Oleh: Zulfikar Peluw
Pendahuluan
Infeksi parasitik yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, atau yang lebih dikenal dengan istilah askariasis, adalah salah satu masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar orang di dunia terinfeksi cacing ini, dengan sekitar 2 juta kasus klinis setiap tahunnya dan lebih dari 20.000 kematian yang disebabkan oleh infestasi Ascaris. Meskipun di negara-negara maju tingkat prevalensi infeksi ini telah menurun, wilayah tropis dan subtropis, seperti di sebagian besar Asia dan Amerika Latin, masih memiliki angka infeksi yang sangat tinggi. Selain itu, dengan semakin meningkatnya mobilitas global, infeksi ini mulai muncul di luar wilayah tradisional endemik, menjadi tantangan baru dalam pengendalian kesehatan masyarakat global.
Askariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dapat memiliki berbagai gejala klinis, mulai dari yang ringan hingga yang lebih serius, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan komplikasi yang terjadi. Salah satu komplikasi yang jarang tetapi serius adalah pankreatitis, peradangan pada pankreas dapat berakhir dengan kerusakan jangka panjang dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan patofisiologi askariasis terhadap pankreatitis dan mengapa infeksi parasitik ini harus menjadi perhatian medis yang lebih besar.
Apa Itu Askariasis dan bagaimana siklus hidupnya ?
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit usus Ascaris lumbricoides, yang juga dikenal sebagai cacing gelang. Cacing gelang ini memiliki bentuk tabung panjang, ramping, dan berwarna putih pucat, yang hidup di dalam usus manusia. Telur Ascaris ditemukan dalam tinja orang yang terinfeksi, dan telur-telur ini dapat tersebar di lingkungan, terutama melalui makanan atau air yang tercemar oleh tinja manusia yang mengandung telur cacing.Â
Telur Ascaris yang terkontaminasi dapat masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi makanan atau air yang tidak higienis. Setelah tertelan, telur ini berkembang menjadi larva dalam usus, kemudian larva Ascaris bermigrasi melalui aliran darah menuju organ-organ tubuh lainnya, seperti hati dan paru-paru. Selanjutnya, larva mencapai alveoli paru-paru, kemudian bergerak ke trakea untuk dipindahkan kembali ke tenggorokan, di mana mereka kemudian tertelan lagi. Setelah melewati perut untuk kedua kalinya, larva berkembang menjadi cacing dewasa di usus kecil. Cacing dewasa ini dapat tumbuh hingga sepanjang 25 hingga 30 cm dan bertelur, yang kemudian dikeluarkan bersama tinja. Flies (lalat) sering dianggap sebagai vektor yang membawa telur Ascaris dari tinja yang terinfeksi ke individu yang sehat. Proses migrasi ini—dari usus ke paru-paru, dan akhirnya ke usus kecil—adalah bagian dari siklus hidup parasit yang menyebabkan askariasis.
Infeksi Ascaris sering kali bersifat asimptomatik, terutama pada individu yang terinfeksi dengan jumlah cacing yang sedikit. Namun, pada beberapa individu, infeksi dapat menyebabkan gejala klinis, seperti nyeri perut, mual, anoreksia, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Pada individu dengan infestasi yang lebih berat, terutama apabila terjadi migrasi cacing ke organ lain seperti hati, saluran empedu, atau pankreas, komplikasi yang lebih serius dapat terjadi.
Epidemiologi Askariasis