Sementara bagi guru ASN, meski mereka mendapatkan gaji yang lebih tinggi dari guru honorer, tak sedikit dari mereka menggadaikan SK-ASN mereka ke Lembaga Kredit lantaran terdesak oleh biaya kehidupan yang tinggi. Hidup mereka pun berada dalam bayang-bayang cicilan puluhan tahun, biaya hidup jadi terpangkas, hidup guru pun tidak tenang.
Beban kerja guru bertambah berat oleh tugas administrasi, sebutlah Platform Merdeka Mengajar (PMM). Beratnya beban guru untuk mengisi PMM ini tersaji dengan apik pada serial #bebankerjaguru  projectmultatuli.org. Para guru gagal fokus, yang seharusnya fokus mengajar kini tersibukkan dengan urusan administratif. Keletihan yang melanda para guru mengakibatkan guru mengalami burn out, mulai dari mengabaikan kegiatan pembelajaran di sekolah hingga disfungsi tugas yang berujung pada kekerasan verbal, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Revitalisasi Peran Guru
Dalam Islam, guru memiliki peran yang  sangat strategis terhadap peradaban. Gurulah yang membangun peradaban Islam secara struktural dan fundamental. Hal ini bisa terlihat di masa Kekhilafan-Abbasiyah dimana para ulama berhasil melahirkan murid yang berkualitas secara keilmuan, profesional dalam berkarya maupun pada aspek keimanannya.
Kegemilangan ini mendapat pengakuan dari Ilmuwan dunia. Carl Sagan, astronom dan penulis Amerika mengakui bahwa Islam telah menjadi pusat intelektual dunia pada abad ke-8 hingga ke-13, Â dengan ilmuwan Muslim terkemuka yang melakukan penemuan dan penelitian di bidang matematika, astronomi, kedokteran, dan banyak lagi.
Sementara Robert Briffault dalam bukunya The Making of Humanity menyatakan, "Tidak ada kemajuan Eropa melainkan ia berhutang budi kepada Islam dan peradaban Islam dan diarahkannya dengan positif."
Itulah gambaran kecil ketika pendidikan terintegrasi dengan Islam. Karya yang tercipta adalah karya yang berorientasi pada kemaslahatan umat dan kejayaan Islam. Paradigma ini berkelanjutan hingga masa Khilafah Utsmani berakhir. Kini, setelah paradigma Islam terganti, ilmuwan berkarya demi mengejar materi dan keuntungan pribadi semata. Pendidikan pun dianggap sebagai sektor produksi dan diarahkan untuk menyokong perkembangan Industri. Kondisi ini oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani disebut dengan sekulerisme (Nidhomul Islam, 1953)
Paradigma sekuler inilah yang melingkupi seluruh dasar kehidupan termasuk dunia pendidikan kita saat ini. Dengan demikian, tidaklah mengeluarkan para guru dari masalah yang membelitnya melainkan dengan mengembalikan paradigma Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk ke dalam dunia pendidikan. Dimulai dari penyusunan kurikulum berbasis akidah Islam yang bertujuan membentuk kepribadian Islam pada guru dan murid. Kemudian mengatur fasilitas pendidikan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Menjamin penyediaan infrastruktur yang merata dan memadai serta menjamin kompetensi guru di setiap jenjang pendidikan. Menutup dan menegakkan sanksi terhadap pihak yang mengganggu tercapainya tujuan pendidikan. Dan menjamin kesejahteraan guru agar mereka bisa  menunaikan tugasnya tanpa tekanan dan beban oleh biaya hidup. Dan langkah ini tentu saja bergantung sepenuhnya pada pundak negara sebagai penyelenggara pendidikan. Wallahu 'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H