Mohon tunggu...
Zulfan Fauzi
Zulfan Fauzi Mohon Tunggu... Novelis - Prosais, penulis

Penulis asal Gambut, daerah yang terjebak di antara Banjarmasin dan Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

KKN

Pupur Dingin Cap Bunga Padi

25 Juni 2024   11:07 Diperbarui: 25 Juni 2024   11:17 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Selama mengikuti arahan si pembakal, ia juga harus mendengar segala macam sejarah tentang tradisi masyarakat mereka bapupur dingin. Tentu sebenarnya itu menyebalkan, bayangkan saja dijemur di tengah lapangan dan tiba-tiba ada yang menguliahi bahwa bahwa Piramid Mesir itu dibangun oleh Alien.

Meski apa yang dikisahkan oleh si pembakal itu sejatinya baik, tapi alangkah baiknya tidak saat sedang berpose di tengah sawah seperti Ferdi saat ini.

Meski kesal dan di kesunyian batinya ia merutuk dan sumpah, Ferdi tetap patuh dengan instruksi pembakal. Pula ia dengan takzim mendengarkan sejarah pupur dingin tersebut.

"Syahdan suatu hari," ucap si pembakal sembari melihat wajah Ferdi di kamera. "Bapupur dingin ini tradisi orang-orang dulu, entah di mulainya kapan? Yang pasti niatan awal menggunakan pupur dingin ini adalah untuk keperluan orang Kalimantan bekerja."

"Orang Kalimantan yang tinggal di daerah rawa dan sungai, sangat rentan terkena sengatan sinar matahari secara langsung. Karena entah itu di sawah atau di tengah sungai-sungai besar Kalimantan, tidak terdapat pepohonan untuk berteduh, maka masyarakat Kalimantan beradaptasi dengan lingkungan. Hingga terciptalah pupur dingin yang tercipta dari beras.

Beras yang direndam air dingin semalaman dicampur dengan dengan melati dan daun pandan agar harum. Lalu ditumbuk menjadi halus dan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil."

"Pupur dingin ini berguna untuk mencegah kulit terkena paparan sinar matahari langsung, serta berfungsi untuk mendinginkan kulit. Selain itu tradisi bapupur dingin ini juga berfungsi untuk kecantikan perempuan Kalimantan, bahkan ada semacam kepercayaan bahwa kalau ingin anak perempuan itu dapat jujuran atau mahar yang banyak, anak perempuan itu harus rajin merawat kecantikannya dengan pupur dingin."

"Tapi aku yakin kalian para mahasiswa yang konon cerdas ini tidak tahu bahwa pupur dingin juga sarana untuk menyelamatkan diri di zaman penjajahan dulu," lagi ucap si Pembakal sambil menyuruh Ferdi bergaya sambil memanggul cangkul di bahu.

Dulu saat penjajah Jepang datang ke Kalimantan Selatan, banyak orang tua yang takut anaknya diambil Jepang untuk dijadikan Jugun Ianfu di Simpang Telawang sana. Saat itu para prajurit Jepang suka mencari para perempuan cantik di seluruh desa, dan untuk mencegah hal-hal buruk terjadi akhirnya para perempuan desa didandani sejelek mungkin. Dan salah satu caranya adalah dengan menggunakan pupur dingin itu di wajah setebal mungkin. Pupur dingin yang semula berfungsi untuk merawat kecantikan kulit akhirnya berubah fungsi untuk membuat perempuan menjadi terlihat jelek," kenang si Pembakal.

Sementara itu Ferdi dengan wajah yang bagaikan kena dempul itu memandang di kejauhan sana bagaikan ada ribuan kunang-kunang dengan letupan cahaya warna-warni, sedangkan kisah si pembakal menjelma menjadi semacam lagu. Kakinya terasa ringan, ia terbang, mengawang. Dan ia sudah tidak ingat apa-apa lagi, karena setelah banyak letupan cahaya dari tubuh kunang-kunang yang mengerubunginya, semua menjadi gelap. Ferdi akhirnya pingsan, karena lupa diberi minuman.

Hingga bertahun-tahun kemudian, Ferdi berkisah kepada banyak mahasiswa KKN lainnya. Bahwa tujuan utama dari KKN adalah membantu masyarakat untuk berkembang menjadi lebih baik, seperti yang mereka lakukan dulu saat mempromosikan produk UMKM milik masyarakat tempat tinggal. Tentu Ferdi tidak berkisah tentang dirinya yang pingsan karena lupa diberi minum dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun