar namanya. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H